Memorial Esensi Cinta atau Sahabat

Inspirasi sebuah kisah nyata merajut ukhuwah dalam berdakwah

Karya

Abi Satria. Mr

Masih kuliah di Jurusan Dakwah STAIN Pontianak

Mentor dalam Orientasi Pengenalan Akademik (OPAK) 2007

Ku hadiahkan buat diriku dan teman-temanku

Sepanjang-panjang pikiran, ide yang dituangkan, tiada berarti jika sebatas untaian kata.

Semoga secercah kisah ini tidak berlebihan. Bagi ku, ini langkah awal kita dalam memaknai arti setiap liku kehidupan.

Mohon maaf, tulisan ini belum rampung. Sangat perlu untuk dikritik demi revisi selanjutnya.


OPAK 2007, it’s the Best

Masa orientasi mahasiswa baru telah menjadi agenda tahunan bagi masing-masing perguruan tinggi di tanah air ini. Hal tersebut dilakukan dalam rangka menyambut mahasiswa baru agar mereka mengenal perihal seputar kampus mereka. Salah satu kampus yang juga menyelenggarakan agenda orientasi tersebut adalah STAIN Pontianak, yang dikenal sebagai satu-satunya perguruan tinggi Islam negeri di Pontianak. Kegiatan yang akrab disebut OSPEK itu untuk tahun 2007 diganti namanya dengan Orientasi Pengenalan Akademik yang disingkat dengan OPAK 2007.

Kesan jadi Mentor

Setelah peserta OPAK 2007 dibagi dalam beberapa kelompok, aku, Satria dan patnerku Nana ditunjuk sebagai mentor (Pembina) dalam agenda besar orientasi mahasiswa STAIN Pontianak tahun ini. Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) kampus ini bertanggungjawab untuk mewadahi kegiatan besar ini. Sehingga, untuk memunculkan kesolidan di keluarga besar mahasiswa (KBM), kami yang masing-masing dari HMJ, UKM, diminta utusan sebanyak 2 orang untuk bersedia menjadi panitia. Salah satunya Aku utusan dari LDK Matimsya[1] dan partnerku Siti Yinwana utusan dari Himpunan Mahasiswa Jurusan Tarbiyah[2]

Berdasarkan hasil musyawarah panitia SC (Stering Comite), aku dan temanku ditunjuk sebagai mentor. Dalam hal ini mentor berada pada posisi panitia OC (Organizing Comite) Namun, kami tidak bersama dalam satu kelompok. Panitia mempunyai alasan tersendiri dalam menentukan masing-masing posisi dikepanitiaan. Misalnya, agar kami bisa akrab dengan mereka yang bukan satu organisasi di internal kampus, atau lainnya. Memang sebagaimana yang dikenal dalam keorganisasian. Istilah SC ( Stering Comite) dan OC (Organizing Comite) sudah lumrah digunakan. Namun tidak semua mengetahui dan mau ambil tahu dengan istilah atau hal-hal yang berkenaan dengan keorganisasian. SC merupakan unsur dalam kepanitiaan yang sangat berperan dan bertanggungjawab dalam mendisain matang konsep kegiatan. Konsep yang dibuat masih bersifat umum, sehingga perlu adanya penjabaran dari konsep SC. Dalam hal ini dilakukan oleh panitia OC yang bertugas pada tataran teknis di lapangan. Dengan kata lain, SC bertugas membina OC dari awal hingga akhir kegiatan. Namun, tidak menutup kemungkinan jika di lapangan nanti panitia SC juga ikut membantu melaksanakan tugas dari panitia OC. Intinya menjalin kebersamaan dalam kerja tim.

Kembali pada alasan atau pertimbangan aku dipilih sebagai mentor. Awalnya, bagiku tidak masalah di manapun posisiku. Sebab, komitmen awal adalah bersedia menjadi panitia. Berpikir untuk memilah-milah mana posisi panitia yang tugasnya ringan/mudah atau yang disenangi harus ku hindari sejauh mungkin. Sebab, hal itu hanya menunjukan ketidaksiapan kita menjadi panitia. Namun, cobalah berpikir bahwa segala ketentuan dan amanah yang diembankan itu kita jadikan sebagai wadah pembelajaran guna memicu semangat dalam menggali potensi masing-masing.

Sebenarnya aku tidak menginginkan pengalaman ini dibesar-besarkan. Dalam artian dibicarakan ke orang lain. Seolah-olah aku ingin dihargai, disanjung dan sebagainya. Namun, pikirku, ini demi perbaikan di masa mendatang, dan sekedar berbagi pengalaman kepada teman-teman. Sebagai mentor, baru pertama kali ku alami di kepanitiaan OPAK 2007 ini. Ada sedikit perasaan khawatir. Betapa tidak, aku musti merubah sikap dan menyiapkan mental agar lebih dewasa, perhatian, sabar, tabah, berwibawa, dan sebagainya. Meski teman-teman panitia tahu aku sudah dianggap cukup dewasa untuk menjadi pembina mahasiswa baru karena selain alasan sudah semester VII, banyak pengalaman baik di organisasi internal maupun eksternal kampus yang kudapat. Pokoknya oke bangetlah jadi mentor.(idih…,kok narsis gini sih.)

Motivasiku untuk bertahan di kepanitiaan ini adalah kesempatan mencari ilmu melalui pengalaman. Paradigma yang diambil, mayoritas mahasiswa berpikir bahwa hanya dengan giat belajar di bangku kuliah (baca: di dalam kelas) atau di dalam kampus mereka merasa cukup untuk mendapat ilmu. Hanya dengan membaca teori-teori, menjadi kutu busuk, eh, maaf..kutu buku maksudnya, ‘melumat’ habis buku-buku yang ada di perpustakaan, dan aktivitas anti-sosial lainnya. Mereka merasa pintar, ketika pandai berargumen, berdebat, hapal teori, tapi disisi lain aktivitas mereka di masyarakat skornya nol. Bukan bermaksud menyalahkan teman-teman yang study oriented (fokus pada studi akademis), kita perlu suatu yang balance (selaras). Kita pintar berdiskusi, ber-IP baik, soal bermasyarakat kita juga di acungi jempol (kalau perlu jempol kaki he he …. bercanda aja).

Pertemuan ke pertemuan panitia dihadiri, meski kadang-kadang absent, telat. Selain mengetahui informasi perkembangan kinerja kepanitiaan, aku ingin mendukung suasana harmonis dan kekompakan teman-teman yang tergabung dalam KBM kampus ini. Memang suatu hal yang wajar setiap kali kepanitiaan terbentuk ada saja permasalahan terutama di internal panitia. Lemahnya koordinasi-lah, kurang konfirmasi-lah, diskomunikasi-lah, atau persoalan pribadi seperti sibuk mengerjakan tugas kuliah, pulkam, kerja cari uang, dan lain-lain yang itu semua cukup merepotkan teman-teman panitia lain yang merasa aktif. Sehingga, saat rapat cuma segelintir orang yang hadir. Jadi ada istilah 4L (lo lagi-lo lagi).

Jika tidak bijak menyikapi sikon demikian, kita akan kesulitan merangkul teman-teman panitia yang kita akui dan pahami juga mengalami cape’, lelah. Mereka perlu istirahat sejenak. Melemaskan urat syaraf yang tegang, karena dari awal dikuras tanpa henti. Kita bisa memberikan kesempatan mereka untuk sekedar menghibur diri. Jangan sampai ada yang bertugas dengan berat hati, terpaksa, emosi, kesal, atau suasana hati dan pikirannya lagi kusut. Dengan kata bijaknya, tidaklah perlu memarahi atau terlalu menyalahkan siapa-siapa saat kondisi panitia seperti itu. Ketegasan itu perlu, bukan berarti memuntahkan amarah jalan satu-satunya. Banyak pilihan lain, misalnya pendekatan kata-kata motivatif, dan membakar semangat juang guna mensukseskan agenda akbar ini. Semua tahu, kita bekerja tidak digaji, dan bukan pula sanjungan, pujian, atau sejenis pamrih lainnya yang menjadi orientasi kita. Alaah…sok hiro, sok berhati berlian, sok gaul, sok-sok-an. “Biarlah mereka “menggonggong”, kita maju terus pantang mundur. Masa’ bodoh, orang mau bilang apa. Menjadi panitia mengajak kita untuk belajar berkorban, peduli dengan orang lain. (Eit, tapi jangan lupa sama diri.)

Aku sangat asyik memperhatikan prilaku orang lain di sekitarku. Hal ini kulakukan secara fokus saat agenda musyawarah panitia. Sesuatu hal yang dilakukan tentu ada maksud dan tujuannya bukan?, begitu halnya yang kulakukan ini. Ini salah satu caraku mengenal seseorang. Kita bisa mempelajari sikap, gaya bicara, penguasaan bahasa, dan materi pembicaraannya yang dominan ia bicarakan dari itu kita telah melakukan pendekatan untuk memahami karakter seseorang. Kurasa ini sangat perlu terutama jika ingin gaul dengan teman kita. Pahami kepribadian mereka, barulah mereka balik membalas ke diri kita. Sebab hubungan timbal balik itu lumrah, hampir seluruh makhluk hidup di bumi ini melakukannya. (Ups, “interaksi makhluk hidup”, jadi ingat pelajaran Biologi ya?!)

5 Lagi - V Lagi…

Sepintas biasa saja, dan aku yakin ini kebetulan semata. Tidak perlu didramatisir. To the point aja!.....apa sih?!.....Saat ditentukan Aku dan patnerku sebagai mentor kelompok V, aku menggapnya suatu hal yang biasa. Tidak lebih seperti mentor kelompok lain. Masa awal bagi mahasiswa baru adalah masa perkenalan (ta’aruf). Kesulitanku saat aku harus menghapal nama-nama peserta kelompok V. Hal itu wajar terjadi, karena ta’aruf bukanlah semata menghapal nama, jika perlu kita pahami sifat masing-masing teman baru kita. Tidak segampang dugaan, pendekatan secara individu juga sangat menentukan keakraban kita dengan peserta OPAK 2007 tersebut. Saat itulah kita melatih diri menyingkap sifat membimbing, perhatian, rasa peduli di dalam diri.

Banyak hal yang dapat kita lakukan, asalkan ada kemauan dan tekad di situlah ada jalan. Mentor dituntut agar lebih maksimal menggali segala potensi yang dimiliki. Keterampilan dalam membimbing, mengarahkan dan memotivasi kelompok masing-masing sudah menjadi tanggung jawab mentor. Seolah-olah posisi mentor seperti orang tua yang bertanggung jawab dalam mendidik anak-anaknya untuk tumbuh dewasa.

Menjadi Mentor pemula diperlukan sikap sabar dan rasa ingin tahu yang tinggi. Terus belajar dari orang yang berpengalaman, tidak bosan dikritik dan diberi saran. Memberanikan diri untuk muncul ke depan, misalnya berpartisipasi aktif dalam musyawarah. Berpikir kreatif dan strategis dalam membantu memecahkan masalah baik masalah kelompok atau kepanitiaan. Dan yang tidak kalah penting, bisa berbaur dengan peserta di kelompoknya masing-masing.

Sebagai mentor kelompok V, aku sadar tidak semua harapan dan tuntutan untuk menjadi mentor yang teladan dan sesuai kriteria itu terpenuhi. Kami berdua masing-masing memiliki keterbatasan. Semoga saja dengan kekurangan ini menguatkan semangat kami untuk terus belajar. Meski dari awal pembentukan panitia hingga Tour Dakwah kami berdua cukup kompak di mata teman-teman. Aku dan partnerku ditempatkan di kelompok V lagi untuk memberi semangat teman-teman panitia dan peserta, kami mengambil tugas ini. Dan tidak hanya itu, suatu kebahagiaan tersendiri yang aku rasakan ketika diamanahkan sebuah tugas yang sebagian orang menganggap pemborosan tenaga. Kita berlindung kepada Allah Azza wa Jalla, Rob penguasa hati manusia, agar terhindar dari sikap membanggakan diri, riya’, ujub, takabbur, sombong dan penyakit hati lainnya dalam mengemban tugas mulia ini.

Ceremonial before go to Batu Ampar

Suasana pagi itu (Ahad, 17/Peb/08). Sekitar pukul 06.00 WIB tampak sibuk mempersiapkan keberangkatan peserta Tour Dakwah ke Desa Batu Ampar. Kami panitia harus stand by di kampus lebih awal. Bagi para peserta diharuskan kumpul semua sebelum pukul 07.00. WIB. Memang sehari sebelumnya (Sabtu, 16/Peb/08), sebagian besar mereka sudah mempersiapkan perbekalan barang-barang keperluan kelompok selama seminggu di sana. Barang tersebut ada yang ditaruh di dalam aula secara mengelompok. Sebagian lagi dititipkan ke sekretariat BEM. Jadi, hari ahad hanya barang pribadi yang dibawa.

Sepertinya kami kelompok V tidak sabar untuk segera berangkat. Belum diintruksikan, sebagian peserta sudah berada duduk di dalam bus. Memang sih, panitia khusus tranportasi men-setting tiap bus diberi merek (tulisan nama masing-masing kelompok) biar tidak repot nantinya. Jadi, mereka mengikuti ke mana bus bermerek “kelompok V”, takut ditinggal busnya ya?...(hik hik hik….,jadi malu nih maunya cepet aja, sabar ya). Mendengar arahan dari panitia pengarah, kami segera meninggalkan bus tersebut dan menuju ke lapangan berumput di depan aula.

Sekitar pukul 07.30 WIB. kami diarahkan untuk mengumpul dilapangan depan aula. Para peserta dirapikan barisannya oleh ketua kelompok masing-masing. Ini menandakan acara ceremonial pelepasan rombongan tour dakwah segera dimulai. Setelah acara dibuka dengan basmalah, Bang Ekel selaku presma (presiden mahasiswa) menjemput Drs. Hamka Siregar sebagai puket III untuk memberikan semacam wejangan/nasehat selama diperjalanan dan kedatangan di Batu Ampar. Beliau secara singkat menyampaikan gambaran umum kondisi masyarakat di sana yang plural dan agamis. Ini sangat pas dengan mahasiswa STAIN Pontianak. Pesan Beliau, agar tetap menjaga nama baik lembaga dan banyak belajar dengan masyarakat. “Tak perlu banyak kegiatan, yang penting dapat kalian lakukan, bermanfaat dan berkesan di mata masyarakat.” demikian nasehat Beliau. Acara tersebut ditutup dengan pembacaan doa yang dipimpin oleh salah seorang dari mentor kelompok V.

Naik Bus Rasau, asyik banget!....

Setelah masing-masing berada di dalam bus, satu per satu bus berangkat. Sebelumnya, para mentor mengarahkan kelompok masing-masing untuk mengabsen ulang peserta dan mengecek barang-barang. Beberapa bus kelompok lain sudah berangkat. Sementara bus untuk kelompok V belum diizinkan berangkat. Sebab kami masih menunggu kedatangan seorang anggota kelompok. Sekitar tiga menit kemudian, teman yang kami tunggu pun muncul dan masuk ke dalam bus. Bus pun siap berangkat. Di dalam bus yang melaju, kami tidak begitu peduli, apalagi perhatian dengan teman-teman satu bus, maklum baru berjumpa, dan belum begitu kenal, musti pada jaim (jaga image). Berhubung panitia merombak ulang dengan anggota baru dalam kelompok saat tour dakwah ini. Termasuklah mentor dituntut untuk bersikat ramah (biar dibilang SKSD, dari pada dituduh cuek bebek) terhadap peserta. Sekitar 10 menit kemudian, bus kami sepertinya telah melintasi/mendahului bus kelompok lain. Biasanya nuansa yang teman-teman peserta buat adalah bersorak saat bus saling berpapasan. Merasa bangga, bus kelompoknya bisa mendahului bus kelompok lain. Umumnya, hal tersebut biasa dilakukan para remaja/ABG. Mereka kan mahasiswa, kok begitu!..., biasa aja lagi, mereka sedang mengalami proses pendewasaan bersikap dan berprilaku. Wajar aja seperti itu, mereka masih dalam tahap penyesuaian diri dari masa remaja awal ke remaja pertengahan. Wah kok, habis mendengar sorakan teman-teman, busnya tambah tancap gas aja!, laju banget. Beberapa bus terlampaui, tak ubahnya arena balapan bus (huh..,emangnya ada bus balapan?!).

Sesampainya di pelabuhan Rasau, kami turun dari bus. Selain, memang sudah waktunya turun, aku tidak tahan mencium bau asap yang mengandung karbon beracun dari mesin bus. Kami semuanya cepat-cepat keluar dari bus mencari udara segar. Begitu pula dengan barang-barang yang lumayan banyak juga diturunkan dari atas bus. Suasana terminal bus sekaligus dermaga tersebut menjadi ramai. Warung nasi, dan toko yang menjual makanan yang berderet di pinggir kanan terminal tampak dipenuhi peserta. Mereka kebanyakan sekedar mengisi perut, ada yang makan siang, ada cuma beli snack, air mineral, dll. Tampak pula sebagian peserta yang belum terbiasa menaiki bus terutama bus perjalanan jauh. Mereka mengalami gejala masuk angin seperti pusing dan mual-mual.

Sekitar 15 menit kemudian, diberitahukan kapal motor telah datang. Seluruh peserta dan panitia di arahkan segera menuju dermaga. Masing-masing kelompok membawa ragam perbekalan. Dalam situasi seperti ini peran mentor sangat diperlukan untuk mengingatkan peserta agar tetap dalam satu kelompok. Masing-masing ketua kelompok di arahkan untuk mengabsen ulang anggota kelompoknya. Begitu pula barang-barang yang akan dibawa. Meskipun barang-barang peserta telah dikumpulkan dengan kelompok masing-masing tidak menutup kemungkinan barang-barang tersebut bisa tertukar. Apalagi jika barang tersebut tanpa merek (baca: nama kelompok). Pada kondisi dan situasi seperti ini para mentor dipanggil kali ini oleh presma untuk berwaspada dan agar mengontrol emosi saat mengarahkan peserta.

Let’s go to Batu Ampar

Setelah semuanya siap, kapal motor klotok perlahan tapi pasti dengan iringan kepulan asap hitam keabu-abuan dari cerobong asap ditambah bunyi bising mesin bahan bakar solar, menjauhi dermaga dan siap menuju Batu Ampar. Awal keberangkatan peserta kali ini belum bisa dikondisikan mengelompok sesuai kelompoknya masing-masing. Hanya barang-barang dari masing-masing kelompok mereka yang dapat dikelompokan. (jelas beda antara ngatur manusia dengan barang). Peserta masih campur baur cowok dan cewek. Namun ada sebagian mereka yang berusaha memisahkan diri agar terhindar dari ikhtilat (bersentuh-sentuhan dengan lawan jenis yang bukan muhrimnya). Teman-teman sebenarnya lebih tahu, bagaimana seharusnya menghadapi kondisi seperti itu. Apakah itu kondisi yang sangat darurat, dengan artian sulit menghindari ikhtilat, atau kondisi itu masih dibilang wajar. (hmmm…or cari kesempatan dalam kesempitan, nggak boleh tuh!). Kalau masih bisa diusahakan ‘menjaga jarak’, silakan. Tapi jangan kuper abiz ya…

Sepanjang perjalanan di kapal motor ini ku lihat sebagian peserta ada yang memilih berada di dalam ruangan kapal, dan tidak sedikit yang lebih senang bertengger (baca: duduk) ditepi sisi kanan dan kiri kapal motor dan lebih lagi di atas atap kapal. Namun, sebagian saja yang bertugas menjaga barang kelompok masing-masing.

Bunyi mesin kapal memecah keheningan aliran sungai, ditambah riak-riak gelombang air yang menerpa tepian bawah kapal. Pemandangan yang tampak hanyalah sungai berwarna tanah kuning kecoklatan, dan sederetan daratan yang ditumbuhi hutan bakau dan pohon nipah. Siang itu kira-kira pukul 13.30, matahari cukup terik. Sehingga kulihat cuaca cerah berawan indah dan desisan angin laut yang sejuk sungguh terasa menyelinap ke lubang hidung dan telingaku. Banyak teman-teman yang semula berada di atas atap kapal beranjak turun mencari tempat teduh. Ada sebagian mereka yang tetap bertahan meski berpayungkan terpal penutup barang-barang. Menurut mereka, di dalam malah lebih gerah, lebih baik di atas ini, selain lihat-lihat pemandangan, menghirup udara segar dan tidak lupa ngemil snack. Kan asyik tuh suasananya. Saking enaknya di atas kapal aku dan beberapa temanku sempat tertidur sejenak. (Abiz.., AC-nya alami sih nggak bikin sesak jadi ngantuk deh.)

Meski aku tahu sebagai mentor itu tugasnya ngawasi peserta, aku tidak diam begitu saja. Ada saja yang dilakukan di atas kapal. Aku mencoba menaiki atap kapal bagian belakang. Tapi, aku membatalkan untuk tetap bertahan di bagian belakang sebab kepulan asap kapal menabrak muka dan baunya yang menyesakkan napas. Aku teringat dengan bau asap bus yang tak jauh berbeda. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, jika asap tersebut terus-menerus mengarah ke muka, maka mukamu menjadi hitam akibat kandungan karbon dari pembakaran solar di dalam mesin kapal. Sehingga, Aku harus mencari tempat yang dirasa nyaman untuk ditempati sambil santai menikmati cemilan atau makan siang dan keindahan panorama sekitar permukaan sungai dan laut.

Perasaan was-was, bimbang saat berada di atas air muncul. Khawatir gelombang besar menghantam kapal (Sssst…,tidak baik terlalu membuat diri cemas.) Do’a dan dzikir seharusnya dibaca dan disertai tafakur sepertinya dilalaikan oleh mereka yang bercanda, tertawa dan bergembira di kapal. Aku juga tidak mengetahui secara pasti apakah sebagian mereka yang memilih diam, termenung, itu sedang mengingat Allah Azza wa jalla dan memikirkan penciptaan alam yang disaksikan di depan mata. Atau malah,mereka sedang kelelahan dan bosan menunggu kapan kapal ini sampai ke tempat tujuan.

Ku perhatikan di sekeliling, terlihat sebagian panitia ngobrol dan sesekali bercanda, biasalah sekedar meredakan ketegangan dan melepas kelelahan mengurusi peserta yang begitu banyak (300 jiwa). Mereka ada yang duduk-duduk di depan moncong kapal, ada yang berjalan keliling mengitari tepian kapal untuk memperingatkan peserta agar berhati-hati kalau-kalau terjatuh. Ada yang tidur nyenyak bersama peserta lainnya. Ada yang sibuk membaca buku kesayangannya, mendengarkan MP3 HP dengan Hetsetnya, dll.

Para peserta sepertinya tidak mengindahkan peringatan panitia, untuk masuk ke dalam kapal. Mereka tetap saja bertahan dan sesekali duduk bersandar di tepi kapal. Dalam kondisi seperti ini sulit kita jumpai mereka yang menjaga hijab. Mereka malah berikhtilat, bercengkrama, bak kekasih. “Seperti ada cinlok (cinta lokasi) di sini”, kata salah satu teman kita yang merasakan aura, nuansa romantis ala mahasiswa baru di atas kapal. Mereka kebanyakan belum mampu menahan hasrat. Dan memang kita akui itulah ciri khas manusia yang masih berumur remaja pertengahan. Mereka berkeinginan menampilkan performance terbaik di hadapan lawan jenis. Itu pula yang kita kenal sebagai salah satu dari fitrah manusia diciptakan. Saling kenal-mengenal. Tapi perlu diingat kenalan boleh saja selagi masih di dalam jalur yang wajar.

Kapal motor terus melaju menyusuri belokan sungai kapuas. Tiba di sebuah persimpangan antara sungai dan laut, kapal motor harus berjuang saat melintasi lautan lepas. Bisa saja gelombang seketika menghantam kapal. Aku berusaha meminimalisir kekhawatiran yang belum tentu terjadi. Hanya bersifat prediksi dan kewaspadaan agar bersiap siaga. Alhamdulillah kekhawtiran tersebut sirna seketika saat kapal kami kembali memasuki sungai. Karena di sungai gelombang menjadi reda.

Untuk merubah haluan, pengemudi kapal harus meminggirkan kapal terlebih dulu. Awalnya aku tidak mengerti mengapa dilakukan demikian. Mengapa tidak ditengah-tengah sungai saja membelokkan haluan kapal. “Kemungkinan di tengah sugai, arus terlalu deras, khawatir kapal tidak terkendali saat diubah arahnya.” Pikirku.

Sambil lalu, terlihat di sana-sini objek pemandangan seperti tadi, hutan bakau dan air sungai yang sesekali seolah-olah berubah warnanya menjadi kebiru-biruan akibat efek dari warna biru langit. Kami harus bersabar menunggu kapan tibanya di Batu Ampar. Aku bertanya-tanya seperti apa tempat tersebut. Aku sering ditanya oleh beberapa peserta,”masih jauh atau sudah dekat Batu Amparnya?, jam berapa kita sampai di sana?, dan pertanyaan sejenisnya yang tidak dapat ku jawab pasti. Sebab akupun belum pernah ke sana. Aku berujar kepada salah satu peserta dengan maksud agar berhenti bertanya terus kepadaku.(emang kurang sopan sih, apa boleh buat) “Sejauh-jauhnya tempat, kalau sudah sampai di sana, tidak akan terasa jauh. Percaya deh, Insya Allah kita akan sampai di sana, jangan khawatir. Bersabar saja menunggu ya”. Kadang untuk menenangkan mereka yang bertanya-tanya kepadaku (ssst..hati-hati entar ke-GR-an lo, jaga hatimu) aku harus bertanya kepada panitia lain yang lebih tahu. Kesempatan mengalihkan “para wartawan” ini ke narasumber selanjutnya. “lebih baik bertanya kepada yang lebih tahu”.He he..strategi ini berhasil.

Tidak banyak di antara mereka yang meluangkan waktunya untuk mengingat sang pencipta alam. Apalagi dalam sikon seperti ini. Masing-masing terfokus pada kesibukannya. Kita harus pandai membuat suasana dalam keadaan apapun. Di atas kapal, aku dan teman-teman bosan jika Cuma duduk termenung. Situasi seperti ini harus dinikmati. Sebagian peserta ada yang bernyanyi, bercanda, ngobrol dan bertingkah laku dengan cara tersendiri yang sulit dimengerti maksudnya. Untuk pendekatan awal, aku memilih bernyanyi bersama teman-teman meskipun hanya sepenggal lirik lagu yang hapal. (tapi ingat, jaga niatmu, situasi ini sangat mendukungmu untuk cari perhatian) Terpenting bisa menghibur dan mengisi suasana gembira. Selanjutnya, cape’ bernyanyi, ku ambil Al-Quran dari dalam tas ranselku. Dan memang sebelumnya aku secara tidak sengaja menemukan surah Luqman [31] dan membaca ayat 31-32[3]. Ku baca secara perlahan ayat dan terjemahnya. Ayat tersebut sangat menyentuh dan berhubungan sekali dengan kondisi yang sedang kami alami yakni berada di atas kapal. Sungguh Maha lebutnya Allah melalui perantaraan ayat tersebut menegur dan memberi peringatan kepada kami. Ayat tersebut ku tunjukkan kepada temanku. Ku suruh ia membacakan terjemahannya. Sekilas, ia bingung dan tidak mengerti. Ku jelaskan, untuk mentadabburi (mendalami) ayat-ayat Al-Quran, tidaklah cukup hanya membaca secara teks. Kita perlu membaca ayat-ayat AlQuran yang tersebar di alam semesta ini. Buktinya, di depan mata, di sekeliling kita saat ini yang kita saksikan, lautan terbentang luas, cakrawala membentang, hunjaman gunung-gunung, hamparan daratan, dan kapal berlayar merupakan bagian dari ayat-ayat/tanda-tanda keagungan Maha dahsyatnya Allah sebagai pencipta dan pengatur. Suasana di sekitarku seketika kurasakan bertafakur. Meski teman-teman di lain tempat sibuk dengan ekspresinya masing-masing menikmati perjalanan di atas air.

Tidak terasa, perjalanan kami menghabiskan waktu sekitar tiga jam. Waktu shalat Dzuhur pun telah tiba, aku tidak langsung shalat. Ku tanya temanku yang biasa shalat tepat waktu.”Waktu Dzuhur udah masuk nih, apakah sebaiknya dilaksanakan sekarang?” tanyaku. “Sepertinya kita jama’ saja nanti diwaku ashar, sebab ini rukhsoh bagi musafir” Ia menjawab sambil melihat kondisi yang kurang kondusif untuk melaksanakan shalat, apalagi shalat berjamaah. Temanku lebih memilih shalat Dzuhur dan ashar dilakukan dalam satu waktu yakni diwaktu ashar. Biasanya hal ini kita kenal dalam ilmu fiqih sebagai shalat jama’takhir. Tapi aku khawatir, jika sampai di sana menjelang maghrib, bolong deh dua waktu shalatnya. Kita akan tergolong ke dalam orang-orang yang celaka karena menunda-nunda melaksanakan shalat. Di tengah situasi yang cukup ramai, aku dan temanku memberanikan diri untuk melaksanakan shalat dengan men-jama’ dan meng-qashar (menggabung 2 waktu shalat dan meringkas rakaatnya).[4] Anggap saja ini ujian hati untuk beristiqamah menjalankan perintah-Nya. Terbersit kekhawatiran yang menyurutkan niat untuk beribadah. Takut riya’, sok alim, ingin dipuji, dan sebagainya semampuku kutepis. Fokus hanya karena Allah. Ini menjadi latihan me-manage hati dan pikiran. (yakinlah kita bisa melakukannya)

Welcome to Batu Ampar

Sekitar 4 jam berlalu, kapal motor berlabuh beberapa kali ke tepian sungai untuk menurunkan peserta bersama mentor dari kelompok I , II ,VIII, IX, dan X. Setelah itu barulah kapal menuju dermaga batu ampar untuk menurunkan kelompok III sampai kelompok VII. Demikian teknis penurunan masing-masing kelompok yang telah ditetapkan panitia.

Seperti biasa dalam situasi penurunan peserta dan barang bekalan. Peran mentor sangat diharapkan. Mentor musti mengontrol satu per satu peserta dan barangnya saat diturunkan. Kemungkinan barang tertukar atau terbawa kelompok lain saat itu terjadi. Dan hal ini dialami salah satu peserta dari kelompok V. Ia kehilangan tas pribadinya. Mentor dan teman-teman dari kelompok V dan kelompok lain berusaha menenangkannya agar tidak terlalu panik dan terus berusaha mencari.

Rombongan peserta dan mentor diarahkan oleh panitia pemandu yang membawa megaphone agar segera menuju ke Masjid jami’ Nurul Huda Batu Ampar. Masjid ini tidak jauh dari pelabuhan. Barang-barang yang berat ditaruh ke dalam gerobak dorong yang telah disediakan panitia dan selebihnya dibawa oleh peserta masing-masing. Sesampai di Masjid yang dibangun di atas tanah berbukit itu, teman-teman ada yang duduk sejenak, melepas lelah dan beberapa menit kemudian rombongan diarahkan panitia untuk melaksanakan shalat ashar secara bergilir. Sore itu masjid batu ampar dipenuhi rombongan tour dakwah. Setelah melaksanakan shalat, rombongan disuguhi nasi bungkus. Suasana kebersamaan dan keakraban mulai terbangun saat makan bersama di sekitar halaman masjid.

Tidak terasa azan maghrib berkumandang, rombongan segera berwudhu. Berhubung tempat wudhunya cukup mungil dan kerannya terbatas, jadi cewek dan cowok berwudhu secara bergilir. Seolah-olah rasa penat, letih mengalir luntur dengan kesegaran aliran air wudhu.

Shalat maghrib berjamaah pun dilaksanakan. Rombongan bergabung dengan jamaah dari masyarakat setempat. Masjid dipenuhi oleh para calon ustadz dan ustadzah.

Go to Posko V

Ba’da (selepas) maghrib, masing-masing kelompok dan ditemani panitia menuju posko yang telah disediakan. Untuk posko kelompok V berada di romah kosong milik salah satu warga RT 10. Berdasarkan survey panitia, posko V dinamakan posko ne’ Aki sebab tuan rumahnya adalah seorang kakek (Melayu language: ne’Aki). Posko V berdekatan dengan lingkungan sebuah pondok pesantren, pusat pendidikan anak usia dini (PAUD), dan Sekolah Dasar. Sesampainya di posko V, Agung (cucu dari tuan rumah) yang juga mengantarkan kami (kelompok V) mempersilakan kami masuk. Di antara kami ada yang duduk beristirahat sejenak, ada yang langsung bersih-bersih tempat, ada yang mencari tempat mandi karena merasa gerah seharian. Aku membiarkan peserta berinisiatif mengenali tempat sementara mereka. Tak lama kemudian, Agung mengajakku dan salah satu panitia SC ke rumah anak pak RT setempat. Disebabkan Bapak RT sedang sakit dan dirawat di salah satu rumah sakit di Pontianak, jadi sebagai perwakilannya Bapak Abdul Latif lah yang kami temui. Beliau selaku anak dari Bapak RT tidak memiliki jabatan apa-apa di desa ini. Namun urusan administrasi terkadang beliau turut membantu. Pak Latif cuma meminta daftar nama peserta dan mentor dari kelompok V. Agung juga menunjukkan tempat mengambil air bersih. Air tersebut adalah mata air gunung yang letaknya tak jauh dari posko V. Mata air berada di dua telaga. Sepintas telaga tersebut dangkal, tapi airnya tidak pernah kering. Air telaga pertama digunakan untuk air minum dan air telaga kedua untuk mandi dan mencuci. Cuma Agung sedikit berpesan kepada kami ketika berada di sekitar mata air ini, tolong jaga mulut. Jangan bicara yang macam-macam (takabur, teriak, jorok, dsbnya). Ia juga menunjukkan sumur buatan di depan tepatnya samping kanan posko V. Airnya hanya bisa dipakai untuk mandi dan mencuci. Sungguh, sambutan masyarakat yang telah mengetahui kedatangan kami sangat antusias. Seolah mereka terbiasa dengan kedatangan tamu. Memang sebelumnya menurut masyarakat sekitar, beberapa tahun yang lalu RT 10 ini pernah kedatangan tamu dari mahasiswa Muhammadiyah selama sebulan dalam tugas kuliah kerja nyata. Dan salah satu kelompok dari mereka pernah menempati rumah yang saat ini dijadikan poski V peserta tour dakwah STAIN Pontianak.

Awal Ta'aruf, masih 'jaim'-lho

Setelah beberapa peserta beres-beres tempat dan sebagiannya mandi. Setelah makan malam, kami kelompok V sepakat melakukan Briefing[5]. Pertemuan awal, kami saling ta’aruf (kenalan) terutama antar peserta. Dan mengakrabkan diri meski belum semua hapal nama teman-temannya. Selain itu untuk agenda besok, tanggal 18 Pebruari 2008. Kami sepakat untuk bersosialisasi dengan masyarakat setempat. Kami juga mulai menjadualkan petugas piket harian (yang memasak, bersih-bersih rumah, halaman, ngangkut air dll).

Kelompok V beraksi

Senin,18 Pebruari 2008

Sekitar pukul 04.25 WIB. Suara adzhan subuh terdengar dari corong pembesar suara di Surau milik Pondok Pesantren. Kami berduyun ke Surau melaksanakan kewajiban yang satu ini. Udara segar menyelinap di hidung, dan sungguh suasana alam desa yang begitu menenangkan dan menentramkan jiwa.

Melihat santri-santri sangat bersemangat dalam belajar terutama ilmu agama, teman-teman ingin menawarkan beberapa program kegiatan untuk mereka. Satu di antara usulan dari teman-teman adalah mengadakan TPA kilat. Sebab mayoritas santri-santri adalah anak-anak. Kami menyetujui usulan tersebut.

Setelah ’nyabu’ (sarapan nasi bubur ) dan mandi pagi, Aku dan teman-teman bersosialisai ke SDN. 23 , sedang Nana (patnerku) dan teman yang lain ke PAUD, serta sebagiannya lagi bersilaturahmi ke masyarakat sekitar. Dengan mengenakan jas almamater biru sebelum berangkat kami yang bertugas berpose sejenak tepat di halaman depan posko. Sebenarnya Aku kurang biasa berpose seperti itu, apalagi disaksikan oleh warga sekitar. (jadi nggak enak nih..) Seakan-akan membanggakan diri dengan ’pakaian kebesaran’ mahasiswa di hadapan masyarakat. ”Ah.., semoga itu hanya perasaanku saja.”tepisku dalam qolbu. Kami pun menuju tempat bersosialisasi masing-masing.

Sedang teman-teman yang di rumah (baca: posko V) bertugas piket. Meskipun telah dibagi masing-masing tugasnya, tidak baik menonton teman-teman lain bekerja sendirian. Kita ini satu tim, pantang bagi kita nganggur saat teman susah payah bekerja. Jangan menunggu dimintai pertolongan, baru tergerak hati ingin membantu. Di sinilah kita dituntut untuk bisa berempati, tenggang rasa, setia kawan, dan sikap lain yang mencerminkan kesolidan atau kebersamaan kelompok.

Aku salut dengan peserta kelompok V, mereka mau belajar suatu hal dan berusaha untuk kompok. Meski sebagian dari mereka masih ada yang santai, sibuk sendiri, kurang gaul. Namun, teman lain dengan karakter serius, memerintah, dan perfect mampu beradaptasi dengan mereka yang berkarakter humoris, manja dan kekanak-kanakan. Mereka yang berbeda karakteristik bisa saling mengisi dan berbagi pengalaman dalam berpikir, bersikap dan bertindak. (Eiit!..., jangan ke-GR-an dulu, sekedar motivasi aja.)

Ba’da Dzuhur, Aku dan teman-teman cowok, ngobrol membicarakan maksud dan tujuan kami ke Batu ampar, Aku bertemu dengan salah seorang pembina santri, ustadz Arifin namanya. Beliau masih cukup muda. Satu leting (setara) dengan mahasiswa semester atas. Setelah kenalan, beliau langsung mengutarakan keprihatinannya terhadap nasib generasi muda di Batu Ampar. Dulu, beliau belum begitu menyadari betapa pentingnya pembinaan anak-anak dengan pembekalan ilmu agama dan kemasyarakatan. Sekarang, beliau memantapkan diri untuk menjadi pembina di Ponpes demi menyiapkan generasi muda Islam agar tidak canggung saat tampil di masyarakat di masa mendatang. Beliau merespon positif kedatangan para OSPEK ini. (hehe.., minjam istilah Ustadz menyebut kami). Apapun program yang ditawarkan, beliau siap bekerjasama untuk mengarahkan adik-adik santrinya untuk berpartisipasi.

Sungguh, sebuah percepatan dalam tahap pendekatam bersosialisasi. Kabar gembira ini disampaikan setelah kami puas menyantap hidangan makan siang yang telah disiapkan petugas piket hari itu. Suasana menghadapi hidangan tersebut menambah keakraban teman-teman. Awalnya, tampak rebutan mengambil porsinya masing-masing. Sedikit sentuhan menambah nuansa harmonis. Aku bertanya,”ada yang belum mendapatkan bagian, atau yang belum makan. Jangan sampai ada yang tidak kebagian ya?”. Inilah yang dilakukan untuk memancing empati teman-teman. Terserah mereka mau merespon seperti apa. Kita harus memahami saat seperti ini teman-teman peserta sedang belajar berempati, merasakan apa yang dirasakan teman yang lain, minimal mereka peduli dengan teman mereka. Meski dengan lauk dan sayur ala kadarnya, tidak mengurangi selera makan mereka. Dari pada lapar ditahan, lebih baik menikmati makanan yang ada. Teman-teman yang sudah memperoleh materi/pelajaran tentang bersikap qana’ah tentu memahami betul kondisi seperti ini. Kita harus belajar bersyukur dengan rezeki yang diberikan Allah Swt. Dengan kata lain, mereka cukup dengan apa yang diterima.

Tapi, sebagian mereka ada pula yang lebih senang jajan di warung depan posko V dan warung sebelahnya yang menjual bubur, nasi kuning, dan pecal/gado-gado. Sengaja memang membiarkan mereka demikian. Hitung-hitung, itu merupakan metode mereka bersosialisasi kepada masyarakat setempat. Yah,... lumayan bisa membahagiakan hati masyarakat. Betapa tidak, dengan kehadiran kami, warung dagangan jadi laris manis. (emangnya jualan gula ?!..)

Adapula yang pandai memanfaatkan situasi untuk akrab dengan sesama teman satu kelompok. Di antaranya mentraktir teman menikmati pecal khas Batu Ampar atau bagi-bagi snack. (Wah..,kalau acara yang berhubungan erat dengan mulut dan perut, pasti rame he he he... bercanda aja lagi.) Bahkan, Aku selaku mentor juga tidak bisa menghindar dari traktiran mereka. Malu aja sih.

Harap maklum aja, sebab masa remaja pertengahan seperti itu masih masa pertumbuhan dan perkembangan baik pisik maupun emosional. Semoga aja, ini bagian dari proses interaksi mereka guna mengidentifikasi diri dan orang lain.

Briefing II pun dilakukan agar teman-teman harus mempersiapkan agenda selanjutnya. Siang itu, suasana gerah terasa. Mata terasa berat, mengantuk. Keseriusan diselingi sendau gurau. Entah mengapa, seolah-olah mereka yang humoris pandai membaca situasi. Bagi yang cape’(cape’ kekenyangan or cape’ bertugas seharian itu nggak tau pasti) sebagian mereka tidak kuat menahan kantuk. Hanya beberapa orang yang masih berusaha melek matanya. Melihat kondisi demikian, kami sepakat untuk segera menyudahi briefing dan memberikan kesempatan teman-teman untuk beristirahat siang sampai waktu ashar tiba.

Namun sebelumnya, telah dilaporkan hasil sosialisasi dari masing-masing tim. Bagi uang sosialisasi ke sekolah dasar 23 melaporkan bahwa kepastian mengajar sementara pada keesokan hari yakni selasa, 19 Pebruari 2008. Mereka yang bersosialisasi ke PAUD sudah bisa langsung mengajar hari ini. Meskipun murid-muridnya mayoritas ’bermata sipit’ (etnis cina), tidak menjadi persoalan. Ummi (nana) menambahkan bahwa ia dan teman satu tim menyempatkan bersilaturahim sekaligus sosialisasi ke rumah Kiyai Syamsudin (pimpinan yayasan Ponpes Darul Ulum). Kiyai saat itu tidak berada di tempat, Beliau sedang mengemban amanah di Negeri Jiran, Malaysia, yang ditemui hanya istri beliau Hj.Mahmudah (biasa dipanggil Bu Syam). Ibu sangat mendukung keinginan kami untuk mengadakan TPA kilat. Ibu mempersilakan kami mengadakannya di surau atau gedung madrasah ibtidaiyah di samping belakang surau. Berarti, sorenya bisa langsung dibuka TPA-nya, sebab sore ba’da ashar santri tidak beraktifitas di surau. Kami lebih memilih tempat mengajar di surau. Sebagian teman-teman ada yang bersilaturahim ke beberapa rumah warga RT 10. Sedang yang cowok, gabung bersama pemuda dan ngobrol di warung yang tidak jauh dari surau. Aku ditemani Murtado, salah satu dari peserta cowok untuk berkunjung, sekedar mampir ke rumah seorang remaja yang juga menjadi santri yakni Khairul Anam. Kami berkenalan dan berbincang-bincang sekedar bertanya seputar kondisi RT 10 dan sekitarnya.(ini penting lho buat informasi maping area). Alhamdulillah, kami telah menjalin keakraban dengan sebagian warga setempat meski belum maksimal.

Hari begitu sore, dan kami berkemas dan siap-siap untuk shalat maghrib. Ba’da maghrib di surau, kelompok V mengadakan acara ta’aruf kepada warga sekitar. Kebetulan, malam selasa ini, bertepatan dengan acara muhadharah santri yang diagendakan seminggu sekali. Kami sepakat kedua acara tersebut digabung. Kami memilih ba’da maghrib sebab ba’da isya’ juga akan dilakukan acara pembukaan MBM (masa bakti mahasiswa) STAIN Pontianak di Masjid jami’ Nurul Huda.

Acara muhadharah + ta’aruf itu dibuka oleh Khairul anam selaku MC. Penampilanpidato dari Bahrul (ketua santri putra) dan Siti Masdar (ketua santri putri). Selanjutnya kata sambutan oleh Ustadz Arifin, sambutan sekaligus perwakilan ta’aruf dari kelompok V oleh Lutfi selaku ketua kelompok dan ceramah ilmiah oleh Bapak Jali sekaligus mewakili Yayasan Ponpes Darul Ulum.

Dalam ceramahnya, Bapak Jali dengan semangat memberikan wejangan kepada semua yang hadir saat itu. Beliau mengungkapkan masa lalu Batu Ampar yang terkenal makmur dan maju. Meski sebenarnya beliau bukan orang tempatan, dengan kata laian orang pendatang, tapi banyak tau tentang batu ampar ini. ”Katanya....dulu batu ampar sangat ramai, terkenal dengan pelabuhannya. Banyak kapal-kapal asing dari luar negeri berlabuh”.ungkap Beliau. Dalam hal ini penyampaian beliau dengan nada humor melalui kata kunci ”katanya”. Jadi setiap menceritakan masa silam Batu ampar selalu diawali kata kunci tersebut.

Sepertinya acara masih dilanjutkan meski diketahui waktu shalat Isya’ telah tiba. Aku mendekati ustadz Arifin dan sedikit berbisik kepadanya yang duduk disebelahku, ”apakah sebaiknya acara ini diberhentikan sejenak ?, waktu isya’ udah masuk”, ”Biasanya kami di sini melanjutkan acara, dan shalatisya berjamaah tetap dilakukan walaupun sudah pukul 21.00 wib.”jawab Ustadz. Aku mengangguk. Memang sih, kita belum terbiasa dengan kondisi tersebut. Saat adzan seharusnya berhenti sejenak untuk menunaikan shalat. Apapun acaranya, jika kita lebih memprioritaskan (mementingkan) seruan Allah dibandingkan yang lain. Saat masuk waktu isya’, penampilan semacam qasidah yang dibawakan oleh santri putra dan putri menyanyikan lagu Mars mereka. Setelah acara ditutup dengan melafadzkan hamdalah. Kami segera melaksanakan shalat isya berjamaah.

Malam itu pula, setelah kami makan malam, meskipun tidak sama-sama. Evaluasi dilakukan, teman-teman harus bersedia dikritik untuk perbaikan diri dihari selanjutnya. Kami memilih salah seorang dari peserta untuk memimpin evaluasi malam itu. Masing-masing tim melaporan kerjanya. Tim piket, tim ke PAUD, TPA, SD, dan tugas-tugas lain menyangkut kelompok V. Sebenarnya targetan yang diharapkan, mereka dapat solusi dari kekurangan yang ada. Malam itu pula dipastikan petugas tetap ke PAUD , TPA,SD dengan kata lain, dibuatnya jadual agenda selama sepekan.

Setelah diizinkan, mentor menyampaikan sekelumit saran dan nasehat yang mengandung introspeksi diri, motivasi kelompok, dan wejangan lain yang dikira perlu buat mereka. (kalo untaian kata dan kalimat cuma sebatas dibibir dan telinga, sia-sia aja. Resapi dan dicernalah!)

Malam semakin larut, kami menyudahi evaluasi............

Kami musti siap-siap ”berlayar ke pulau kapuk”. Teman-teman ada yang mengecas Hp-nya di teras depan. Karena cuma itu satu-satunya colokan (terminal listrik) yang ada. Ada yang udah Zzzzzz....zz...z Ada pula yang belum ngisi ”kampung tengah”, atau masih lapar, jadi mau pilih yang praktis, cepat masaknya, mereka memasak mie instan. Itulah makanan favorit mereka.

Bicara soal mie instan, kita semua tahu makanan yang satu ini bukan jenis makanan pokok. Mie instan adalah makanan tambahan (makanan sampingan). Kebetulan kita bekal mie instan sekardus, ya cukuplah buat seminggu. Tapi kalau seminggu makannya mie terus juga kurang baik bagi kesehatan. Sebab seperti kita tahu mie mengandung zat pengawet buatan (bahan kimia) jika mengonsumsinya secara berlebihan akan berakibat fatal.[6] Buktinya salah satu temanku menderita pembengkakan pembuluh darah dan sekarang masuk rumah sakit gara-gara kebanyakan makan mie instan.(benar lho, bukan nakutin). Buat yang doyan mie, seolah mie tidak bisa dipisahkan dari hidupnya (wee...segitunya!) ikuti saran dokter berikut ini : saat mie instan telah masak, jangan ditaburi bumbu dulu, angkat mie-nya sedang air (kuah) pertama dibuang. Lalu didihkan air yang baru bersama mie-nya. Ini dilakukan agar terhindar dari kandungan zat pengawet pada mie. Memang kerjanya jadi dua kali, nggak praktis dong, tapi daripada...daripada...

Kalau saranku sih, kalau bisa berpantang[7] itu lebih baik. Tapi, jika tidak bisa, alternatifnya teman-teman musti kreatif mikirin menu masakan yang sehat dan aman dimakan.[8](Yaa...jadi laper nih.) Banyak kreasi menu yang selain menggugah selera, juga melatih kita untuk bersabar memasaknya. (Aduh, jadi penasehat koki nih) Simpel kok masaknya: sediakan mie instan, telur, dan nasi. Mie dan telur dimasak. Saat mie + telur mau dimakan, tambahlah nasi sebagai kebutuhan karbohidrat utama tubuh. (ribet banget, bilang aja ma-em mie pake nasi [titik])

Strategi Jadi guru asyik

Selasa, 19 Pebruari 2008

Setelah Adzan subuh terdengar sayup dan shalawatan dengan syair khas. Hanya sebagian dari kami yang beranjak ke surau. Sebab, berdasarkan informasi masyarakat setempat, RT 10 ini rawan pencurian barang berharga. Jadi menyikapi hal itu, kami buat strategi, ada yang musti berjaga di posko secara bergilir. Ba’da subuh, beberapa teman ada yang tilawah (membaca Al Quran), wiridan dan melaksanakan tugas piket yang telah dijadwalkan. Sebagian yang lain, terutama cowok ada yang joging pagi, menghirup udara segar dan menikmati panorama alam khususnya menunggu saat-saat mentari pagi terbit dari ufuk timur di tepian dermaga, pelabuhan Batu Ampar. Sayangnya, pemandangan indah dan hening itu tidak sempat diabadikan lewat kamera foto. (emang sih nggak ada niat mau berposeria atau latihan jadi photografer handal).

Pagi hari kami melihat berduyun-duyun siswa-siswi SD dan SLTP pergi ke Sekolah. Umumnya mereka berjalan kaki, disamping ada yang bersepeda dan diantar orang tua atau keluarganya. Tampak dari wajah-wajah polos mereka semangat mencari ilmu pengetahuan demi kemajuan desa mereka. Orang tua mereka sadar betapa penting pendidikan bagi masa depan generasi mendatang. Sungguh, berjalan bersama anak-anak sekolahan mampu melahirkan inspsirasiku. Kebetulan kami ingin kembali ke posko V dan satu arah dengan sekolah mereka. Menyaksikan adik-adik seumuran SD, aku teringat masa lalu aku bersekolah. Tidak jauh berbeda, aku sering jalan kaki menuju Sekolah. Seakan perasaan senang kembali muncul saat berjalan bersama teman-teman kecilku ini.

Tidak terasa, kamipun tiba di posko V, aku dan teman-teman bersiap-siap mandi dan berangkat ke Sekolah. Memang pagi itu kami belum sempat mandi, alasannya macam-macam. Terlalu pagi-lah, airnya dinginlah, malas mandi awal-lah dsb. Tapi yang pasti jika mandi dulu, keburu kesiangan jogingnya. Ah..., masing-masing punya alasan sendiri.

Di SD 23, yang kedua kalinya kami bertugas, tidak langsung masuk ke kelas, sesuai konfirmasi awal dan informasi dari panitia SC bahwa kelompok V dan kelompok VII bisa bekerja sama /berkoordinasi dalam pembagian jadwal mengajar. SD 23 ini posisinya berada di belakang SD 07 Batu Ampar. Kepala sekolahnya, Bapak Abdullah S. sangat menyambut baik kedatangan kami. ”Kami sangat mendukung kegiatan yang adik-adik mahasiswa lakukan di Sekolah ini, dan apalagi demi penyiapan masa depan pendidikan anak-anak” demikian tanggapan beliau. Beliau juga sangat terbuka diajak bicara. Bahkan Beliau sempat bercerita tentang pribadinya, kondisi sekolah, dan permasalahan layanan pendidikan khususnya di Desa Batu Ampar ini.

Sambil menunggu mentor dari kelompok VII tiba ke Sekolah untuk konfirmasi ulang bagaimana teknis penempatan teman-teman peserta. Sepertinya mereka tidak sabar untuk mengajar. Aku melihat anak-anak murid kelas V asyik berolahraga dengan dibimbing oleh guru bantu yang juga mengajar penjas. Setelah lama menunggu (+10 menit), Syahrul, mentor kelompok VII pun tiba di Sekolah. Aku dan Syahrul pergi ke ruangan guru untuk membicarakan teknis pembagian peserta ke masing-masing kelas dan sekedar melihat jadual mata pelajaran kelas guna kesesuaian waktu. ”Sepertinya kita cukup memberikan arahan secara garis besarnya saja, urusan kesesuaian mata pelajaran biar inisiatif mereka.” saranku. ”Ya, benar juga”. Kata Syahrul. Baru sebentar ditinggal, teman-teman dari kelompok V yang dari tadi menunggu giliran mengajar malah berinisiatif sendiri. Ada yang bergabung main voly ball dengan anak-anak, bermain bersama anak-anak kelas 1-2, bahkan anak-anak kelas lain yang lagi istirahat juga tertarik ikut main sama kakak-kakak berbaju biru itu. Siswa-siswi SD mulai ramah dan ingin berkenalan dengan kakak dan abang mahasiswa. Mereka bersalaman, meski tampak malu kadang mereka mengajak kami bercanda. (Anak-anaknya imut-imut dan lucu-lucu sih, jadi gemes deh).

Jam kedua pun tiba (09.00), lonceng berbunyi tanda pergantian mata pelajaran. Kami selaku mentor V dan VII sepakat menempatkan teman-teman kelompok V pada jam kedua ini sebab pada jam pertama tadi sudah diisi oleh teman-teman kelompok VII. Menurut temanku Syahrul, teknisnya bisa saja rolling[9] (ditukar) atau bisa pula mereka digabung (kolaborasi[10]) Jadi tiap kelas ada perwakilan masing-masing kelompok. Atau seperti apa yang pasti selaku mentor cuma mengarahkan saja, biarlah mereka berkreatifitas dan berinisiatif sendiri. “Yang pasti pihak sekolah taunya kita dari STAIN Pontianak dalam hal ini kita satu bukan dipandang per kelompok.” Ujarku.

Awalnya aku cuma bermaksud mengantar teman-teman ke sekolah, (hari gini…,diantar ke sekolah) aku ingin teman-temanlah yang mengajar di kelas, sedang aku menunggu saja di kantor atau langsung kembali ke posko. Tapi..nyatanya aku juga diajak mengajar.

Sekitar 30 menit kami menunggu di kantor. Sesekali kulihat jam dinding kantor yang dibawahnya terpajang deretan foto mantan presiden Indonesia dari Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, KH. Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarno Putri.

Aku dan teman-teman kelompok V berbincang sejenak untuk menentukan kelasnya masing-masing. Setelah sepakat, aku dan teman-teman memilih kelas V. Suasana kelas yang ribut dan sulit untuk mengajar dan menyampaikan materi pelajaran. Saat itu kami mengajar bahasa Indonesia. Secara bergantian teman-temanku mencoba berbicara. Dalam hal ini kita harus pandai memanfaatkan situasi kelas. Setauku teman-teman dari jurusan Tarbiyah akan mendapat teori manajemen kelas. Strategi yang kami ambil, mencoba memfokuskan perhatian siswa-siswi dengan memanggil beberapa temannya maju ke depan kelas. Strategi ini ternyata kurang berhasil, kami gunakan strategi kedua (plan B). Kami membagi para siswa per kelompok. Mengajak mereka berdiskusi mengerjakan tugas yang diberikan. Lumayan berhasil.

Sudah menjadi keharusan bagi seorang guru untuk memiliki kemampuan dan keterampilan dalam mengajar khususnya penggunaan metode dan strateginya. Tidak semua metode disenangi para siswa. Belem lagi, melihat mereka yang riang dan lincah. Para guru musti mampu menyesuaikan dan bersikap bijak. Ketegasan juga dipandang perlu agar siswa-siswi bisa belajar menghargai gurunya.

Menyampaikan pelajaran itu tidak sulit, Namur mendidik dengan penuh casi sayang itulah yang perlu pengorbanan besar baik tenaga, pikiran, bahkan ada yang rela mengorbankan uang demi anak didiknya.

Guru betapa tulus belas jasamu

mendidik kami....

mengajari kami akan makna

kasih sayangmu, pengorbananmu

tuk masa depan kami yang terang

Terima kasih guruku, terima kasih......

Hanya ini yang dapat terucap.

(ups, kok jadi baca puisi nih...terharu ya?!...)

Setelah mengajar, kami berpose di depan tiang bendera yang dibawahnya ada relief mini kepulauan Nusantara.

Semoga ini tak sekedar kenangan-kenangan kami, tapi menjadi inspirasi hidup kami untuk turut merasakan perjuangan guru-guru khususnya di Batu Ampar. Selamat bertugas wahai para guru.........engkaulah pahlawan tanpa tanda jasa.

Kami kembali ke posko V. Demikan pula teman-teman dari kelompok VII. Kembali ke posko mereka di teluk Mastura. ”Wah, sekarang sudah menjadi guru ya?!...godaku kepada teman-teman. Teman-teman memandangiku dan hanya tersenyum simpul. Di antara mereka ada yang senang menceritakan pengalaman pertama kali mengajar di kelas. Sambil berjalan menuju posko mereka asyik bercerita seputar hal-hal yang mengesankan saat mengajar. Aku senang melihat mereka seperti itu. Sebab sesuatu yang baru pertama kali dilakukan pasti menjadi kebahagiaan dan kebanggaan tersendiri yang sulit untuk dilupakan dan sayang kalau tidak diceritakan. Mau tidak mau suatu saat kita pasti cerita kepada orang lain tentang pengalaman pribadi. Dan yang memilih diam, aku yakin, ia mulai belajar bersikap dewasa dan bersikap sewajarnya.

Baksos Bikin Solid Kita-kita

Setiba di posko V, kami melihat teman-teman yang lain sudah selesai melakukan baksos (bakti sosial). Si Bro (panggilan buat Sobirin) selaku koordinator tugas baksos berharap agar baksos dapat dilanjutkan esok hari. Teman-teman yang lain tampak cape’ mereka beristirahat, duduk-duduk diteras depan posko. Ada pula yang membeli air es di wurung depan sekadar menghilangkan dahaga.

Manipulasi Suasana, Munculkan Sensasi

Beberapa menit kemudian, teman-teman yang bertugas di PAUD datang dan ikut beristirahat. Meski baru hari kedua berada di Desa ini, mereka dapat akrab. Dan karena merasa satu kelompok, ada teman-teman yang ”sangat akrab”(maksudnya apa-an tuh?!). Apalagi mentor memanfaatkan situasi dan kondisi seperti ini dengan ”memanipulasi suasana” di posko. Seolah-olah posko V ini hádala sebuah keluarga besar, karena memiliki banyak “anak”. Istilah “Abi dan Ummi” diujicobakan di kelompok V. Tapi ingat kata kuncinya “diujicobakan”. Dengan maksud mereka (para peserta) dapat merasakan nuansa harmonis kekeluargaan. Tapi, aku sempat khawatir + bingung, nuansa ini bisa saja diinterpretasikan[11] salah dan disalah gunakan. Kita tahu yang namanya keluarga tidak ada aspek kerahasiaannya. Terbuka sebebas-bebasnya (dalam artian positif), memiliki hubungan atau ikatan darah (muhrim), dan aspek-aspek lain yang wajar diketahui oleh seluruh anggota keluarga. Sehingga, dengan bebas dan menganggap sesuatu hal yang wajar ketika berinteraksi dengan lawan jenis atau sesama teman yang bukan muhrimnya. Akrab itu boleh, asalkan tidak berlebihan dan tidak terbawa ke perasaan[12].

Belum lagi, mereka yang dikhawatirkan masih lalai menutupi auratnya. Tersingkap di sana-sini, seperti enjoy aja, masa bodoh, cuek dengan adab-adab kesopanan lainnya yang masih perlu dipelajari.[13]

Ada memang perasaan bersalah ketika situasi tersebut dibuat dan diterapkan. Harapannya, peserta dan mentor memiliki ikatan emosonal yang kuat. Dapat menjaga kekompokan. Menjadi wadah curhat. Serta hubungan pertemanan tidak sebatas saat kegiatan berlangsung. Namun, kami selaku mentor menyadari kekurangan dan keterbatasan pribadi dalam membimbing peserta. Masih banyak kesalahan, kekeliruan yang kami lakukan yang jelas berimbas kepada peserta.

Suara azan Zhuhur berkumandang dari corong surau. Sebagian menganggap biasa saja, jadi maíz santai mendengar panggilan Maha dahsyat itu. Ada yang bergegas mengambil wudhu di sumur depan posko, ada pula langsung ke surau dan berwudhu di sana. Umumnya, teman-teman Belem terbiasa melihat ragam prilaku teman-teman lain. Ada yang lemot (lamban), gesit, santai (enjoy), dan lain-lain dalam melakukan pekerjaan atau bertindak. Kita harus mau mengerti dan memahami itu semua. Percuma atau Luang energi saja jika memaksa mereka musti bertindak dengan satu komando yang membuat mereka tidak senang (seperti menyuruh mereka yang santai untuk tergesa-gesa, menyalahkan mereka yang lamban, atau memarahi mereka yang cuek, dsbnya).

Tentunya mereka bisa belajat mengenal diri sendiri masing-masing, apa kelebihan dan kekurangannya akan mereka ketahui sendiri. Mereka akan melihat sikap temannya yang berbeda atau aneh menurut dirinya. Dengan itu, mereka mulai berusaha menyesuaikan diri saat berinteraksi dengan teman. Tanpa menghapus jati diri masing-masing. Dengan kata lain, tidak ikut-ikutan dalam bertingkah laku dan bertindak. Bertindak sesuai apa yang dipikirkan bukan menunggu disuruh atau diintruksi.

Menentukan apa yang harus dilakukan. Mandiri mengurus diri meskipun kita tidak bisa lepas atau jauh dari bantuan orang lain (ingat teori makhluk sosial?).

Seperti biasa, sebagian ada yang shalat di surau sebagian lain di posko. Jadi posko V sepekan itu jarang di kosongkan. Suasana berubah menjadi ramai saat surau di isi oleh teman-teman meski sekadar menumpang shalat berjamaah.

Ba’da zhuhur, kami kembali ke posko untuk makan siang. Seperti biasa pula, sehabis itu dilakukan briefing. Ada yang beda dalam briefing kali ini, hanya sebagian teman-teman yang tampak serius berdiskusi. Sebagian yang lain kelelahan dan Zzzz....zzz...zz (enak banget ya, teman-temannya melek nahan kantuk, ia malah tidur, nggak izin lagi tidurnya! Sssst..., pengertian dong.)

Sorenya, Aku bersama teman-teman yang cowok bergabung dengan remaja dan pemuda setempat untuk bermain sepak bola di lapangan SMK setempat. Sungguh permainan yang seru. Betapa tidak, pemainnya melebihi jumlah pemain yang seharusnya dalam aturan bermain sepak bola. (ah, biarin aja, teman-teman senangnya rame-rame)

Sosialisasi ya Silaturahmi

Rabu, 20 Pebruari 2008

Rabu sore (sekitar 15.30 WIB) program TPA berjalan seperti biasa. Sedang teman-teman yang tidak bertugas di TPA, dari pada ngobrol di teras posko, lebih baik memanfaatkan waktu sore ini untuk bersilaturahmi ke masyarakat. Mereka bisa banyak belajar bagaimana berinteraksi atau berbaur dengan masyarakat. Kebetulan aku lagi kosong agenda, aku mengajak Teo (salah satu peserta yang cowok) untuk bersilaturahmi ke masyarakat. “Teo ada agenda ndak?” tanyaku. “ndak ada tu” jawabnya. “Mau ndak nemanin Abi main ke rumah warga?” tanyaku lagi. “Mmm..boleh-boleh, sebentar ya bi..,aku ganti baju dulu. Katanya. “Oke-oke”jawabku mantap. Aku berdiri menunggu di depan posko V. Tak lama kemudian, Teo menghampiriku dan kami pun berangkat. “Teo ingin belajar bermasyarakat kan? Tanyaku sambil berjalan. ”Ya bi”jawabnya. “Nah, ini kesempatan kita jangan disia-siakan”sambil menepuk-nepuk bahu Teo. Teo mengangguk-anggukan kepala. Sesampai di depan rumah Pak Sulung (guru ngaji anak-anak setempat), kami mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Melihat kami bertamu ke rumah pak Sulung, salah satu warga yakni tetangga depan mengatakan bahwa pak sulung sedang sakit. Kami mengurungkan niat untuk bertamu saat ini, khawatir mengganggu istirahat pak sulung. Tapi, tiba-tiba pintu dibuka oleh pak Sulung dan mempersilakan kami masuk. ”Maaf mengganggu Bapak, katanya bapak sakit ya? ”Iya, saya memang agak demam.”jawab pak Sulung. Kami berbincang-bincang dengan pak Sulung seputar beliau dan keluarganya dan informasi seputar RT 10 ini. Selain rumah Pak Sulung kami sempat singgah ke rumah Pak Atang. Sebab Pak Sulung dan Pak Atang dianggap sesepuh atau orang yang dituakan di RT 10 ini. Jadi dengan kunjungan kami ke rumah beliau, kami mendapat masukan nasehat bijak dari mereka yang lebih dulu berpengalaman merasakan manis dan pahitnya hidup. Kami salut dan terharu dengan Pak Atang, meski dengan kondisi fisik beliau yang lumpuh sebagian akibat struk, beliau masih semangat pergi shalat berjamaah ke surau walau dengan tertatih-tatih. Berbicara dengan beliau benar-benar memotivasi kami sebagai pemuda yang memiliki fisik yang tegar untuk lebih giat belajar ilmu, khususnya ilmu agama. Beliau sempat menunjukan sebuah buku saku yang bertemakan ghirah (semangat) dalam berdakwah. ”Buku inilah yang memberi semangat saya” kata beliau. Kami sempat disuguhi air susu di rumah beliau. Aku yakin, ini tidak sekedar suguhan biasa. Bagiku, ini simbol kesucian hati dalam menerima orang lain sebagai saudara.[14]

”Abis ini kita ke rumah siap Abi?”tanya Teo. ”Kita ke rumah Abah Heinawi, beliau adalah tokoh agama dan tokoh masyarakat, jadi cukup disegani di Batu Ampar ini. Kami pun berangkat menuju rumah Abah. Sesampai di rumah kediaman Beliau, kami dipersilakan duduk. Sedang istri beliau menyuguhkan kopi[15] hangat kepada kami. Sebenarnya aku lama tidak minum kopi dengan alasan kesehatan. Sudah disuguhkan, jadi serba salah. Kuputuskan untuk meminumnya juga. Sekali ini sajalah.

Secara panjang lebar Abah bercerita kepada kami. Teo temanku kagum dengan ilmu dan pengalaman yang dimiliki beliau. Dari kisah sirah (sejarah) Nabi Muhammad saw dan para sahabat ra., perjuangan para pemimpin di negeri ini, dan harapan beliau kepada generasi penerus agama dan negara khususnya kami sebagai mahasiswa Islam ada yang menjadi ulama. Sebab salah satu tanda musibah di suatu negeri terangkatnya hikmah ilmu dengan diwafatkannya para ulama. Demikian penjelasan beliau dengan semangat.

Hari semakin sore (sekitar 17.15 WIB.), kami menyudahi perbincangan dan mohon pamit kepada Abah. Biasanya, kalau seseorang yang dianggap berilmu dan disegani orang-orang rebutan mencium tangannya. Berbeda dengan Abah, Beliau menarik tangan saat seseorang ingin mengecup tangan beliau. Berarti beliau tidak mau dicium tangannya. (jangan maksa ya?!)

”Waah.. luar biasa ya bi?” kata Teo takjub. Kita harus banyak belajar dari mereka yang lebih tua, lebih banyak ilmu dan pengalamannya. ”tambahku sambil menepuk-nepuk pundaknya. Lalu kami berjalan menuju posko V.

Moment Sharing ajang Akrab gitu deh.

Adzan maghirib hampir tiba, ada yang sempat mandi ada pula yan tidak Ya, asal saja perbekalan minyak wanginya banyak. (haa...,kebiasaan deh malas mandi). Ummi dan teman-teman tim pengajar TPA menginformasikan malam ini, ba’da isya kita ada acara tambahan yakni temu remaja. Ya biasa acara sharing gitu deh (tukar pengalaman, bagi ilmu dan lainnya). “Jadi makan malamnya abis maghrib ya. Oke deh.

Tidak seperti biasanya, ba’da maghrib kami sepakat ingin mengadakan semacam tukar pikiran sesama teman satu kelompok. Ada yang mengusulkan untuk membahas masalah pacaran menurut Islam. Ya, kebetulan masih bulan pebruari nih. Sayangnya teman-teman tidak setuju. Entah mengapa ?, (he he..takut tersinggung ya yang lagi pacaran, biasa aja lagi). Inginnya sih buat acara di posko V, gabung sama remaja setempat. Sekali lagi tidak disetujui. Banyak deh pertimbangannya. Khawatir inilah, takut itulah.

Topik bahasan malam ini adalah seputar shalat jama’ dan qashar.[16] (maklum teman-teman nggak semuanya dari ponpes atau aliyah, jadi ingin tau lebih jauh. Eit, yang merasa mantan santri jangan ke-GR-an dulu. Berbagilah ilmu dengan teman kalian, sebab ilmu yang bermanfaat adalah amalan yang pahalanya mengalir terus ke penyampai ilmu).

shering kali ini sepertinya seru deh. Karena yang jadi MC plus moderatornya teman kita, Indra yang gaul abiz and lucu. Meski kelihatan tidak terlalu serius. Ia bisa belajar bahwa menjadi MC itu gampang-gampang susah. Bagaimana membuka diskusi, memaparkan wacana, menampung ide, melontarkan ide ke forum, menyimpulkan hasil diskusi itu semua di pelajari lewat pengalaman. (Teruz aja berlatih, potensimu akan terasah dengan sendirinya. Oke?!)

Sebenarnya teman-teman sudah mengetahui apa itu shalat jama’ dan qashar.[17] Sebab materi ini pernah kita dapatkan saat di bangku SMA dan MA atau nyantri di Ponpes. Tapi, siapa yang larang untuk berbagi ilmu dan pengalaman?!..

Aku diminta untuk sedikit memaparkan wacana dalam hal ini. Kasus yang diangkat adalah kasus rombongan kita sewaktu bepergian menuju Batu Ampar dengan menggunakan kapal. Saat tiba waktu shalat, sebagian teman ada melaksanakan shalat di kapal karena hal ini benar menurut syara’.[18] Dan sebagian teman lainnya memilih menunggu kapal tiba ke tempat tujuan. Selain itu beberapa teman masih bingung, bagaimana tata cara shalat jama’ dan qashar (he he he.. ketahuan nggak pernah shalat jama’ dan qashar nih.). Ada yang mengerjakan 4 rakaat sekali salam, ada pula yang 2 rakaat-2 rakaat jadi 2 kali salam.[19]

Sepertinya teman-teman khawatir jika diskusi ini tidak disertai referensi atau sumber rujukan. Jadi mereka cuma mengandalkan ingatan mereka saat mereka belajar di ponpes, SMA, MA, atau majelis pengajian yang pernah diikuti. Bagusnya sih segala dalil dan pendapat ulama dipaparkan dengan benar.[20] Agar kita-kita bisa memahami dan mengerti. Meskipun demikian, mereka sudah menunjukan kebolehan berdiskusi.

Waktu menunjukan beberapa menit lagi shalat Isya’ akan tiba. Kami menyudahi diskusi, dan MC memaparkan kesimpulan dari diskusi tersebut. Bahwa shalat jama’ maupun qashar atau jama’ dan qashar itu dilakukan berdasarkan petunjuk dari Nabi Muhammad saw. yang diinterpretasikan oleh beberapa ulama fiqih. Perlu pengkajian mendalam dalam masalah ini.

Meski terkesan mendadak. Kami optimis melaksanakan acara tersebut. Ba’da Isya’ sebagian kami berkumpul di surau, sebagian lagi akan menyusul. Acara sengaja di setting agak santai/non formal. Biar kesannya lebih akrab situ. Kami duduk melingkar. Lagi-lagi si Bro ditunjuk jadi MC. Malam itu walau tampak bingung seperti apa setting-annya apakah cuma ta’aruf, sharing, atau gimana.

Pada giliran aku mengenalkan diri, aku disuruh maju di tengah-tengah dan berdiri lagi. Setelah aku menyebutkan identitasku, aku diminta bernyanyi melantunkan nasyid. Kupilih nasyid dari albun SNADA yang berjudul Teman Sejati. Aku minta bantuan syahrul untuk menemaniku bernasyid.

Bang Junaidi selaku tokoh pemuda di RT 10 yang cukup peduli juga menyambut baik acara sederhana ini. Meski ia sudah berkeluarga, ia menyempatkan diri untuk bergabung berasama kami, memperkenalkan diri dan menyampaikan pesan-pesan kepada kami dan remaja sekalian. Ustadz Arifin juga tak mau kalah, karena usianya cukup muda ia ikut berkenalan dan memberikan wejangan kepada kami semua. Beliau mengatakan generasi muda adalah tulang punggung suatu bangsa maka dari itu, sangat utama menyiapkan mereka agar masa depan mereka lebih membawa barokah dan kebaikan di masyarakat.Beliau juga ingin menyumbangkan syair yang diiringi pukulan rebana dari para santrinya. Setelah itu, perkenalan berlanjut dengan ummi dan teman-teman dari kelompok V serta sebagian remaja yang hadir. Teman-teman sedikit malu, (Ayo kenalan!..cuelaah...malu ya?, biasa jaak). Jam dinding menunjukkan pukul 22.30 WIB. Kami menyudahi acara dengan melafadzkan hamdalah. Acaranya cukup larut malam, membuat teman-teman lelah dan mengantuk Namun, evaluasi tetap saja dilaksanakan.

Semula evaluasi biasa-biasa saja. Namun, lain kepala lain karakter. Salah satu teman ada yang ngotot untuk meminta penjelasan tugas-tugas yang telah dilaksanakan hari ini. Baik tugas piket, mengajar TPA, PAUD, SD dan lain-lain. Mendengar nada yang seperti marah, sebagian teman tidak menerima dan berusaha menasehati teman tersebut. Bahkan salah satu teman merasa bersalah dan terlalu terbawa perasaannya sendiri. Ia ingin segera minta maaf dengan bersalam-salaman sesama teman. Suasana malam itu agak sedikit tegang dan berlarut-larut, hingga pukul 11.55 WIB. Teman-teman merasa cape’ banget.

Untuk menenangkan suasana Abi dan Ummi diminta berbicara. Entah mengapa, kok suasana seperti ini yang selalu kami hadapi. Dan pas banget buat memberi nasehat agar nuansanya bertambah sejuk bisa saja kita mulai dengan muqaddimah pendek yang dibaca perlahan dan penuh penghayatan. ” Abi paham teman-teman semua cape’ dan memang ini sudah cukup larut. Kita musti menyisakan tenaga kita buat besok. Jangan dikuras habis malam ini. Yang pasti, saat inilah kalian belajar untuk terbuka, sampaikan segala keluhan kalian. Agar teman kalian tidak su’uzhan. Dan jika masalah kalian pendam sendiri, itu malah membebani pikiran. Ada perasaan tidak enak dengan teman, sampaikanlah meski itu berat. Kita semua sedang belajar saling mempercayai satu sama lain. Abi melihat kalian sudah cukup kompak. Buktinya diantara kalian peduli dengan teman kalian. Seperti menegur teman jika melakukan kesalahan. Apalagi saat makan bersama kompaaaak banget deh. Ada yang membantu temannya bertugas piket meski tidak sedang piket. Kita harus merasakan mungkin teman kita kecape’an sehingga bertugas tidak maksimal. Ayo peduli dengan teman, kurangi sikap mementingkan diri sendiri. Kita harus berempati dengan sesama.

Ummi kali ini berbeda dengan Abi, ia merasa kecewa dengan teman-teman. Mendengar hal itu, teman-teman sejenak diam membungkam. ”Terus terang, Ummi kecewa dengan kerja kalian hari ini, banyak kekurangan yang terjadi, teman-temannya yang lain ke mana. Seolah tidak peduli dengan temannya yang sedang sibuk menyiapkan hidangan, mengangkut air, membiarkan temannya baksos. Mana kekompakannya?!...

Meski berbeda sudut pandang dan metode penyampaiannya, sebenarnya tujuannya sih sama. Biar teman-teman lebih menjaga kekompakan tim. Kata kuncinya ”Solid dan Kompak”.

Setelah evaluasi dianggap tuntas. Ada sekelumit hal yang perlu dibahas malam itu juga yakni rencana pengadaan Taman Bermain Anak (TBA)[21] yang bersifat sementara pada esok, 21 Pebruari 2008. TBA tersebut diadakan dengan maksud memberikan kesempatan anak-anak yang tidak mendaftar ke PAUD untuk bermain sambil belajar serta mengisi kekosongan libur sehari bagi anak-anak PAUD dan kelas 1-2 SD. Segala teknis TBA ini dibahas secara umum atau garis besarnya saja. TBA ini bertemakan seni kreatifitas anak. Teman-teman lain mengusulkan bentuk-bentuk permainannya. Bagaimana harus mensosialisasikan kegiatan ini kepada orang tua anak. Dan apa targetan dari kegiatan tersebut. Selain itu, agenda pengadaan perlombaan bagi adik-adik peserta TPA kilat beserta gambaran umumnya. Setelah dianggap tidak ada lagi yang dibicarakan, kami menyudahi evaluasi + briefing dadakan tersebut.

Malam semakin larut, kami bersiap-siap untuk bobo’ (tidur). Tapi di suruh tidur malah cerita. Beberapa kali ku gedor dinding triplek kamar cewek yang bersebelahan dengan ruang tamu tempat teman-teman cowok tidur. ”Dor.. dor ..dor..!,ayo.....sudah ya tidur. Kataku mengingatkan. ”Iya Abi....,iya.....” salah seorang menyahut.

Kamis, 21 Pebruari 2008

Kira-kira pukul 01.00 WIB, masih terdengar di telingaku sebagian teman-teman cewek mengobrol meski kedengarannya pelan. ”Aneh, kok jam segini belum tidur ya?!,....Ah mungkin mereka sedang curhat kali.” pikirku. Tak lama kemudian sekitar pukul 01.30 WIB. Aku dibangunkan, karena salah seorang teman cewek sedang sakit.[22] Malam itu aku benar-benar berperan selayaknya ”Abi”. Aku teringat semasa kecil, sewaktu aku sakit hanya Ibu dan ayahku yang menemaniku. Aku sempat bingung apa yang musti dilakukan. Aku mondar-mandir memikirkan sesuatu. Sepertinya teman yang sakit ini menggigil kedinginan. Memang udara malam itu terasa menusuk tulang. Aku menyuruh ummi dan dua teman cewek yang terbangun menyapukan minyak tanah[23] ke telapak kaki sambil dipijit-pijit tumit sampai mata kaki dan sela antara ibu jari dan telunjuk pada telapak tangan dan kaki. Selain itu, daerah siku dan lutut juga dipijit-pijit perlahan. Ini dilakukan untuk membantu menghangatkan anggota tubuh si sakit. Berdasarkan yang ku ketahui bagian tersebut sangat sensitif dan berkontak langsung dengan syaraf seluruh tubuh. Bagian-bagian tersebut biasa dalam ilmu pengobatan cina dikenal dengan istilah titik akupuntur. Sayangnya, malam itu air minum cuma sedikit yang tersisa.. Cewek yang sakit sangat kehausan. Perasaan kasihan dan khawatir larut dalam keheningan malam (ye..puitis banget).

Kita tidak boleh bingung dan terlalu cemas. (Wee..gimana nggak cemas, teman sendiri lagi sakit tuh..). Tenangkan dirimu, berwudhu’lah dan laksanakan Qiyamul lail (shalat tahajut). Waktu begitu sangat baik untuk bermunajat dan mohon pertolongan kepada Allah Azza wa Jalla.

Teman-teman yang lain masih nyenyak mendengkur. (nggak tega bangunin mereka yang kecape’an). Saking cape’nya shalat shubuhnya agak telat, jadi dilaksanakan di posko. (kesiangannya kompak ya?)

Ba’da subuh, teman-teman ada yang tilawah, beres-beres kamar, yang piket ngangkut air. Ada pula teman yang joging pagi.

Pagi itu sekitar pukul 06.30 WIB. Aku, temanku Si Bro dan Budiman akan berlari pagi sekaligus meninjau posko-posko lain dan mengetahui daerah sekitar untuk informasi maping area nantinya. Kami berlari santai, temanku berdua memakai sepatu sedang aku tidak. Karena memang aku tidak membawa sepatu sport. Biarlah, anggap aja ini kesempatanku untuk terapi syaraf kaki. Ku injakkan perlahan kakiku pada jalan berbatu yang sudah terkikis aspalnya. Terasa menusuk-nusuk telapak kaki ketika ada beberapa batu kerikil yang agak tajam. ”Abi Abiii...” teriak mereka kepadaku yang berlari agak tertatih-tatih menghindari kerikil tajam. Kami memperlambat perjalanan. Sesekali kaki berjalan kaki. Sesampai di posko VII di teluk Mastura, kami singgah sebentar, sekedar meliat kondisi teman-teman kelompok VII. (Kalau pagi-pagi begini mereka lagi ngapain ya?..) ”Wah.., tempatnya enak banget, ditepi sungai, mandinya pasti nyebur ya?” tanyaku kepada salah satu teman posko VII. ”Ah, nggak juga sih” jawabnya.

Sekitar 3 menit berlalu, kami pun melanjutkan perjalanan dengan berlari seperti atlet marathon. Sesekali temanku menyapa orang yang melintas, berpapasan dengan kami. Kebanyakan yang sempat kami sapa adalah mereka yang berjalan kaki dan bersepeda. Kami kembali berjalan kaki ketika melihat pemandangan yang cukup memukau. Mata kami tertuju ke bukit yang dihiasi bongkahan atau pecahan batu-batu besar dan di sudut lain deretan makam yang mirip sofa punya etnis Tiong Hoa (cina) dan makam bersalip simbol umat kristen. Pepohonan besar dan lebat di sekitar bukit menambah kesan tempat itu sangat angker. ”Menurut kalian, kalau malam tempat ini lumayan angker nggak?”tanyaku.[24] ”Siang aja udah kelihatan serem banget” salah satu mereka menjawab. ”Setahuku orang cina senang menempatkan makam keluarganya di bukit-bukit atau dataran tinggi.Menurut kepercayaan mereka, bukit itu tempat bersemayamnya /persinggahan para dewa. Jadi roh orang yang mati diharapkan mendapat berkah dari para dewa[25]” ujarku (”Ooh...gitu ya..kok tahu?!) Kita tidak ingin melewatkan begitu saja, jika sikon mendukung untuk berdiskusi atau bertukar ilmu. Kami berlalu dari gundukan tanah hijau yang ditumbuhi pohon-pohon besar itu. Kami segera menuju posko lainnya yakni posko VIII.

Setibanya di posko VIII tempat kelompok VIII berteduh sementara. Kedatangan kami disambut dengan sambutan hangat. Secara kebetulan pagi itu salah seorang dari warga setempat bejaja[26] kue. Kami disuguhi teh hangat dan kue , serasa keakraban seperti bertandang ke rumah warga setempat. Melihat kondisi posko tersebut. Kami salut dengan mentor dan teman-teman kelompok VIII. Dengan rumah yang tidak begitu besar, keterbatasan sarana, mereka masih bisa bertahan.

Aku sempat berbincang-bincang dengan mentor dan peserta kelompok VIII.”Gimana dengan teman-teman di sini?” tanyaku. ”Biase jak”jawab salah satu mentornya. ”Bang ini bukan lagi sekedar tour dakwah, kami di sini berjihad”. Listrik tidak ada, jauhnya jarak mendapatkan air minum, B.A.B dan sebagainya.”jawab salah satu peserta. ”Sabar jak, kalau masalah listrik sebenarnya tidak jauh beda dengan tempat-tempat lain yang ada listrik tapi sering padam. Kalau di sini tidak lagi mikir listrik, karena memang tidak ada. Dan kelompok kalian ini akan mendapat nilai plus tersendiri jika tetap kompak dan bertahan. Karena dengan berbagai keterbatasan kalian masih mampu melakukan program-program kegiatan yang tak kalah hebatnya dengan kelompok lain. Teruslah berjuang ya.” Motivasiku sambil menepuk-nepuk pundak peserta itu. Ia mengangguk-anggukan kepalanya. ”Ayo bang silakan kue seadanya dinikmati.” ya ya..makasih. Setelah mencomot kue suguhan teman-teman kelompok VIII, kami mohon pamit dan memberi semangat mereka. Kami kembali menyusuri jalan pulang ke posko V.

Paginya, sekitar pukul 07.00 WIB. Aku dan teman-teman satu kelompok turun ke halaman untuk mengumpulkan bahan-bahan dari alam seperti batu, ranting kayu, pelepah kelapa, daun kelapa, lidi, dedaunan, bunga, dan lainnya. Semua bahan tersebut sesuai rencana akan dimanfaatkan untuk alat peraga atau mainan anak-anak di Taman Bermain Anak yang diadakan pada pukul 08.00 WIB. Pagi itu saat mengumpulkan bahan aku belum sempat mandi, (sebenarnya sih malu mengatakan hal ini) kalau mandi dulu percuma dong, karena kotor lagi saat mengumpulkan bahan-bahan. Meski selaku mentor, kita tidak boleh semena-mena menyuruh para peserta bekerja sendirian. Misalnya membiarkan mereka mengumpulkan bahan. Sedang kita santai aja melihat mereka. Padahal mereka lagi memerlukan bantuan kita. Sebagian teman-teman masih bingung apa yang harus dilakukan setelah bahan terkumpul. Hari itu, ada sih perasaan nggak enak sama peserta. Sebab, yang punya ide teknis seolah-olah diserahkan kepada Abi dan Ummi yang mereka anggap lebih berpengalaman. Padahal mereka bisa memikirkan apa-apa yang musti dibuat setelah diketahui gambaran umumnya saat evaluasi +briefing tadi malam. Tapi, aku salut, mereka mau belajar dari orang lain. Setelah ku lihat mereka mulai paham apa yang harus dilakukan, aku beranjak mandi.

Bukan bermaksud memaksakan kehendak, masing-masing kita punya metode tersendiri dalam membimbing para peserta. Aku lebih memilih ikut berpartisipasi. Sebab, pendekatan ini lebih persuasif dan efektif. Mentor tidak menggunakan bahasa komando seperti ”itu tuh, kerjakan!, atau kalian hari ini bersih-bersih ya!”, ataupun ”hei, pemalas, kerjakan tugasmu!”, bandingkan dengan kalimat ini, ”Abi bisa minta tolong bantu bersih-bersih nggak?, atau ”kita sama-sama ngumpulin bahan-bahan yuk!”, apalagi dengan kalimat, ”maaf ya merepotkan kalian, yang nganggur bantu temannya kerja ya?!. Mana yang kita pilih, dan kalimat yang mana bisa menggugah peserta untuk bertindak tanpa ada paksaan. Perlakukanlah peserta selayaknya mahasiswa. Meski kita tahu mereka masih relatif baru menginjakan kaki ke kampus. Lebih baik lagi jika kita memposisikan diri sebagai sahabat mereka yang mengerti dengan mereka. (Ya..,terserah sih, tapi ingat semua orang dewasa sebel banget kalo disuruh-suruh)

Oh ya, ada yang terlupa, Ummi mengingatkan, teman-teman yang ke pasar jangan lupa beli tepung sagu ya?, ”Buat apa mi? ”Kita bikin lem dari sagu,” Ya benar, nggak perlu yang mahal-mahal. Yang penting murah meriah.” sambungku. Sementara Murtado dan temannya ke pasar membeli barang-barang keperluan hari ini. Salah satu peserta cewek bertanya, ”ummi gimana bikinnya?” ”Tepung sagu kita masak dengan air secukupnya, sambil di aduk-aduk” (Oh...gitu ya.)

Jam sudah menunjukkan pukul 08.00 WIB. Teman-teman seharusnya sudah siap di lapangan. Rencana awalnya, teman-teman cowok stand by mendisain tempat sebagai taman bermain. Disain taman cukup simple. Namun, diharapkan dapat menarik anak-anak untuk betah bermain sambil belajar. Lokasi yang kita pilih adalah halaman depan Madrasah Ibtidaiyah Ikhlasiyah yang masih termasuk kawasan ponpes. Sedangkan teman-teman cewek menyiapkan bahan-bahan permainan.

Tema taman bermain anak ini adalah Cerdas Bermain Seni Alam.[27] Umumnya masa anak-anak adalah masa bermain sepuas-puasnya. Jika masa bermain tersebut tidak terpenuhi, maka akan berpengaruh pada perkembangan fisik maupun psikis anak. Dalam bermain anak-anak sangat memerlukan dukungan terutama dari orang tua dan keluarga mereka. Namun, terkadang mereka belum begitu memahami kebutuhan anak-anaknya.[28] Anak-anak perlu fasilitas pendukung agar mereka bisa bermain dengan gembira. Dengan kata lain mereka perlu mainan untuk bermain. Kadang anak-anak baru mau bermain jika dibelikan mainan di toko atau pasar. Sedangkan mainan tersebut harganya cukup mahal. Kedua orang tua mereka terkadang tidak mampu memenuhi keinginan anak-anak mereka.

Oleh sebab itu, agar mereka (anak-anak) tetap bisa bermain dengan gembira seperti anak-anak pada umumnya, kita ajak mereka untuk berkreatifitas.[29] Mainan tidak perlu membeli. Mainan bisa mereka buat sendiri dengan memanfaatkan benda-benda dan bahan-bahan dasar di sekitar mereka. Terutama benda-benda dari alam yang tersedia banyak. Dan dalam hal ini lingkungan di sekitar mereka sangat mendukung untuk dijadikan sebagai sarana atau fasilitas bermain. Alam pedesaan yang kita ketahui banyak tersedia secara alami seperti tumbuh-tumbuhan, bebatuan, dan lainnya. Dan kita ingin melihat dan mengasah kecerdasan natural yang mereka miliki.

TBA dimulai sekitar pukul 08.30-11.30 WIB. Teman-teman cewek mengumpulkan anak-anak dan mengkondisikan mereka agar akrab dulu sesama teman mereka.[30] Anak-anak diajak oleh kayak-kakak mahasiswi untuk bermain dan bergembira, bernyanyi bersama, bersorak dan lainnya. Anak-anak dibagi berdasarkan grup masing-masing. Mereka diajarkan yel-yel[31]. (kedengarannya yel-yelnya sih lucuuuu’ banget deh). Sementara sambil menunggu persiapan stand masing-masing, mereka difokuskan pada games[32] ringan.

Adapun bahan-bahan yang disiapkan sesuai permainan masing-masing:

No.

Nama Permainan

Alat & Bahan

1.

Bermain warna

Air, Bak sedang, ember, 5 gelas plastik, kertas hias berwarna.

2.

Bermain Seni Saint

a. Bermain bentuk dan warna

Air, bak sedang, kertas koran bekas, kertas kardus dipotong persegi 25 cm x 25 cm, serbuk pewarna.

b. bermain bentuk dan seni arsitektur

Kertas HVS, lidi yang telah dipotong +10 cm, lem.

3.

Membuat Lukisan Alam.

Kertas HVS, lem, ragam tumbuhan : dedaunan, bunga, rerumputan, ranting,dll.

4.

Membuat Mainan Natural

a. topeng

Kardus, lem sagu, batu, , rumput kering

b. benteng

ranting kayu

c. kapal

pelepah mayang kelapa, lidi daun kelapa, serat sabut kelapa.

d. senapan teplok

sulur /tulang daun pisang

e. keris, kincir, bola, burung,dll

daun kelapa

f. anyaman tikar

daun pisang

Biar tambah seru, kami membagi permainan tersebut dan membuat beberapa stand permaianan.

J Stand warna-warni/pelangi

J Stand Saint Art

J Stand Lukisan Alam

J Stand Natural Toy/Traditional Toy

Stand Warna-Warni/Pelangi

Anak-anak dibimbing untuk mengenali warna-warna yang ada.

Teknisnya : kertas hias berwarna dipotong-potong sesuai keperluan. Lalu celupkan berulang kali ke gelas yang berisi air. Culupkan sampai air berwarna. Satu gelas satu warna. Air berwarna tertentu diperkenalkan kepada anak-anak. Setelah itu, air berwarna tertentu dicampur dengan warna lain. Tujuannya mereka dapat mengetahui kombinasi masing-masing warna.

Simulasi ini dapat melatih dan merangsang kecerdasan anak dalam memanfaatkan air sebagai media bermain mereka.

Stand Saint Art

Tujuannya : mengenalkan kepada anak tentang teknik membuat karya seni bernuansa saint.

Teknisnya : bimbingan dalam membuat ragam bentuk. Kertas koran direndam ke dalam air dan diracik-racik sekecil mungkin. Air ditaburi serbuk pewarna dan diaduk sampai ar benar-benar berwarna.

Rendaman bubur kertas koran, diangkat dan diperas. Gumpalan kertas siap digunakan. Celupkan gumpalan kertas sesuai keperluan ke dalam air berwarna lalu bentuk sesuai keinginan di atas kertas kardus. Biarkan anak-anak bermain warna dengan bahan ini sesuai kreatifitas mereka masing-masing.

Stand Lukisan Alam

Tujuannya : merangsang kecerdasan dan kreatifitas anak dalam membuat karya seni dengan memanfaatkan bahan-bahan dari alam.

Teknisnya : Membuat ragam bentuk sesuai kreatifitas di atas kertas HVS dengan menempel bagian-bagian tertentu dari tumbuh-tumbuhan seperti bunga, daun, ranting, dll.

Stand Natural Toy

Tujuannya : Merangsang kecerdasan, rasa keingintahuan, imajinasi dan kreatifitas anak dalam bermain dengan memanfaatkan bahan-bahan sederhana dari alam.

Teknisnya :

a) mengenalkan nama benda-benda atau bahan-bahan yang digunakan serta menyebutkan satu persatu kegunaannya.

b) Mempraktekkan pembuatan mainan dari ragam gabungan bahan-bahan. Misalnya membuat topeng dari kardus, kapal dari pelepah mayang kelapa, senapan teplok dari sulur daun pisang dll.

c) Memberikan simbol tertentu pada benda-benda tersebut. Misalnya, batu-batu kerikil atau kayu disimbolkan orang, mobil, rumah, dll. Daun disimbolkan uang kertas, racikan daun dan bunga disimbolkan masakan lezat dsbnya.

d) Mengenalkan keterampilan tangan kepada anak-anak misalnya anyaman tikar mini (pemanfaatan tumbuhan pisang), anyaman ketupat, bola, burung, kincir, dan bentuk lainnya (pemanfaatan daun kelapa)

Stand pun sudah siap beserta spesialis masing-masing dari teman-teman.

Stand

Spesialis

Warna-warni/pelangi

Siti, Ana Maryana, Junai Ida

Saint Art

Rudi, Fithriyatunnisa

Lukisan Alam

Ummi

Natural Toy

Abi, Ekal, Euis Rokayah, Rahmayani

Teman-teman cewek menyiapkan anak-anak untuk segera berkunjung ke stand-stand. Sebelum memasuki stand, anak-anak diajak menyampaikan yel-yel. Setelah itu, teman-teman masing-masing stand memperkenalkan diri dan mendemokan jenis permainannya. Anak-anak sangat asyik memperhatikan penjelasan teman spesialis, dan ingin pula mencoba bermain. Meskipun sebagian mereka tampak malu dan canggung terhadap kakak-kakak mahasiswa yang baru mereka kenal.

Jam sudah menunjukan pukul 11.30 WIB. Kami mencukupkan kegiatan TBA ini mengingat waktu shalat Zhuhur sebentar lagi akan tiba, anak-anak dikumpulkan untuk memberikan pesan atau nasehat sebelum pulang. Meski sebagian mereka sepertinya belum puas bermain, kami musti membatasinya agar mereka juga paham bahwa dalam bermain jangan lupa waktu. Anak-anak bersiap-siap untuk pamitan dan salam-salaman dengan kakak-kakaknya. (idiiih...tangan kakak-kakak dicium sama adik-adiknya yang lucu-lucu dan nggemesin, e..eee..kakak-kakak membalas mengecup pipi adik-adik yang mungil.) Lalu anak-anak bubar deh. Abis kegiatan dirapikan lagi ya!, apalagi di TBA ini, cukup banyak bahan-bahan sisa bermain yang berserakan. Ada bahan yang langsung dibuang ke tempat tumpukan sampah. Ada pula bahan yang kalau dibuang sayang, misalnya ranting pohon, kan lumayan buat kayu bakar di dapur posko kita.

Ba’da zhuhur, seperti biasa makan siang. Abis ma’em, biasanya briefing, tapi teman-teman pada ngantuk semua, jadi bobo’ deh. Entar ba’da ashar TPA dilanjutin. Si bro (panggilan gaul buat Sobirin) selaku koordinator program TPA, sibuk banget. Soalnya malam ini lomba busana muslim akan dimulai dan besoknya (hari jum’at) dilanjutkan dengan lomba pidato, praktek wudhu, hapalan do’a dan hapalan surah pendek.

Adik-adik yang ikut TPA sebaiknya jadi peserta lomba, untuk itu perlu persiapan latihan. Biar bang ifin (panggilan gaul buat ustadz Arifin) yang membimbing mereka latihan.

Sore itu, waktu belajar digunakan untuk latihan lomba besok. Kalau busana muslim tidak perlu latihan. Sebab, adik-adik kita di sini udah pintar bergaya, lihat aja ekspresinya lincah-lincah dan imut-imut. Yang penting sore ini adalah pengarahan kepada adik-adik peserta agar mereka mengetahui gimana teknis perlombaannya.

Malamnya, malam jum’at ba’da maghrib, kami sepakat mengadakan baca surah Yasin bersama di posko. Kami juga meletakkan di tengah-tengah 2 buah botol isi 1500 ml bekas air mineral. Sebenarnya kita terbiasa menemukan fenomena seperti itu di masyarakat. Misalnya wiridan dan tahlilan berjama’ah, shalawatan, dan lain sebagainya. Dengan membaca surah Yasin orang yang membacanya akan mendapat keberkahan. Demikian keyakinan sebagian masyarakat kita. Seolah -olah surah Yasin-lah yang memberikan keberkahan. Sebagian para ulama salaf menganggap itu adalah perbuatan bid’ah dan menjurus kepada kemusyrikan. Sebab, mengapa musti surah Yasin saja yang dibaca?, selain itu tidak ada dalil shahih yang menjelaskan bahwa membaca surah Yasin pada malam jum’at itu sangat dianjurkan[33]. Namun, kita tidak boleh lari dari fenomena sebagian umat Islam dalam memahami agama. Kita musti mengetahui apa yang dipahami oleh mereka. Bukan malah mengklaim secara langsung bahwa mereka telah melakukan amalan yang salah.

Sebenarnya surah apapun yang ingin kita baca itu sama derajatnya dengan surah lain di dalam Al-Quran. Namun, melihat kebiasaan yang dilakukan masyarakat, kita sebaiknya melakukan pendekatan terlebih dulu. Menurut mereka yang masih terbiasa membaca surah Yasin. Kita mendukungnya dengan memberikan pengertian bahwa surah Yasin akan terasa keberkahannya jika kita mencoba pula mengkaji isi kandungannya. Yang dimaksud keberkahan di sini adalah keberkahan dari Allah semata. Jelasnya surah Yasin mengandung hikmah seperti surah-surah lainnya. Jadi dalam hal ini bukan maksud kita mengistimewakan sebuah surah saja. Seluruh surah adalah kalam Allah. Setiap kalam Allah mengandung kebenaran dan petunjuk[34]. Setiap sumber kebenaran dan kebaikan sudah tentu memiliki energi positif yang mampu mempengaruhi apa saja di sekitarnya. Kita akan kecipratan pahala ketika kita membaca AlQuran dengan tartil dan mentadabburi setiap ayatnya. Selain itu, hati ini menjadi hening dan tentram[35].

Persoalan meletakkan 2 botol air di tengah-tengah kelilingan teman-teman sepertinya sebagian teman masih sanksi. Sambil menunggu kedatangan teman lain dari surau, maka kami sedikit berdiskusi mengenai hal tersebut. Aku teringat dengan sebuah buku yang berjudul TheTrue Power of Water karya Dr. Masaru Emoto[36], seorang ahli dari Jepang yang sukses meneliti keajaiban air. Menurut beliau, air memiliki energi alami. Jika air tersebut dibacakan atau diberi sebuah pesan kebaikan, maka molekul air akan mengkristal dan diyakini bisa menyembuhkan penyakit di dalam tubuh manusia. Bukan berarti kita percaya airlah yang menyembuhkan atau doa yang kita bacakan. Doa yang dibacakan pada air tersebut hanyalah perantara sebagai ikhtiar saja. Kita harus yakin, seyakin-yakinnya bahwa tidak ada tempat selain mohon pertolongan kepada Allah swt. Maha pencipta segala keajaiban di muka bumi ini.

Atas usulan dari beberapa teman, air yang di dalam botol di bacakan shalawat sebanyak 7 kali dan ditiupkan ke airnya oleh teman-teman secara bergilir. Suasana hening terasa saat meminum air tersebut. Satu orang, satu tegukan aja dulu. (glek..glek...glek. aaaah, segaaarrrr...,yaah emang teman-teman lagi haus, jadi banyak minum).

Azhan isya sudah pun terdengar, ”Yuk kita sudahi, dan ke surau sekarang!” ajakku. ”Ada yang mau makan duluan?, ”Iya Bi , udah nggak tahan nih”.”silakan aja dulu. Ba’da isya lomba busana muslim di mulai. Aku segera ke posko dan makan malam. Baru beberapa menit aku dan beberapa teman lagi makan. Datanglah panitia SC dan membawa ustadz. ”Abi ada tamu tuh, mereka mau ketemu mentor kelompok V”.”Sebentar Abi lagi tanggung nih”. kataku sembari mempercepat kunyahan. ”Abi....pelan-pelan makannya, entar keselek lho” nasehat Ummi. ”Tunggu sebentar ya, Abi lagi makan”, tegas ummi. ”Oh... iya, makan aja dulu”. Jawab SC. Selesai makan, aku menghampiri tamu di serambi rumah (posko). Aku bersalaman dengan seorang yang berpenampilan ustadz (emang ustadz benaran kok). Beliau memperkenalkan diri kepada kami. ”Perkenalkan nama saya Zulkarnain”katanya sambil menyalamiku. Aku baru menyadari bahwa ustadz yang satu ini adalah spesialis di bidang ruqyah[37] ketika beliau mengenakan sarung tangan hitam di tangan kanannya.

Dengan cara tertentu Beliau memeriksa aura gaib di rumah (posko V) ini. Beliau seolah merasakan aura tersebut. Melihat prilaku ustadz yang berbeda metodenya dengan peruqyah pada umumnya, kami jadi tertegun. Beliau duduk bersimpuh, merenung dan melafadzkan, ”hadir.....hadir”! lafadz Ustadz dengan nada agak tegas. Seisi ruangan saat itu senyap. Rasa takut, cemas dan penasaran bercampur. Ustadz sedang memanggil sesuatu. Benar, beliau berusaha berkomunikasi dengan makhluk gaib (jin) yakni dengan memanggilnya.[38] ”yang di kamar hadir!......, yang di dapur!, di WC.!....” Beliau menyebut tempat-tempat yang intensitas cahayanya agak remang atau gelap. Sesekali Beliau berjalan mondar-mandir. Kami tidak begitu mengerti apa yang dilakukannya.” Beliau bertanya kepada kami, ”adakah yang membuang air panas?!”. Kami saling pandang dan agak kalut menanyakan siapa yang pernah membuang air panas selama di posko ini. ”Jangan takut, jin tersebut terkena air panas, ia terluka dan minta disiram lagi dengan air dingin, bukan berarti kita tunduk padanya” Tambah ustadz. Setelah salah satu teman mengaku melakukan hal tersebut, Ustadz mengambil air dingin dan mencurahkannya ke tanah belakang rumah (posko). Setelah itu, beliau bertanya lagi kepada kami, ”sebelumnya mohon maaf saya ngomong agak blak-blakan, ada yang membuang pembalut wanita di sembarang tempat, yang cewek ada yang lagi dapet?!”tanya ustadz. ”hampir semuanya, ustadz” jawab teman-teman cewek ”Nah, itulah sebabnya, itu barang kotor, tidak boleh dibuang sembarangan”, ustadz sedikit menghela nafas.

Ustadz duduk kembali, dan berkata,” Saya mohon maaf karena khilaf dengan hal seperti ini, saya benar-benar lupa, padahal sering melewati posko V ini. Saya kira ada yang bisa mengatasinya. Posko ini berada di tengah perkampungan jadi sangat rawan dengan hal demikian. Sekali lagi saya selaku manusia biasa benar-benar khilaf” ungkap beliau penuh penyesalan.

Setelah beliau berhasil menemukan faktor kejadian ganjil yang dialami sebagian teman-teman, beliau berkata”sepertinya ini kasus cemburu, rumah ini ada sepasang suami istri. Istrinya berada di rumah kosong di seberang sana. Sedang si suami ini sering bertandang ke posko ini mengikuti salah seorang cewek yang sering mandi ke rumah kosong di seberang sana. Sang Istri cemburu dengan tingkah suaminya.” demikian kata ustadz. ”ternyata jin laki-laki itu mata keranjang juga ya”, bisik temanku. (Ssssst!....,jangan keras-keras, entar kedengaran oleh jin lho)

Ustadz menambahkan, ”istrinya itu sering menangis yang air matanya mengeluarkan darah.” Temanku Lutfi (pak we) menanggapi, ”Oh, mungkin darah yang mengalir dan menggenang dari bilik kamar sebelah kamar mandi itu..........aaadalaaah....”sambil berekspresi ketakutan. Aduuh kuduk teman-teman jadi merinding semua. (yee..iseng benar nakutin teman). Iya, benar aku dan mama waktu itu menyiram darah tersebut dan membersihkannya dari genangan. Saat itu kami nggak kepikiran ke situ sih, jadi enjoy aja membersihkannya. Iiiiiii....takuuuuut...(kok bisa ya?, darah itukan hanya manusia atau hewan yang punya, jadi nggak logis.Ah, biarin aja deh.)

Ustadz juga melakukan prosesi sederhana pemulangan jin laki-laki yang mengikuti para cewek. Menurut beliau jin yang berada di WC ada 2 agak tinggi dan di dalam kamar cewek ada satu agak pendek. ”Saya sebenarnya tidak bisa melihat secara kasat mata, namun Allah memperlihatkannya dengan mata batin saya.” ujar Beliau. Beliau kembali beraksi dan sepertinya menangkap jin dan membawanya pergi keluar dari rumah. Persis menyeret seseorang.[39]

Setelah dianggap aman, rumah bersih dari jin, ustadz memberikan wejangan berupa nasehat kepada kami semua untuk menjaga aturan dan prilaku. Sebab kita hidup berdampingan dengan alam lain (gaib). Mereka (makhluk gaib),[40] bisa melihat kita, tapi kita memiliki keterbatasan melihat mereka. Hati-hati yang membuang air panas, jangan langsung dibuang, khawatir terkena mereka, jika membuangnya campurlah dengan air dingin dan dicurahkan, bukan disiramkan. Bagi cewek-cewek, sebelum membuang itu tuh, bersihin dulu sebersih-bersihnya, lalu di simpan dalam suatu tempat (kantong plastik juga boleh) dan ditanam di dalam tanah. Kalian jangan ada yang merasa takut, cemas, bersikaplah tenang. Mohon perlindungan kepada Allah swt. Perbanyak istighfar, dzikir atau baca Al Quran. Kalau kalian takut, itu malah memberi ruang mereka untuk masuk menyelinap ke dalam raga kita. Sepertinya ada reaksi aneh dari biasanya, salah seorang cewek, teman kami sangat ketakutan dan tidak bisa mengendalikan diri. Ustadz berusaha menenangkannya,”Nah, ini pasti masuk nih”, ayo bertenang, banyak istighfar, ingat Allah. ”Teman kami yang diduga kerasukan tersebut seolah-olah memiliki dua pribadi. Sesekali ia beristighfar dan sesekali ia tidak konsentrasi dan ekspresinya seperti bukan dirinya. Ustadz mencoba berdialog dengan jin yang merasuki tubuh temanku, ”kamu siapa, dari mana asalmu, dari golongan mana kamu?!...tanya ustadz. ”Aku tidak tahu, aku tidak tahu dari mana! (........) ”Jangan bohong, mau apa kamu di tubuhnya, diakan tidak bersalah! ”Aku kesal, kesal......aku benci, muak dengan kalian semua!.....”(........) teman-teman yang lain komat-kamit beristighfar dan apa yang bisa dibaca yang penting jangan biarkan melamun dan hati kosong. Ada yang membaca Al Quran , mengaktifkan MP3 murottalnya di HP dan lain-lain. Jin kali ini berbeda, ia tidak merasakan pengaruh dari ayat-ayat Al Quran. Ustadz memprediksikan bahwa itu adalah jin muslim.

”Sudah ku katakan kepadanya. Bahwa aku tidak suka kalian membuang sampah sembarangan, barang-barang yang kotor. Percuma jadi mahasiswa tidak bisa menjaga kebersihan. Kalian telah menyakitiku!, saaaakiiiiiit sekali.” (........)[41]Salah satu teman yang cewek dan terbiasa menghadapi hal seperti ini memegang kedua telapak tangan temanku yang kerasukan itu sambil melebarkannya. ”Aaa’...sakit kak, sakit! Kaak, saaakiiit kaaak!, lihat tu tanganku sampai membiru” (......). Hal tersebut dilakukan agar kekuatan Jin dapat dilumpuhkan. Jika tidak, atau tangannya menggenggam erat, sulit bagi kita untuk mengendalikan kekuatannya. Ia akan bertambah kuat.[42]

Ya, tidak salah lagi ini pasti jin muslim. Ciri-ciri umumnya ia tidak mempan dengan ayat-ayat Al Quran, bahkan ia lebih hafal. Ia juga tidak menyenangi hal-hal yang berantakan dan kotor. Ia sangat rajin beribadah.

Beberapa teman-teman cewek tampak panik dan ketakutan. Usahakan pada situasi seperti ini jangan terlalu panik. Tiba-tiba salah satu teman cewek yang berdekatan dengan teman yang kerasukan itu terperanjat seperti terkena sengatan listrik. Ada kemungkinan mereka berdua berkontak mata. Hindari sorotan matanya, jangan sampai berkontakan mata. Teruslah beristighfar dan berdzikir kepada Allah. Kalau hati kita lalai, maka akan banyak yang berjatuhan (terkena imbasnya). Sebab energi yang dimiliki jin memancarkan radius di sekitarnya. Ustadz menyuruh teman yang sedikit terkena efeknya agar segera menjauh.

Ustadz kembali melakukan ruqyahnya. Sambil membacakan ayat-ayat tertentu secara fasih dan nyaring di hadapan teman yang kerasukan, ”Sebaiknya kamu keluar darinya, kamu tidak layak berada di tubuhnya, cepat!, segera keluar!”tegas ustadz. ”Tidaaaak!...,aku senang berada di sini, aku senang berteman dengannya karena ia pandai menjaga kebersihan, sifatnya sama denganku, tapi aku memang suka membimbangkan hatinya ha ha ha..!...(........), ”Ya..,memang seperti itulah kamu, yang jelas kamu sudah berbuat zhalim dengan saudaramu sesama muslim, ayo cepat keluar!!!” respon ustadz sambil mengarahkan tangan kanannya yang bersarung hitam ke punggung belakang teman kami. Beliau sepertinya mentransfer energi positif dari dalam diri. Dan dalam hal ini tidak terlepas dari andil Allah swt. Beliau juga menggunakan alat bantu yakni kayu siwak yang ditekan ke punggung belakang teman kami. Jin tersebut berteriak kesakitan. ”Aaaaaaaak!!!...sakit, sakit, tolong!” (.........) ”Cepaaat keluar!”paksa ustadz. ”Ya ya........, tapi bagaimana caranya aku tidak tauuuu!”(........) ”Saya akan bantu kamu keluar, kamu keluar lewat lambung saja”. Saran ustadz. Ustadz mengarahkan jin tersebut agar keluar lewat muntahan teman kami. ”Ya’ terus-terus ke lambung, yak muntahkan!”( Hik-hik…, ustadz seperti petugas parkiran aja) ”Uek....Ouek...Ouoeek!!!.., teman kami tersebut mual dan seperti muntah tapi nggak ada apa-apa tuh. ”Teman kalian belum makan ya? Tanya ustadz. ”Iya ustadz” jawab kami. ”Mana mau muntah, perutnya aja belum terisi”ujar ustadz. (Ya..h, nggak jadi dong jinnya keluar). Saat itu sebenarnya teman kami setengah sadar. Kami membantu menyadarkannya dengan memanggil namanya dan memberi motivasi. ”Ayo teman, lawan jak, lawan, kamu pasti bisa” dorongan teman-teman. ”Aku tidak bisa melawannya, ia terlalu kuat menguasai diriku, huk huk huk...”ujar teman kami sambil menangis.”Eeeeaah!..., diam kau! (.........) jin tersebut memarahi teman kami. ”Hilangkan rasa dendam, kesal, marah, ikhlaskan semuanya kepada Allah swt. Kalau kau tidak mengikhlaskannya, dia terus menguasaimu”. bimbing Ustadz. ”Ha ha ha he he he...!”(.....) Ustadz juga menasehati jin tersebut,”kau juga adalah milik Allah, bertobatlah kepada-Nya, apa-apa yang sudah terjadi ikhlaskanlah, serahkan semuanya kepada Allah, kamu adalah hamba Allah yang baik, biarlah ini menjadi ujian bagimu agar kamu lebih mendekatkan diri kepada-Nya. Jika kamu belum siap keluar darinya saat ini. Dengan seizin Allah suatu saat Allah saja yang mengeluarkanmu darinya. Tekunlah beribadah, ajaklah saudaramu ini beribadah seperti shalat, membaca AlQuran, melakukan kebaikan dan lainnya, jangan kau sakiti dia atau membimbangkan lagi hati dan pikirannya. Dan itu jika memang kau sayang kepadanya.”

Aku lelah, mau tidur saja (.........) lalu jin tersebut membaringkan teman kami di lantai. ”Ya sudah, kamu tidurlah sekarang, nanti malam kamu bangun tahajut, membaca AlQuran. Kasihan temanmu ini juga cape’.”bujuk ustadz.

Beberapa saat kemudian suasana agak tenang, sepertinya jin tersebut udah bobo’. Kami membiarkan sejenak teman kami terbaring di lantai. Teman-teman memberinya bantal dan kain. Tinggal menyadarkan temanku yang dipengaruhinya. Aku tidak begitu jelas untuk membedakan mana temanku dan mana jin itu. Setelah agak siuman, temanku terbangun dan merasa lapar. Kasihan sejak tadi belum makan. Ia makan dengan makanan seadanya dan disuapin lagi sama temannya yang dipanggilnya kakak (aku terharu melihatnya).

Malam itu semakin larut, kami dianjurkan segera tidur.

Jum’at 22 Pebruari 2008

Ba’da shubuh kami evaluasi + briefing. Pukul 06.30 WIB. kami sepakat turun untuk baksos lagi. Ada yang di halaman sekitar posko dan ada teman-teman yang menyebar ke beberapa tempat seperti pinggiran jalan, halaman sekitar surau dan parit kecil (selokan).

Sesuai jadual, aku ditugaskan menjadi juri untuk lomba pidato. Aku bagian penilaian kelancaran dan isi, temanku, Imam sebagai juri penilaian mental dan penampilan. Sedangkan Mimi sebagai Mcnya. Sekitar pukul 09.30 WIB. Belum satu pun peserta yang datang. Sambil menunggu peserta hadir, kami bertiga ngobrol seputar kristologi di selasar surau. Yang lebih kami soroti adalah misi kristenisasi para misionaris dan umat kristen yang semakin gencar. Mereka mampu dan siap ditempatkan ke pelosok-pelosok desa guna menyebarkan ajaran ”cinta kasihnya”. Dengan bermodalkan sekardus mi instan, saudara kita di pedalaman sana dengan mudah menggadaikan aqidahnya. Tentunya, mereka para misionaris/penginjil telah dibiayai dan dijamin kehidupan diri dan keluarganya. Mimi juga mengabarkan bahwa ia pernah ketemu dengan kaset VCD yang isi materinya menggembor-gemborkan berita bohong bahwa di akhir zaman kelak akan turun Isa al Masih dan itulah Yesus yang dipuja umat kristen sekarang. ”VCD tersebut dapat dari mana Mi?” tanyaku penasaran. ”dari kakakku. Di sebuah universitas, Mereka dikasih gratis”. Selain itu, Imam bertanya tentang tokoh Sufi Wanita, yakni Rabiah al Adawiyah. Aku belum pernah membaca biografi Beliau yang dikatakan seumur hidupnya tidak menikah. ”Berarti menyalahi sunnah Rasul saw.” kita tidak bisa mengklaim dulu. Bagusnya kita ketahui biografi Rabiah al adhawiyah, mengapa ia memilih tidak menikah. Buku-buku di perpustakaan kita banyak bercerita tentang para tokoh sufi, baca dan selamilah kehidupan mereka.

Hampir jam 10.00 WIB. Sepertinya lomba pidato ini kita undur pada pukul 14.00 WIB.kami sepakat. Kami kembali ke posko, kami yang cowok siap-siap ke Masjid untuk shalat Jum’at. Masjid memang tidak jauh dari posko V kami berangkat menuju masjid sekitar pukul 11.15 wib. Saat melewati orang-orang yang lagi nongkrong di warung. Salah satu temanku menyapa mereka. Cuma beberapa orang yang menyahut. Salah satu dari mereka berujar,”yang sembahyang, sembahyanglah, yang tidak, ya tidaklah. Kan tidak dipaksa sembahyangnya. Betul ndak dek?!” “Kami hanya tertawa nyengir, Ya.. gimana ya?..........”Salah seorang di antara mereka berkata , “awal benar perginya dek, ini kan masih pagi. (jam 11.20 WIB. beginian dibilang masih pagi?!, aneh!). Temanku berkomentar, ”kok masih ada orang-orang seperti itu ya?!” ”tentulah, minimal kita menyapa mereka. Itu salah satu metode dakwh kepada mereka.

Alhamdulillah. Sampai juga kita di masjid agung ini.Kami lewati pintu gerbangnya, dan menaiki anak tangganya. Sebagaimana kita ketahui, masjid ini dibangun di atas tanah dataran tinggi, tepatnya dilereng bukit. Lumayan sejuk dan nyaman untuk beribadah. Sesampainya di atas, kami masih sempat ngobrol seputar kejadian semalam di posko kami, yakni aksi ustadz menangkap dan mengusir jin. Kesannya lucu campur seram. Sedang ustadznya keren abiz. Itu sih menurut aku nggak tahu teman yang lain (mungkin ada yang sebel, karena bikin takut aja)

Jam masjid menunjukkan 11.30 WIB. Kami pun masuk ke ruang masjid. Ingat doa masuk masjid kan?. Suasana di dalam, hhmm...adem banget, ditambah hembusan angin dari kipas angin, orang-orang yang datang masih dapat dihitung pakai jari. Macam-macam ada yang shalat sunnat tahyatul masjid atau shalat sunnat lainnya. Ada yang lagi dzikir. Iya karena lagi belek-belek tasbih dan komat-kamit. Ada yang lagi tafakur (diaam aja), lagi tilawah dan memang aktivitas seperti ini yang biasa kita lakukan di dalam masjid. (mmhh!..,semua orang pada tahu, tapi aplikasinya mana?!)

Waktu berlalu sekitar 11.50 WIB., sebentar lagi adzan shalat jum’at berkumandang. Sebelumnya pengurus masjid mengumumkan para petugas shalat jum’at hari ini dan informasi berkenaan dengan masjid. Aku terkesan mendengar intonasi dari petugas yang mengumumkan informasi tersebut. Seperti penyiar radio atau MC atau protokoler yang sudah terlatih. Dan kedengarannya resmi banget. Yah, semoga aja jadi motivasi dan inspirasi teman-teman terutama dalam berpidato /jadi MC dll.

Yang bertugas sebagai khatib hari itu adalah Drs. Heinawi. Dengan semangat beliau menyampaikan khutbah dengan tema seputar pemimpin yang menjaga amanah. Para jamaah yang mendengar khutbah beliau, jarang yang mengantuk. Sebab suara beliau yang cukup lantang menyulitkan orang untuk terlelap. Setelah khatib menyampaikan khutbah ke-2. dan setelah iqamat di kumandangkan, kami dan para jamaah segera berqiam (berdiri) dan kami pun memulai shalat secara berjamaah.

Ba’da shalat jum’at, para jamaah wiridan dengan suara jahar. Dan biasa kita jumpai di daerah-daerah yang masih memegang teguh tahlilan, shalawatan dan sebagainya.

Sepulang dari shalat jum’at, di posko V, seperti biasa makan siang, abis itu brefing dan abis itu enaknya ngapain ya?, sambil nunggu jam 14.00 WIB. bagusnya teman-teman bobo’ siang aja. Sepertinya mereka cape’ banget deh.

Waktu berlalu, di HP temanku udah pukul 14.00 WIB. ”Ayo bangun, udah waktunya nih jadual lomba akan dimulai.”teman-teman lain yang nggak biasa tidur siang mengingatkan. Sebagian bergegas dan sebagian masih merem. Soalnya siang itu enak banget tidurnya dengan suhu cukup panas dan hembusan angin gunung yang sepoy-sepoy.

Yah begitulah nggak semuanya beranjak dari pertualangannya ke dunia mimpi. Hanya mereka yang menyadari sebagai petugas perlombaan yang bergegas. Itu membuktikan mereka masih memiliki tanggungjawab (akuntabilitas). Perlombaan dimulai pukul 14.15 WIB. Cabang lomba berwudhu, lomba hafalan (tahfidz) doa dan tahfidz surah pendek. Dilaksanakan di sekitar surau. Sedangkan lomba pidato dilakukan di ruang kelas MI Ikhlasiyah. Lomba ditunda (pending) saat waktu ashar tiba dan dilanjutkan kembali setelah ashar.

Meski jumlah peserta lomba tidak banyak, mereka cukup bersemangat mengikutinya. Umumnya peserta lomba adalah mereka yang mengikuti program TPA yang kami adakan.

Ba’da maghrib kami lebih awal makan malamnya, sebab ba’da isya nanti sudah acara penutupan/perpisahan sekaligus pembagian hadiah kepada peserta lomba. Acara perpisahan kelompok V dengan masyarkat setempa dilakukan di dalam surau. Segala acara sudah disiapkan oleh teman-teman. Mulai dari MC-nya, Qari’-nya + Sari tilawahnya, kata sambutan, kesan dan pesan, penyerahan kenang-kenangan, hiburan dan konsumsi sederhana. Kiyai Syamsudin menyempatkan dirinya menghadiri acara perpisahan malam itu. Meskipun beliau sore tadi baru tiba dari perjalanan jauh yang cukup melelahkan. Beliau berperan kepada rombongan mahasiswa STAIN Pontianak agar lebih giat lagi belajar menuntut ilmu, terutama ilmu agama yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Masih banyak saudara-saudara kita yang belum tahu tata cara berwudhu, shalat, bahkan di antara mereka masih memakan makanan yang haram. Hal tersebut banyak kita jumpai di daerah pedalaman. Kalian sebagai pemuda dan pemudi generasi umat, harus menyiapkan diri sedini mungkin untuk menghadapi tantangan zaman. Beginilah yang telah kita saksikan. Anak-anak yang terlantar pendidikannya. Mengngat hal ini, Saya teringat dengan kisah Fir’aun. Mendengar nama Fir’au, semua kita sepakat mengklaim ia sebagai raja yang zhalim dan dilaknati oleh Allah swt. Karena Fir’aun terkenal dengan kejahatan dan kekuasaannya, membunuh banyak jiwa anak-anak, bayi-bayi laki-laki. Ia khawatir, mimpinya menjadi kenyataan bahwa ada seorang anak laki-laki yang akan menggantikan kekuasaannya. Namun oleh Nabi Muhammad saw. Mengenai hal itu Beliau saw. Mengatakan bahwa kezhaliman Fir’aun itu masih kecil dibandingkan kezhaliman kedua orang tua yang menelantarkan anak-anak mereka dari pendidikan ilmu agama. Bayi-banyi yang tidak berdosa yang dibunuh Fir’aun mereka akan masuk surga.Oleh sebab itu, begitu penting pendidikan terhadap anak-anak agar mereka kelak siap menghadapi segala persoalan hidup di masyarakat.

Setelah Beliau memberikan kata sambutan mewakili pemuka masyarakat setempat. Beliau mohon pamit. Seperti yang beliau katakan baru datang dari perjalanan jauh, mohon dimengerti. Beliau perlu beristirahat. Ada yang lucu, saat MC membacakan ”demikianlah kata sambutan yang disampaikan Bapak Kyai Arifin selaku pemuka masyarakat.” Ustadz Arifin tampak kaget, dan memandang MC dengan setengah tersenyum. Teman-teman yang menyadari kesalahan tersebut Cuma geli mendengarnya. (Yaa...,biasa..udah keceplos nggak bisa ditarik lagi, paling selaku MC yang bijak akan meralat perkataannya,”maaf, yang dimaksud...........atau maaf, kami ralat............., dsbnya. He he....Mcnya tegang and grogi ya?.....Iya...sebab, jadi MC nggak segampang yang kita lihat. Perlu perjuangan agar tampil PD di depan, jelas jadi sorotan dan pusat perhatian lho.Intinya, berani tampil di hadapan khalayak ramai. Kamu semua so pasti bisa asal mau belajar aja dan sungguh-sungguh.)

Selanjutnya, acara penyerahan kenang-kenangan/cendramata dari kelompok V kepada pengurus surau yang diterima oleh Ustadz Arifin dan kepada tuan rumah posko V yang diterima oleh Pak Long Mochtar.

Di beberapa sesi acara, beberapa teman berinisiatif mengabadikannya dengan kamera baik kamera photo maupun kamera di HP. Melihat hasil jepretan teman-teman lumayan bagus. Namun, perlu dipelajari lagi bagaimana teknik mengambil objek, dari segi sudut, cahaya, dan ketajamannya. Meskipun kita bukan photografer profesional. Pengetahuan tentang photografi juga perlu minimal yang umum dan utama digunakan.(huh, sok tau!, cuma masukan aja kok)

Sesi acara yang ditunggu-tunggu adik-adik peserta lomba adalah pembagian hadiah. Tampak dari mimik mereka ekspresi kegembiraan. Apalagi saat namanya disebutkan sebagai pemenang (wiih...matanya berkaca-kaca). Bahkan, ada peserta yang menjadi pemenang dalam beberapa cabang perlombaan. (Waah borongan nih) Ini bukti mereka sangat antusias mengikuti lomba. Meski hadiahnya nggak seberapa, tapi bagi mereka sebuah kebanggaan dan kebahagiaan tersendiri. Aku yakin, mereka mampu memaknai arti sebuah perjuangan. Jika mereka belajar sungguh-sungguh, maka akan meraih kesuksesan.

Setelah pembagian hadiah, sesi hiburan pun ditampilkan. Hiburan kali ini adalah kolaborasi dari group qasidah santri-santri dengan teman-teman kelompok V mereka membawakan nasyid berjudul ”Assalamu’alaikum dari album Rabbani.

Abis hiburan, selesai deh acaranya. Acara ditutup dengan melafadzkan hamdalah, “alhamdulillahirabbil’alamin”. Adik-adik santri dan lainnya membubarkan diri kembali ke rumahnya masing-masing ada pula yang menginap di ponpes. Sedang beberapa teman masih menunggu di surau. Merapikan kembali barang-barang seperti sound syistem, microphone, peralatan konsumsi dll. Beberapa teman sempat berpose dengan ustadz Arifin dan salah satu santrinya. Setelah dianggap beres, kami pamit kepada Ustadz Arifin untuk ke posko. “Terima kasih banyak atas bantuan dan sambutannya bang”, “Kamilah yang layak berterima kasih kepada kalian, hanya Allah saja yang membalas amal baik kita”,kata ustadz. Sambil berjabat tangan dengan beliau. “Assalamu’alaikum”, “Wa’alaikum salam warahmatullah wabarkatuh”. Kami pun segera menuju posko V. Di posko V, melihat kondisi teman-teman yang kecape’an,”Sepertinya untuk evaluasinya ditunda besok nih”usulku.”nggak, malam ini biar bagaimanapun kita musti evaluasi, ya walau sebentar” Salah satu teman menyahut. “Evaluasi”, “nggak besok aja, evaluasi ya?, bentaaar aja. Teman-teman maunya dibujuk rayu lagi, kelamaan, coba dari tadi.(he he…suasananya macam transaksi tawar-menawar di pasar aja)

Iya, nggak mungkin kan…..abis dari acara langsung evaluasi, teman-teman perlu break dulu. Jadi, saat evaluasi nggak tegang. Kalo ngadapin kaya’ gini ada yang nggak sabaran, ada yang nyantai, musti bijak melihat apa maunya mereka. Ya kalo cape’ jangan dipaksakan, besok aja. Tapi, ini penting, untuk besok. Sebab shubuh besok nggak sempat evaluasinya. Akhirnya luluh juga, teman-teman beranjak masuk ke posko untuk mengikuti evaluasi. Seperti biasa lagi nih, dipandu oleh salah satu teman untuk memimpinnya. Setelah dibuka dengan melafadzkan basmalah, masing-masing dari teman-teman yang bertugas piket, dll memaparkan apa aja yang telah dilakukan. Kendala dalam menjalankan tugas, inisiatif yang dibuat dan kondisi keuangan kelompok. Segala kekurangan tersebut bukan dijadikan lahan empuk untuk mengorek kesalahan teman lain. Malah menjadi bahan koreksi dan introspeksi bersama. Membantu menemukan solusi bukan memperpanjang masalah, bijak memutuskan sesuatu tentunya dengan landasan berbagai pertimbangan. Dalam evaluasi, terkadang teman-teman malu, takut, segan mengutarakan kekesalan, kesalahan atau mengoreksi temannya. Sehingga, kita lihat diantara mereka lebih memilih diam membungkam. Suasana tertutup seperti ini menyulitkan kita dalam untuk melakukan proses evaluasi. Selaku pemandu dituntut terampil dan jeli. Terutama bisa ”memancing” respon dari teman-teman. Bahkan meresp[on pernyataan teman lalu melemparkan ke forum evaluasi. Usahakan forum tidak vakum. Moderator bisa memotivasi teman-teman. Gimana caranya, ya kreativitas masing-masing kita. Formula 3S (serius, santai & sukses) masih ampuh kok. Ayo hidupkan diskusi kami dengan caramu masing-masing. Tapi ingat, yang sewajarnya aja, jangan kelewat batas. (Hari gini masih dinasehatin?!)

Memang mudah kalau kita memberikan nasehat kepada orang lain. Tapi tidak, jika kita berusaha menasehati diri sendiri. Itulah yang ku rasakan. Aku berharap, nasehat yang kuberikan kepada orang lain adalah nasehat untuk diriku sendiri.”Sekeras dan sekuat apa pun kita melempar bola tenis ke dinding, maka bola itu akan kembali (memantul) dengan kekuatan yang sama ke arah kita”.Artinya, berani berkata, berani dan siap berbuat.

Setiap kali evaluasi akan diakhiri, mentor diminta nasehatnya atau pandangannya. Sudah semestinya demikian, meski sebenarnya nasehat tidak sebatas kata-kata atau saat moment evaluasi or breafing saja. Kapan dan di mana pun bisa dilakukan. Saat giliranku, aku harus berusaha semampunku untuk mengungkapkan kalimat agar yang mendengar tidak bingung dan tidak terlalu tersinggung. Ini adalah metode yang kupilih. Terlepas aku disalahkan karena kurang tegas atau kurang lugas (mengatakan apa adanya) atau pun tidak ada masalah.

Aku hanya menyinggung perbuatan-perbuatan teman-teman yang dianggap keliru dan kurang tepat dilakukan. Itupun secara umum. Sulit bagiku untuk menyebutkan satu per satu nama mereka yang melakukan perbuatan tersebut. Aku yakin, mereka yang merasa berbuat, akan sadar. Sebab, kita musti tahu dan paham, tidak semua orang mau dan siap dikritik, atau dibeberkan aibnya. Apalagi dikritik di depan orang banyak. Kita akan dianggap telah mencemarkan, menginjak harga diri seseorang. Ini sungguh menyakitkan. Lebih sakit dari kaki yang terinjak kaki teman (benarkah?!....he he he..,boleh dicoba? Wee..maunya!..)

”Teman-teman kita sudah seperti satu keluarga dalam kelompok V ini, menyatakan kelompok yang kompak, tapi mengapa masih ada yang membiarkan temannya kesulitan. Belum tergrak segera membantu, ibaratnya membiarkan temannya terjatuh ke sungai, barulah ia tertawakan dan menyalahkan temannya yang terjatuh. Tidak ada niat untuk menolong (idiiih bahasa konotasinya ribet, sebagian teman jadi bingung, Biarin aja, asah otak dikit aja).

Memang kita tidak bisa memaksakan kehendak kepada teman kita. Misalnya ide teman nggak musti sama dengan kita dsbnya. Sebab, apapun kelebihan dan kekurangan yang kita miliki itu modal kita untuk saling membantu, saling mengisi dan berbagi. Jadi nggak ada tuh sikap egois, cuek abiz, pelit, individual atau apa aja sebutannya. Sebenarnya, kita sudah pada tahu teori-teori persahabatan seperti ini dan itu. Cuma pada giliran aplikasinya, macam-macam tingkah dan ekspresinya. Ada yang pura-pura nggak tahu, tulalit, lupa, malas, bingung dll. Di sini dan di manapun niatan kita adalah belajar, mencari ilmu. Semuanya. Nggak ada yang merasa kebih hebat, lebih pandai, atau lebih ....apalah gitu. Jika tidak ada yang mau belajar berbuat sesuatu yang bermanfaat baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Udah dulu ah... besok kan masih ada evaluasi terakhir, jadi simpan dulu deh.

”Ada lagi nggak yang mau nambah, kalo nggak ada kita tutup” kata MC. Teman-teman mengeleng-gelengkan kepala dan mata mereka sudah 5 waht.Ada yang kedip-kedip (untung nggak kedip-kedipan he he he) isyarat mau bobo’ tuh.

Sabtu ini nggak ada program lagi. Kali ini giliran Abi dan Ummi yang piket. Yah tentu dibantu juga dong dengan yang lain. Kasian kan. ”Bi, kita masak apa untuk anak-anak? Tanya ummi .”Mmm.....apa ya?.....banyak deh yang bisa dimasak. Tapi kan kita musti berhemat. Aku sambil mikir kira-kira menu apa hari terakhir ini. ”Oh iya....., bikin sayur benng atau sayur asem aja, sambalnya sambal bajak”usulku.”Sambal bajak?, baru dengar”. Bahan-bahannya apa aja dan gimana bikinnya? Maklum masih belajar masak nih. Abi kan pintar masak” (ye..., mulai deh, jaga hatimu.) ”ah, biasa aja lagi. Sediakan bahan-bahannya: cabai kering atau basah secukupnya, kemiri sebutir, kunyit secukupnya, bawang merah dan bawang putih secukupnya, gula kelapa/gula merah secukupnya, garam satu sendok makan. Cara membuatnya: kalau pakai cabai kering, rendam dulu dan buang bijinya. Setelah itu haluskan bersama kemiri, bawang merah, bawang putih, kunyit dan garam. Setelah semua bahan dihaluskan (tapi jangan halus benar). Panaskan minyak kelapa secukupnya, setelah panas masukan bahan yang telah dihaluskan tadi, lalu ditumis. Setelah tercium bau harum, masukan gula merah lalu aduk lagi sampai merata. Setelah benar-benar harum, kecilkan api kompor, lalu angkat sambalnya. Sambal siap disajikan. Kalau teman-teman suka pakai jeruk nipis, bisa diperaskan sedikit untuk menambah kesegaran. Atau yang senang pakai daun salam bisa ditambahkan saat menumis sambal. Jadi sambalnya akan bertambah harum dan segar. Dan tentunya mengundang selera untuk segera menyantapnya. (hik hik hik..jadi malu nih, nggak bermaksud ngajarin sih. Cuma berbagi informasi dan pengalaman aja). Sorry kok jadi cerita masak ya?, sebenarnya mau masak menu apa terserah. Saatnyalah teman-teman yang pintar masak berbagi ilmu dan pengalamannya kepada teman lain. (Siap tahu ada niat buka warung/rumah makan, hik..bercanda aja kok.)

Pagi sekitar pukul 08.30 WIB. melihat tida buah drum sepertinya lama tidak dibersihkan. Wuh, airnya bercampur dengan karat, jadi warnanya orange/jingga kecoklat-coklatan. ”Yah, udahlah terlanjur dilihat, kuras aja” pikirku. Kamu akan banyak mendapat pelajaran dari apa yang kamu lakukan. Kamu akan banyak mendapat pelajaran dari apa yang kamu lakukan. Kamu harus belajar bersikap sabar saat menguras, menggosok karat di dalam drum. Drum saja sesulit ini membersihkan karatnya. Gimana membersihkan hati ya, kalau karatnya tidak kta ketahui.” Selain kita dituntut untuk sabar,kita musti belajar ikhlas dalam berbuat. Tidak merasa terbebani apalagi terpaksa. Enjoy aja lagi. Hitung-hitung olah raga tangan, ingin bantu teman atau asyik aja melakukannya. Mungkin kamu mau ngerasain gimana perasaan pembantu yang disuruh ini dan itu. Rela bekerja keras demi suatu tujuan pasti, yakni mendapat gaji. Eit tunggu dulu, kita kan beda. Biar gimanapun kita bekerja khususnya kegiatan kaya’(seperti) gini nih sepeserpun nggak dapat. Tapi, yang penting pengalamannya. Ini melebihi seonggok gaji yang diterima oleh pembantu. (nggak bermaksud menyamakan kamu dengan pembantu lho, cuma analogi aja). Sepintas, melihat air lumpur dan berkarat pasti membuat kamu jijik dan mual. Tapi, pikiran itu bisa kamu alihkan bahwa saat ini kamu lagi latihan bersikap tawadhu (merendah diri), alias nggak sombong. Sebenarnya banyak banget yang bakal kita dapat jika kita berusaha memaknai segala yang dilakukan pasti ada makna dan tujuan disebaliknya. Ayo gali terus intelektualmu dalam menyelami diri dan kehidupan (baca deh ESQ karya Ary Ginanjar)

Hmmmh..lumayan berkeringat, kira-kira 15 menit drum dikuras. Aku tahu, teman-teman akan membantuku menyelesaikan kurasan drum yang lainnya. Kita nggak perlu menyuruh mereka untuk membantu. Kesadaran secara pribadi akan muncul seketika, saat kita melihat teman lain dirasa perlu bantuan. Jadi secara naluri, kita memiliki rasa kepedulian dan itulah yang biasa kita kenal sebagai sosio sence.

Satu hal lagi, sebenarnya ini cukup rahasia sifatnya. Sebab bersinggungan dengan karakter dan kepribadian seseorang. Demi menjaga kerahasiaan, kita tidak perlu menyebutkan nama. Berhati-hati dalam bersikap dihadapan orang lain, sebab semenit dia menatapmu, berarti saat itu ia mulai perhatian denganmu. Lebih dari itu ia akan mencoba menilai dirimu. Bersikaplah sewajarnya, tunjukan dirimu yang sebenarnya, jangan memanipulasi prilaku meski kamu dan dia sudah saling mengenal. Kamu harus mampu jaga image. Jika kamu kembali membalas tatapan matanya, jangan lebih dari semenit. Sebab, syetan membisiki nafsumu dan membuatmu terpana olehnya. Cobalah nasehati dirimu sendiri, dengarkan suara hati kecilmu. Dengarkanlah....ia merintih sakit merasakan kesalahan yang telah kamu lakukan. Meskipun kamu merasa kamu tidak melakukan kesalahan. Untaian kalmat tersebut, belumlah seluruhnya perasaan baik diri ini maupun teman-teman (huh... jadi kaya’ curhat aja, so, nggak cuma cewek yang bisa beginian).

Seandainya kita tahu semua perasaan orang lain, kita pasti segera membantu teman-teman. Nggak bakalan ada di antara kita yang cuek abiz. Tapi, itulah keterbatasan kita, hanya orang-orang yang tajam mata hatinya yang bisa menerobos relung jiwa seseorang dan ikut merasakan apa yang dirasakan orang lain. Kita bisa seperti itu, asalkan tekun belajar dan berlatih. Berempati kepada orang lain tidaklah semudah belajar ilmu pada umumnya. Ilmu yang satu ini adalah bagian dari teori ilmu terapan yakni psikologi komunikasi.(baca aja bukunya berjibun di perpus)

Itulah resikonya, jika kita bersikap fer, transparan, ceplos-ceplos, terbuka, terus terang apa adanya. Ada yang merasa disakiti hatinya, kesal, minder, marah, ingin membela diri, membalas, bahkan menyerang. Ada pula yang lega, puas, senang, bangga, PD abiz, bahkan sombong. Kalau cuma cara ini yang kita pakai untuk meredakan atau menghilangkan penyakit hati, sama saja dengan mencuci pakaian di air yang keruh, sia-sia saja. Tidak mudah untuk memilih sikap bertenang , sabar, apalagi mengikhlaskan itu semua. Kita menginginkan kebaikan ada pada diri kita, tapi apa usaha kita untuk itu. Apakah bersikap emosi, egois, geram, dan sebagainya bisa menambah kebaikan pada diri ini. Apakah hanya dengan marah, kesal, semua persoalan bisa selesai seketika.

Sekali lagi, Aku harap ini tidak disalah pahami. Positive thingking gitu lho. Dan belajarlah menata hati. Tidak ada maksud untuk sekedar mengungkit-ungkit kesalahan, mendramatisir cerita. Memang yang telah berlalu biarlah berlalu. Sebab, mustahil kita akan kembali ke masa itu. Saat kesalahan demi kesalahan kita lakukan tanpa ada perasaan bersalah atau menyesal. Mampukah saat itu juga, kita mengintrospeksi diri kita. Kita lebih senag me-ngorek-si orang lain. Sulit bagi kita saat itu untuk ”bercermin”. Apakah kita musti terpeleset pada jalan yang sama. Tentu tidak bukan?!. Nggak begitu rugi kalau kita masing-masing mengakui kekurangan, kesalahan diri. Tidak perlu merasa sungkan, akui kekuranganmu, itu berarti kamu siap dikoreksi dan ingin segera memperbaiki diri (ishlah diri). Jelasnya kamu punya bekal untuk digunakan suatu ketika di dalam perjalanan dan pengalaman hidup dikemudian hari.(eh, kok jadi serius gini ya?!...)

Maaf, jika sok menasehati. Aku yakin, kamu dan aku bisa menasehati diri masing-masing. Tapi nasehat orang lain juga dirasa perlu jika kamu belum siap menasehati diri. Cuma kalau terlalu berharap nasehat orang lain, apa jadinya dengan dirimu. Sedikit masalah. Minta bantuan kepada orang lain. Padahal kamu sendiri bisa mengatasinya. Untuk bersikap dewasa, kita perlu proses. Teruslah belajar dan berlatih dari pengalamanmu dan teman-teman. Suatu saat kamu akan terbiasa bersikap mandiri, berwibawa, empati, sabar, bijak dan sebagainya.(He he...sengaja kita ulang-ulang materinya, hitung-hitung pengayaan)

Back to story........., huh!..bahaya juga terhanyut dalam arus emosi, jadi klepek-klepek dibuatnya. Ehmm..!, abis membersikan ketiga drum di dalam WC, teman-teman membantu mengisi airnya. Sudah penuh, aha..ingat, bukan untuk mandi. Kasian kan teman kita udah cape’-cape’ menuhinnya.Yah, kalau terpaksa (darurat banget) buat mandi juga, tapi airnya dipenuhin lagi ya?! (dasar malas, maunya enaaaak aja!..Ups, sorry, keceplosan lagi)

Aku senang melihat mereka. (Eit!, jangan salah persepsi ya?!...) Maksudku...ekspresi mereka saat bekerja. (kelihatan tuh yang terbiasa dan tidak terbiasa bekerja).

Pagi itu, kami beres-beres dan bersih-bersih ruangan posko V dan halaman di sekitar posko V. Sejak kedatangan kami ke rumah kosong ini, posko ini jadi ramai dengan 28 orang peserta + 2 orang mentor ditambah lagi barang-barang pribadi dan kelompok V. Pepatah melayu,”macam kapal pecah jak”, berantakan banget. Hanya beberapa teman yang berinisiatif (tanpa disuruh) dapat merapikan barang-barang bawaan, itupun punya pribadi masing-masing. Tapi, syukurlah, meski sudah terakhir baru sempat merapikan posko, kami dapat melakukannya. (He he ..nggak tau tuh, karena disuruh atau kesadaran pribadi? Yang penting posko V rapi dan bersih.)

Di halaman depan, beberapa teman ada yang memungut dan menyapu sampah, memotong rumput, dan membakar sampah (rajin nih ye..kalo bisa dirumah masing-masing juga gitu.) Mereka saling bantu, itu baru namanya teamwork. Setelah bersih-bersih posko dan sekitarnya, niatku sih bantu-bantu ummi dan teman-teman cewek masak di dapur. Eh, nggak taunya malah ngobrol. Ada yang curhat lagi sama aku (idiih ke-GR-an). Baru aja mau numbuk kunyit buat bikin sambal dan lain-lain, ummi dapat SMS dari panitia SC, ”peserta yg ingin mnampilkn kreasi klpnya harap konfirmasi ke posko SC”. ”Jadi mereka harus ke sana?”tanyaku. ”Ya iyalah Abi”. Udah Abi aja temani ke posko SC sekalian beli kertas HVS pesanan Ummi. ”Oo..iya, sebentar” Ummi mengambil uang untuk membeli kertas HVS buat evaluasi terakhir. ”Siapa yang mau temani Abi ke posko panitia SC, sekalian konfirmasi untuk penampilan kelompok kita nanti siang”.tanyaku agak nyaring (hehe..., biar kedengaran gitu). ”Biar Sobirin aja yang ikut” jawab sobirin sambil mengacungkan tangannya. Kebetulan ia dipercaya sebagai seksi Humas di kelompok ini. ”Ya udah, yuk kita siap-siap ke sana!. Kami berdua meninggalkan posko V menuju ke arah pasar. ”Kamu tahu kan posko SC di mana?” tanyaku sambil berjalan. ”Ya tau bi, masa’ Abi nggak tau, Abi kan panitia”jawab Sobirin.”Benar, Abi benar-benar nggak tau”.”Kebangetan deh”.”Makanya Abi ingin ditemani ke sana.

Setiba di posko SC, wah rame banget. Bertepatan dengan kedatangan teman-teman dari kelompok I , II, IX dan X (kelompok yang menempati posko terjauh dari posko panitia). Yang terlihat, pada teman-teman kelompok tersebut adalah wajah-wajah kelelahan. Berari, kita harus menyambut kedatangan mereka paling tidak bersalaman dan menanyakan kabarnya. Jadi, mereka tidak terlalu focus merasakan cape’. Aku dan sobirin masuk ke posko SC, menanyakan kepada siapa musti konfirmasi untuk penampilan kelompok. Aku menyuruh sobirin yang konfirmasi. Biasanya, peserta agak minder kalau disuruh bertanya gitu. Ini kesempatan mereka belajar berani dan mandiri. Salah seorang panitia SC berkata,”Oh, yang penampilan itu ya?, dengan Iwan Setiawan, dia SC acara. Tunggu aja bentar , dia lagi makan di warung. Sementara menunggu. “Bagusan kita ke pasar dulu cari kertas HVS pesanan Ummi, gimana?”, tanyaku pada Sobirin. “Okelah”.

Setelah membeli kertas HVS, kami kembali ke posko panitia SC. Saat konfirmasi, aku dan mentor kelompok lain dipanggil untuk breifing sebentar. ”Sobirin kembali dulu ke posko, bawa kertas ini beri tahu Ummi, Abi sedang ada breifing dengan panitia SC. Nanti biar Abi yang konfirmasikan” pesanku kepada Sobirin dan menyerahkan kertas HVS. Sobirin pun kembali menuju posko V. Di posko SC, aku dan beberapa mentor lain +10 menit menunggu kedatangan panitia dan mentor lainnya. Saat itu yang membuka breifing adalah SC acara, Iwan Setiawan. Bahasan kami seputar acara pukul 14.00 WIB nanti. Adalah acara full hiburan sampai sore. ”Sebenarnya sebagian masyarakat sekitar tidak begitu setuju dengan adanya band. Setelah dilobi dan dijelaskan bahwa maksud kita utuk pendekatan kepada para remaja dan pemuda serta masyarakat setempat, mereka menyetujuinya”. ”Sangat diharapkan peran mentor, agar siap mengarahkan dan mengontrol peserta kelompoknya masing-masing. Kita di sini mencoba membaur dengan masyarakat. Jangan sampai lengah, sebab kita tahu, ini adalah daerah pasar.[43] Perlu ditekankan kepada adik-adik pesertanya, demi menjaga nama baik diri dan lembaga, bersikaplah sewajarnya saja saat berinteraksi dengan masyarakat.” kata Bang Angga, ketua panitia. Itu aja sih. Kami menyudahi breifing.

”Oh ya, kelompok V katanya ada konfirmasi, mau nampilkan apa?” tanya SC acara. Insya Allah, peserta menampilkan nasyid, puisi dan tari kolaborasi”, Wah, banyaknya, kalau bisa yang diprioritaskan saja, karena waktu terbatas dan yang bakal nampil juga banyak, terutama dari kelompok lain. ”Oh iya, Insya Allah bisa dibicarakan kepada mereka nanti. ”Mungkin itu aja?! Tanyaku. ”Ya ya....itu aja, ingat, tolong pesertanya ya,Smoga sukses” Panitia SC mengingatkan sembari berjabat tangan panco kepadaku. ”Oke bos, Insya Allah” Sahutku sambil menyalaminya dengan sekali guncangan tangan. ”Oke semuanya aku pamit dulu mau langsung ke posko nih”. Tak lupa kusalami teman-teman panitia yang lain. ”Assalamu’alaikum”, salamku. ”Wa’alaikum salaaam”, sahut mereka nyaris serempak.

Ku percepat ayunan langkah kakiku menuju posko V. Ingin segera menyampaikan pesan dari panitia SC. Sesampainya di posko V, sekitar 3 menit kemudian azhan Zhuhur berkumandang dari surau. He he...Ada yang masih pulas bobo’nya. Hey, tolong ya teman-temannya dibangunkan. Biasalah mereka kecape’an abis bersih-bersih tadi pagi. (Hik-hik..bobonya macam-macam ekspresi, ada yang ngorok, mulut menganga, yang ngiler, idiih untung nggak ketahuan. Ssst..jangan bilang siapa-siapa ya?!)

Di posko seperti biasa ba’da dhuhur. Mmmmh.. aroma hidangan udah keciuman nih. Saatnya makan. Kebetulan ketua panitia dan panitia SC berkunjung ke posko V. Wei...,abang-abang panitia nggak bisa menghindar dari ajakan ”tuan rumah[44]”posko V. Saatnya makan siang, abang-abang ikutan makan ya?” ajak Ummi. Bang Angga dan bang Abdurrahman cuma tersenyum simpul.

Wiih...menu kali ini spesial ya?, sepertinya enak nih, Mmmm....iya apalagi sambalnya enak banget. Sini-sini minta lagi sambalnya. (Hi hi hi...dasar, kalo udah lapar, makan apa aja dibilang enak). Teman-teman seperti baru dari bekerja keras aja. Lahap dan tak bersisa. Baguslah, jadi tidak ada yang mubazir. Bicara soal makan so pasti asyik nih. Meski kelihatan ada yang masih ingin nambah porsi, tapi bisa mengendalikan diri. Mereka bisa bersabar dan qana’ah mendapat porsi sepiring saja. Khawatir, teman lain belum kebagian jatah. (he hehe...kecuali, ada porsi berlebih dan semua teman udah makan, ya...bolehlah nebalin muka dikit).

Breifing siang dilakukan setelah 5 menit kemudian setelah makan. Sesuai dengan apa yang dipesankan panitia SC untuk persiapan acara hiburan siang itu aku menyampaikan info tersebut kepada teman-teman kelompok V. Ketua panitia, Anggajuga menambahkan bahwa tanpa kerjasama dari teman-teman peserta, seluruh panitia tidak akan mampu mengontrol kalian. Kalianlah yang diharapkan bisa kompak menjaga dirinya masing-masing dan teman-temannya.

”Jangan sampai ”terhipnotis”oleh suasana”, ujarku. Mendengarnya sebagian teman-teman tampak bingung. ”Maksudnya apa bi?!”....tanya teman-teman. ”Terhipnotis” bisa diartikan dua versi. Pertama, benar-benar terhipnotis (diguna-guna oleh seseorang yang memiliki ilmu sihir, ilmu bungkam, dan sejenisnya), kedua, hanya peminjaman istilah sebagai pengganti kata ”terpengaruh, larut dalam suasana kegembiraan, hingga lupa diri atau teledor menjaga diri dan teman-temannya. Gitu lho. ”Siapa tau, dipasar, plek!. sambil membunyikan jari tengah dan ibu jari secara bersamaan. ”Sekali gini ...aja kita dibawanya ke alam bawah sadar. Alias kita nggak sadar apa yang kita lakukan. Cuma berwaspada dan tetap siaga aja. (ah...segitunya).

Breifing ditutup, teman-teman musti bersiap-siap untuk menghadiri acara hiburan,. Acara tersebut sengaja disetting siang hari dan dilakukan dilapangan. Selain masyarakat juga bisa menonton langsung acaranya, kita menghindari kemungkinan-kemungkinan yang tidak diinginkan jika acaranya malam hari.

Jam menunjukkan 14.15 WIB. acara segera dimulai. Untuk antisipasi dan memudahkan panitia dalam membedakan peserta dengan masyarakat, peserta dianjurkan memakai jas almamaternya. Sepertinya teman-teman dari kelompok lain sudah berkumpul dari 14.00 WIB. Tadi. Dua orang MC tampak sedang memandu acara dengan santai dan lebih gaul ngomongnya.

Sebelumnya demi keamanan anggota kelompok V khususnya cewek-cewek. Saat kami masih berada di posko V, peserta yang cowok bersepakat membentuk tim keamanan dadakan (emergency security team). Jadi, saat di lapangan, teman-teman cowok masing-masing musti memposisikan diri pada sudut yang strategis dilewati peserta. Masing-masing pos dijaga 3 atau 4 orang. Jika teman cewek kelompok V ingin pergi atau jalan-jalan untuk membeli jajanan ke pasar. Security team harus siap menemani mereka. Teknisnya, satu orang security team menemani dan lainnya tetap berjaga. Setelah teman-teman cewek bersama petugas security team kembali, barulah teman-teman diizinkan untuk pergi bersama petugas selanjutnya. Ini dilakukan secara bergilir dan demikian seterusnya.

5 menit berlalu sudah, azhan ashar bergema dari Masjid Nurul Huda yang berdekatan dengan tempat acara. Acara di-stop sementara waktu, semua peserta diarahkan ke masjid untuk shalat ashar.

Ba’da shalat ashar, anggota kelompok V sepertinya membencar. Pada kondisi seperi ini selaku mentor, kita sulit untuk mengawasi mereka satu/satu. Cuma beberapa teman peserta kelompok yang masih terlihat disekitarku. Sedang beberapa ment, aku melihat dari kejauhan seorang cewek sedang digotong oleh dua orang panitia. Semakin dekat kulihat, ”Masya Allah ternyata Ummi (mentor cewek kelompok V), ia menangis kesaktan. Sepertinya ia nggak mau digotong seperti itu. Ku lihat jilbabnya berwarna kuning krim ada bercak darah. Jelas ia terluka, aku harap ini hanya luka ringan. Melihat kepala Ummi berdarah, teman-teman sangat panik. Aku berusaha untuk tidak terlalu panik. Pikiran sempat terlintas yang macam-macam.Saat itu sebenarnya aku serba salah, aku harus tetap fokus mengawasi peserta kelompok V. Sementara memikirkan musibah yang baru saja dialami patnerku. Teman panitia berkata,”biar kami yang mengantarnya ke rumah H. Daibe’,mantri (petugas kesehatan) setempat.Kamu fokus aja dengan anak-anak, jangan khawatir.” ”Benar Nana nggak apa-apa?” ”Saya bisa berjalan sendiri kok, jangan digotong gitu” kata Ummi menahan sakit. Ummi segera dibawa dengan diiringi beberapa panitia ke rumah H. Saibe’ yang tidak jauh dari tempat acara. ”Allohu Akbar”, inilah ujian kesabaran dari Mu Ya Allah” hati kecilku berucap. Ku tenangkan diriku dengan memperbanyak menyebut dan memuji nama-Nya. Sambil menarik napas secara perlahan dan menghembuskannya secara perlahan pula. Cara inilah yang biasa kulakukan untuk menenangkan diri.

Saat itu, para peserta lagi asyik menonton ragam pertunjukan baik sumbangan dari pemuda setempat, maupun penampilan teman-teman mereka dari kelompok lain. Obrolan, gelak tawa para peserta memecah suasana dilapangan. Di tengah serunya mereka berkumpul tersebut, salah satu peserta kelompok menoleh ke belakang dan sepintas melihat Ummi diiringi teman-teman panitia. ”Abi, Ummi kenapa?” tanyanya dengan nada agak cemas. ”nggak apa-apa”jawabku. ”Benar bi nggak apa-apa?”tanyanya lagi. Meski aku juga belum tahu pasti kondisi Ummi, pada suasana penuh kegembiraan ini aku musti menunjukan sikap agar mereka tidak panik. ”Benaar, cuma terbentur dikit aja, udah kalian tetap aja di sini jangan kemana-mana ya?!” jawabku meyakinkan.

Sambil melihat-lihat peserta, aku berjumpa dengan teman-teman security team. ”Kejadian ini, benar-benar di luar dugaan kita. Semoga jadi pelajaran ke depannya. Kita musti lebih siaga. Perhatikan setiap peserta yang ke luar dari jalur tempat acara berlangsung. Usahakan mereka izin terlebih dulu, biar tahu ke mana perginya. ”Tim security tetap solid ya?!” sip. Aku mendekati peserta kelompok V, kalau bisa duduknya satu kelompok. Jika mau pergi, izin dulu dengan temannya. Pada sikon seperti ini, kewaspadaan diutamakan, meskipun kita yakin mereka bisa jaga diri.

Lalu aku memantau sejenak dan menanyakan kepada panitia yang mengantar ummi. Bagaimana kondisi Ummi (Nana).

Nggak apa-apa, Cuma terbentur dikit, kami melihat Nana terbentur pada salah satu sudut tembok Masjid. Aku kurang puas, setelah Nana diobati dan agak baikan. Aku bertanya langsung tentang persis kejadiannya (idih perhatian banget, biasa aja lagi.) ”Ummi kan lagi buka sepatu dan menaruhnya di samping, eh taunya mau berdiri lalu kepala Ummi terbentur ke sudut tembok Masjid. Agak puyeng dikit sih, Ummi masih bisa berdiri dan mau melaksanakan shalat, eh taunya di dahi Ummi mengalir darah segar. Melihat darah melewati mata Ummi jatuh pingsan. (huk-huk....jadi terharu tapi lucu juga, eh teman sakit kok dibilang lucu sih!)

”Ummi pulang aja ya, istirahat di posko”, saranku.”Tolong temani Ummi pulang”kataku kepada salah satu teman cewek kelompok V. ”Abi.....Ummi lemes jalannya”, Biar diantar pakai motor aja ya?” lalu Aku minta bantuan kepada Ustadz Zulkarnain untuk mengantar Ummi sampai ke Posko.

Sebelumnya, Ummi menyempatkan diri menyaksikan penampilan teman-teman peserta yang mewakili kelompok v. Penampilan pertama, Siti (Mama) membawakan sebuah puisi situasi dengan iringan gitar melodi dati Teo. Penampilan selanjutnya, para peserta cowok maju membawakan nuansa musik arab alam mereka. Mereka membawakan lagu Nawwarti Ayyami dari album Mawaris. Biasanya lagu arab menggunakan alat musik gambus, tapi berbeda dengan mereka, drum mereka pilih sebagai latar musiknya (ini baru kreatif dan inovatif). Meskipun diiringi tarian mengelilingi vokalis dan disertai tepukan tangan. Penampilan mereka cukup menghidupkan suasana. Membuat penonton disekitarnya ikut bergoyang. (He he...saat itu yang paling ribut, peserta kelompok V)

Sebelumnya sih sempat bingung. Kelompok V mau nampilin apa.Sikap kekanak-kanakan tampak meski mereka sudah menyandang mahasiswa. Emang mereka musti dibujuk-bujuk, diberi motivasi, dinasehati dll. Nggak mau-lah, malu-lah, nggak bisa, dan kata-kata pesimis lainnya mereka jadikan alasan agar lebih diperhatikan (bilang aja cari perhatian, ups bercanda aja lagi) akhirnya, teman-teman mereka yang optimis dapat memotivasi yang lainnya. Jelas, yang perlu dijaga saat mereka macam-macam tingkahnya adalah bersikap sewajarnya, tidak terpancing emosi, agar bisa membaur dengan mereka, apa kendala dan permasalahan di antara mereka.(idiih, manja’ banget deh). Kita bisa ikut membantu mencarikan solusi jika mereka sudah mentok (blank idea). Bukan malah membiarkan atau meninggalkan mereka yang tidak berbuat apa-apa. Saat itu, selaku mentor, lepaskan sikap egois, perfect, memerintah, mengekang dsbnya. Beri peluang mereka untuk berkreatifitas. Munculkan sikap percaya akan potensi yang mereka miliki. Yakinkan mereka bahwa potensi yang dimiliki akan muncul jika mereka mau berusaha mengekspresikannya. Arahkan mereka untuk berkata-kata seputar hal-hal yang membuat mereka optimis.

Setelah tampil, teman-teman kelompok V ngumpul di depan gedung puskesmas Batu Ampar untuk berpose. Tapi, ketahuan panitia SC , jadi jangan berpose dulu. Sebab, acaranya belum selesai. Mentornya juga, tolong jangan ngajak peserta, nanti ada waktu foto bareng.”(aku jadi nggak enak sama teman-teman peserta, ya... seperti itulah kalo terlalu memperturutkan keinginan dari peserta, maunya berpose terus, kaya’ selebritis aja)

Hari semakin sore, sekitar 17.15 WIB. beberapa teman dari kelompok lain tampak back to posko masing-masing. Meski acara belum ditutup. Melihat kondisi seperti ini, MC segera menutup acara hiburan sore itu. ”Oke, terima kasig atas perhatian semua, kami selaku MC undur diri dan mohon maaf atas kekurangan. Dan bagi peserta masing-masing kelompok jangan lupa malam ini ba’da Isya acara penutupan secara ceremonial di Masjid kita. Sekian dari kami, sampai jumpa lagi....”Assalamu’alaikum warahmatullah wabarkatuh”. ”Wa’alaikum salam warahmatullahi wabarkatuh” jawab kami nyaris kompak. Kami pun bubar dari lapangan di depan Puskesmas ersebut dan berjalan menuju posko masing-masing.

Ketika Aku berjalan menuju posko, Ibu berjilbab istri Pak Jali menyetopku dan berkata,”Nanti ba’da maghrib ajak teman-temannya semua ke rumah Pak Jali ya, bilang bapak yang mengundang”.”Ya Bu, insyaAlloh akan saya sampaikan”jawabku. ”Mari bu” aku mohon pamit dan melanjutkan langkahku menuju posko.

Di posko, aku langsung menghampiri teman-teman yang sedang ngumpul di teras depan posko. Setelah ngucapin salam, aku berkata kepada mereka,”Nah, ada info bagus nih buat semuanya, nanti ba’da maghtib kita diundang oleh Bapak Jali ke rumah beliau, itu lho yang rumahnya di samping surau.”Waah...”sembari wajah teman-teman berubah ceria + tersenyum simpul lagi.”Ini pasti mikirnya makan aja, iya kalo beneran itu rezki dari Alloh. Kalo nggak gimana?, kita nggak terlalu berharap ke situ kan?, niatin aja, kita memenuhi undangan untuk bersilaturahim kepada masyarakat.” Sebentar lagi, maghrib nih, semuanya siap-siap ya?!... Teman-teman pun segera berkemas (tidak biasanya seperti ini, semangat banget geraknya). Oh iya, ba’da Isya’ kita kan ada acara ceremonial di Masjid, pesan dari SC acara, Syahrul bertugas sebagai Qori dan Zakiah sebagai sari tilawahnya. Usahakan yang ditugaskan ke sana bisa datang lebih awal.

Azhan maghrib berkumandang, kami shalat berjama’ah di surau. Sesuai pesan dari Ibu tadi sore, ba’da maghrib kami bertandang ke rumah Pak jali. Pak Sulung yang kebetulan ikut berjamaah di surau juga diajak oleh Pak Jali untuk mampir sebentar. Biasanya, kalau diundang begini, selaku tuan rumah mengutarakan maksud atau hajatannya. Tapi, setelah ditunggu-tunggu, tuan rumah belum juga memulai acara. Eh...akhirnya datang juga, ups,hidangan yang keluar duluan. ”Waah...teman-teman jadi spesial banget malam ini, belum apa-apa, baru aja datang sudah disuguhi hidangan. (ternyata dugaan teman-teman nggak meleset nih, ye..maunya..)

Weih...!, tanpa disuruh, dua orang teman cowok bantuin pak Jali menghidangkan hidangan. Wah...menunya bakso (apa ada kaitannya dengan omongan Pak Jali saat malam ta’aruf kemarin. Baksos diplesetin jadi bakso bareng?, ah nggak tau deh).

Benar-benar bingung campur malu nih. Hidangan telah tersedia, tinggal nyantap aja. Jangan terburu-buru, gunakan etika bertamu kita. He he he...tunggu apa lagi?, tunggu aba-aba dari tuan rumah. ”Pak biasanya baca do’a dulu baru ...........hehe”kata ku agak berbisik kepada Pak Sulung di sampingku. ”Biar tidak ragu, tanya langsung saja” kata Pak Sulung lalu ia beranjak menuju dapur dan menanyakan kepada tuan rumah. Tak lama, Pak Sulung keluar dari dapur dan tersenyum dan menyuruh kami makan. Dan aku merasa lebih yakin untuk memulai ketika Pak Jali keluar dan berkata ”Silakan dicicipi, silakan, ayo silakan”. Mmmm......pasti enak nih (tuan rumah seperti tau aja menu favorit teman-teman mahasiswa)

”Ada yang ingin nambah? Godaku kepada teman-teman. Mereka Cuma tersenyum simpul. Ada yang cepat dan ada yang perlahan maemnya. Ada sambil nonton TV, iya, maklumlah hampir seminggu berpisah dengan TV. (he he ketahuan hobbi nonton) Kebetulan TV sedang on dan dipilih chanel yang ada sinetronnya. (Wuuu...siapa tu yang suka sinetron). Setelah bakso masing-masing habis, biar nggak penasaran terus, aku bertanya kepada kepada Pak Jali.”Bapak, sebenarnya kalau boleh tau ini dalam rangka apa ya?. Pak Jali tersenyum dan berkata ”nggak ada apa-apa, anggap saja ini ucapan terima kasih kami, inipun ala kadarnya kami suguhkan. Kami sangat berterima kasih atas kedatangan adek-adek mahasiswa ke desa kami, khususnya di RT 10 ini. Terima kasih pula atas bimbingan kepada anak-anak kami selama di sini. Terutama anak saya, Raudah, ia sangat senang belajar dan bermain sama kakak-kakak mahasiswa. Biasanya ia suka cerita kepada saya, ”Yah, yah, saya senang belajar dengan kakak-kakak, kakak-kakak baik sekali, ngajar ngajinya ndak pernah marah, tapi baru datang kok pergi lagi” Pak Jali menirukan omongan putrinya dengan nada haru. Aku dan teman-teman ikut terharu mendengarnya (tapi nggak sampai nangis, malu tau’) ”Ayo, mungkin ada yang ingin disampaikan untuk mewakili”kataku sambil melihat teman-teman. ”Oh, maaf pak, kami sangat berterima kasih atas sambutannya, hidangannya, kami mohon maaf jika selama seminggu ini kami merepotkan Bapak dan warga di sini. Itu aja yang bisa kami ucapkan”.ungkap Lutfi (ketua kelompok). (saking terkesima dengan sambutan dari salah satu warga RT 10 ini, kita sulit dan bingung mau mengatakan apa lagi dan sebenarnya nggak sekedar ucapan terima kasih dimulut. Tapi diutarakan dari hati terdalam sehingga kita benar-benar merasakan nuansa kebersamaan dan persaudaraan.)

”Jadi, jika ada kesempatan, berkunjunglah lagi ke sini, dan semoga adik-adik mahasiswa sukses belajarnya dan bisa membantu masyarakat” pesan Pak Jali. Beliau sempat ngobrol denganku, bercerita tentang awal beliau datang ke desa Batu Ampar. Awalnya Beliau ditugaskan ke desa ini menjadi guru di Sekolah dasar. Beliau sekeluarga ditempatkan di rumah bekas gedung Dinas Perkebunan. Rumah itu berada di atas bukit. Selama 4 tahun beliau sekeluarga bertahan di rumah tersebut. Setelah itu beliau pindah karena tidak tahan mendiami rumah yang tergolong angker. Beliau sekeluarga sering diganggu oleh makhluk halus. Raudah (putri pertamanya) semasa itu masih kecil sering sakit-sakitan. Akhirnya hingga sekarang, Beliau dan keluarganya mendapat tempat tinggal di lingkungan pondok pesantren Darul Ulum. Keluarga beliau tergolong masih muda. Sebab beliau baru dikaruniai buah hati 2 orang anak.

Tidak terasa, azhan Isya berkumandang. ”Sekali lagi, terima kasih banyak Pak atas undangannya, kami mohon pamit”Kataku sambil bersalaman dengan Pak Jali dan beranjak berdiri. Begitu pula teman-teman cowok. Sedangkan teman-teman cewek bersalaman dengan istri beliau. Kami langsung keluar menuju surau. ”Mari Pak, Assalamu’alaikum” salam kami. ”Wa’alaikum salam”Jawab Pak Jali sambil tersenyum.

Ba’da isya’ sebagaimana pesan SC agar kami bisa hadir di acara ceremonial penutupan pekan tour dakwah malam itu di Masjid. Kami nggak bisa mengosongkan posko. Beberapa teman diharapkan tetap berada di posko. Malam itu (malam ahad), Ummi ingin ikut menghadiri acara penutupan. Padahal ia kan, tadi sore baru mengalami insiden. Meskipun ringan, lebih aman tidak pergi, istirahat aja di posko, teman yang lain bisa nemanin. Ia tetap ingin pergi. ”iya Ummi istirahat aja di posko” bujuk teman-teman. (Aduh... Ummi ngambek ya?) ia duduk membelakangiku, aku jadi nggak enak nih, jadi serba salah. Aku bingung apa yang musti dilakukan. Sementara itu Siti Masdar (Salah satu santriwati) baru datang dan mengajak Ummi untuk pergi ke acara tersebut, jelas ia tidak tau situasi yang sedang terjadi. Aku pikir, kondisi seperti ini sulit untuk melarang ia untuk pergi. ”Ya sudah, kalo mau pergi segera siap-siap” kataku. ”Dibenarkan nggak nih”Ummi memastikan kata-kataku. ”Ya..ya, perginya sama-sama, karna teman-teman yang lain udah pergi duluan. (sekali lagi, kita musti pahami teman, tidak egois dan memberikan kepercayaan kepada teman).”Tapi, Ummi pake jaket ya, udara malam ini cukup dingin.”kataku. ”Cielaaa...perhatian banget” Siti Masdar berujar. ”biasa aja lagi”jawabku dalam hati.

Lalu kami bertiga pun menusul teman-teman untuk hadir ke acara malam itu. Malam itu kesehatanku agak terganggu, ya nggak enak badan. Suara ku jadi fals, plus batuk-batuk dan bersin-bersin. ”Wah sebenarnya yang perlu istirahat itu Abi, tu kan batuk-batuk” Ummi berujar. ”Uhuk-uhuk uhuuuk!...”nggak apa-apa kok”,kataku sambil menahan batuk yang terus-terusan. ”Udara di sini memang dingin seperti ini ya kalo malam hari? Tanyaku sambil memandang Siti Masdar. ”Mmm.....biasa aja, emang aku sih jarang keluar malam, jadi kurang tau dengan cuaca dingin seperti ini”jawab Siti Masdar. ”Iya kalo masyarakat di sini kan sudah terbiasa, jadi nggak ngaruh dengan cuaca dingin. Sedamg Abi dan teman-teman belum begitu terbiasa ditambah lagi daya tahan tubuh yang lemah.

Siti Masdar tiba-tiba nanyain soal status aku dan ummi. ”Ummi dan Abi pernah pacaran nggal?...”Nggak pernah”, kata Ummi. ”Kalo Abi?” ”juga nggak pernah”jawabku. ”Berarti jomlo dong?!” ”Ya iya lah. (He he..ini kesempatanku balik nanya) ”Menrut Situ pacaran itu apa?”, ”Ya gitu deeh....”kalo dalam Islam gimana? ”ta’aruf. ”Apakah ta’aruf sama dengan pacaran?”......”nggak”. ”Musti bisa beda’in ya kedua istilah ini.”Kalo ta’aruf kita dianjurkan untuk saling mengenal satu sama lain apapun suku dan agamanya. Dan pengertian yang kedua, ta’aruf dilakukan untuk mengenal calon pasangan ketika ingin menikah itupun melalui pendampingan orang tua, famili dari kedua belah pihak. Kalau pacaran identik dengan perbuatan yang negatif yakni mendekatkan kita kepada perbuatan mesum. Artinya, berteman boleh-boleh aja yang penting jaga batasan. (memang sulit dimengerti paradigma remaja jaman sekarang, menyamakan persahabatan dengan pacaran. Tapi kadang kasus terjadi lewat persahabatan mereka dapat gebetan. Waspadai itu, bersihkan hatimu dari gelora nafsu asmara).

Kami tiba di Masjid. Setiba di atas, kami memisahkan diri untuk duduk sesuai tempatnya. Ummi dan Siti Masdar duduk dibagian akhwat (cewek) sedang aku di bagian ikhwan (cowok). Tau sendiri menempatkan diri di mana yang seharusnya. (Iya lah...emangnya, harus ikutan duduk bersama girls. Malu +grogikan. Itu namanya nggak tau diri). Smoga aja duduk atau ngumpul beginian (cowok & cewek pisah) nggak Cuma di Masjid Batu Ampar. Kalo mau, di kampus, di kantin, perpus, or di mana dan kapanpun bisa dilakukan. (kitanya aja yang nggak PD + gengsi, padahal udah tau ilmu dan hukum berhijab). Ya sudah saatnya dan seharusnya begitu. Ini jelas nggak sekedar tuntunan syariat lho. Lumrah dilakukan oleh masyarakat yang masih setia menjaga salah satu ciri khas budaya ketimuran kita.(katanya cinta mati sama budaya bangsa sendiri, mana buktikan dong!”)

Setelah tilawah dan sari tilawah dibacakan oleh Syahrul dan Zakiah. Selanjutnya beberapa kata sambutan diantaranya oleh Bang Angga, ketua panitia tour dakwah; Bang Ekel, presiden mahasiswa; perwakilan kepala Desa dan Abah Heinawi selaku perwakilan pemuka masyarakat.

Di antara yang disampaikan oleh Abah adalah kekhawatiran terhadap menyebarnya pemikiran dan paham liberal[45]. Beliau menyinggung hal ini, sebab di beberapa perguruan tinggi agama Islam (PTAI) di tanah air telah terjangkiti virus mematikan agama ini. ”Saya berharap mahasiswa/i STAIN Pontianak terbebas dari pemikiran yang menyesatkan tersebut. ”harap Beliau.

Seperti pernah Beliau sampaikan kepadaku dan temanku Teo saat kami berkunjung ke rumah Beliau, bahwa di antara calon ustadz & ustadzah ini ada satu orang saja yang menjadi ulama. ’Amiiiin” sahut para peserta hampir serempak. Beliau menyudahi kata sambutannya dengan mengucapkan salam.

MC maju ke depan, ”Acara selanjutnya ramah-tamah, peserta dapat bersalam-salaman dengan panitia dan masyarakat”. Kami para menor dan panitia lainnya berdiri berjejer. Begitu pula dengan pemuka agama, pemuka masyarakat. Sedang para peserta yang menghampiri kami dan menyalami kami (persis seperti acara halal bi halal). ”Pada giliran peserta yang cewek dan masyarakat yang ku anggap bukan muhrim, salamannya beda dikit. Tanpa sentuhan tangan. Ini dilakukan sebab mereka lebih mudah memahami tuntunan syariat yang satu ini. Meski tidak semua orang paham dan bersedia melakukannya. Yang belum terbiasa bersalaman seperti itu, agak-agak gimana gitu. (bersalaman ada yang menganggapnya suatu budaya, bukan ajaran agama). Kadang orang keliru memahami, bersalaman tanpa sentuhan tangan dianggap sombong, sok suci, cari perhatian, nggak gaul dan sebagainya. Bagi yang udah paham sih, ngerti banget. Sebab ini pernah dicontohkan oleh Rasulullah saw. Seumur hidup Belau tidak pernah menyentuh tangan wanita yang tidak halal baginya. Ini dimaksudkan betapa beliau menghargai dan menghormati kesucian dan kehormatan kaum wanita.

Meski cara ini tergolong dalam adab pergaulan. Kalau sesama cowok, wuh bebas (dalam artian yang wajar) bersalaman. Meminjam istilah dari Ary Ginanjar (ESQ 165 leadership training), malah kita bisa melakukan ”salam semut”. Berpelukan dengan merangkul bahu teman dan bersentuhan pipi kanan dan pipi kiri. Katanya sih salam persahabatan or salam ukhuwah. (sekali lagi, yang belum terbiasa, canggung banget). Bahkan ada yang menolak, sebab macam-macam mikirnya (suka sesama jenislah, inilah itulah, wiiih....segitunya). Salam semut kan sebentar aja, nggak sampai mesra-mesraan gitu (sorry, agak blak-blakan nih. Pikirku semua udah dewasa). Selain itu meski baru kenal, biar tambah akrab aja. Sebab setelah perpisahan tersebut belum tentu berjumpa lagi. Cara seperti ini juga pernah dilakukan Rasulullah saw. Dan para sahabatnya sekembali dari perang atau lama tidak berjumpa. (sebenarnya sih, nggak maksain seperti itu, asal dirasakan wajar dan bermakna, bisa kita lakukan.)

Setelah dianggap semua telah bersalam-salaman. Acara ditutup dengan melafadzkan hamdalah, ”Alhamdulillahirabbil’alami.” Kami pun membubarkan diri masing-masing menuju kediamannya. (ada yang nyeletuk, ”Asyik ya acara penutupannya pas malam mingguan...., aha...ketahuan tu belangnya.)

Sesampainya di posko, eman-teman pada cape’+ngantuk semua. Jadi evaluasinya ditunda besok ba’da subuh. Selamat malam....Zzz.........

Suara kokokan ayam sayup-sayup terdengar. Begitu pula kicauan burung-burung memecah kesunyian pagi. Hmmmm......haa.....segarnya udara pagi. Ba’da shalat subuh, kami sepakat mengadakan evaluasi terakhir kali di desa ini. Awalnya sih seperti biasa dibuka dengan basmalah. E-eh! tunggu dulu, ada yang beda, Abi dan Ummi sepertinya telah men-setting evaluasi kali ini. Teman-teman diminta menuliskan tentang kepribadian masing-masing di kertas yang telah dibagikan. Pada sisi kanan tulislah sisi kebaikan pribadi dan di sebelah kiri tulislah sisi keburukan pribadi. (ha...musti jujur ya?!)

Tidak semudah yang kita duga, umumnya kita cepat menilai orang lain, pada giliran menilai dan mengukur diri sendiri. Perlu waktu yang tidak sedikit. Sebagian teman ada yang sudah menulis, tapi ada juga beberapa dari mereka yang masih bingung, sanksi dengan intruksi kakak mentornya. ”Abi, ini untuk apa?!....jadi penasaran? Sudah, tulis aja dulu. Nanti kalian akan tau sendiri. ”Abi dan Ummi nggak bermaksud ngerjain kalian. Percayalah, ayo ditulis sekarang!” baik Abi”. Kalau sudah selesai, kumpulkan kepada Ummi. Ada satu lagi permintaan untuk kalian. Sekarang menilai temannya. Sebentar , kita bagikan dulu kertasnya. Sama seperti tadi, buat diameternya, untuk sisi kanan = kebaikan teman, sisi kiri= keburukan teman. Yang menilai nggak perlu mencantumkan nama. Jadi impas kan. ”Ummi, nanti di bacakan satu/satu nggak?” ”Ya kalau bersedia, kalau nggak juga nggak apa-apa. Apalagi waktu kita nggak cukup untuk itu. ”Eh gelap deh! (tiba-tiba listrik padam), ”Ya...gimana nih?...” ”tenang aja kan ada lilin. Sengaja dibeli untuk persiapan. Teman-teman pun bantu ngidupin lilin. ”Waaah suasananya kok jadi romantis gini ya?...(he he...pintar aja manfaatin situasi) Iya, lihat tu, teman-teman menulis diterangi deretan lilin-lilin. Romantis ya?, maksudnya ”romantis” dalam artian positif lho. Biar suasananya nggak tegang gitu.(Iya, evaluasinya terlalu pagi, jadi masih gelap. Wah suasana gini bagusnya diabadikan aja. Spontan teman-teman obsesi photografer menjepretnya dari berbagai pojok.) Mau tambah romantis, salah satu teman menyetel lagu MP3 di HP-nya. Kertasnya mutar ya, jika sudah kembali ke masing-masing jadi dianggap selesai. Tidak terasa, langit mulai membiru. Kami melihat teman-teman dari kelompok lain melewati posko V, awal banget mereka sudah beranjak dari posko menuju dermaga. Ihik hik...sedang kami mandi aja belum. Kami fokusnya melihat teman-teman kelompok lain berlalu lalang. Padahal berdasarkan informasi SC transportasi, kita musti stand by sebelum pukul 09.00 WIB. ini baru pukul 06.10 WIB. jadi, masih ada waktu, jangan terburu-buru. Biarin aja mereka pergi lebih awal.

Lanjut ya....!, jadi kertas yang kalian pegang masing-masing adalah untuk introspeksi pribadi kaling. Tanpa teman-teman, kita nggak bakalan sukses. Penilaian dari teman-teman apa pun itu, itu bukti adanya perhatian dan kepedulian kepada diri kita. Belajarlah menerima koreksian orang lain dengan lapang dada dan ikhlas. Jauhkan sikap kesal, marah, judes, egois, cuek, dan sebagainya ketika membaca koreksian teman terhadap diri. Malah, kamu musti berterima kasih kepada teman-temanmu. Sebab, temanmu masih mempercayai bahwa di dalam dirimu masih ada kebaikan. Yakni potensi untuk memperbaiki diri, Oke!...itu aja deh evaluasinya. Eh hampir lupa, Abi dan ummi selaku mentor kalian tentu nggak luput dari kesalahan. Maafin ya, selama ini udah memerintah ini dan itu, nyakitin hati kalian, kurang perhatian, egois juga, intinya banyak deh kekurangan & keterbatasannya. Sebab kami sama seperti kalian, masih dalam proses belajar. Sekali lagi, mohon maaf dari lubuk hati yang terdalam (ciela...di mana tu lubuknya?). Yuk kita tutup aja , selesai itu baru bersalam-salaman.

Setelah ditutup dengan melafadzkan hamdalah, kami bersalam-salaman. He he....ingat salam semut Cuma berlaku bagi sesama jenis lho (cowok sama cowok dan cewek sama cewek gitu) idiih...., akrab banget deh jadinya. Berpelukan, cupika cupiki + nangis lagi, adu jadi terharu nih. Sedih ya, baru kali ini merasakan akrabnya persahabatan. Udah dong nangisnya !..........(teman-teman nggak sedang akting kan?!) iya, benaran tu, tu kan meneteskan air mata. Itu namanya tangis bahagia (nggak semua rasa bahagia itu diekspresikan senyum atau tertawa)

Setelah teman-teman mandi dan mengemasi barang-barang baik punya pribadi maupun kelompok, kami siap-siap beranjak meninggalkan posko. Suasana terlihat kompak. Peserta kelompok V bahu-membahu mengemas dan mengangkut barang-barang. Panitia SC sudah menyusul dan memberitahu kami agar lebih segera menuju dermaga. Padahal baru pukul 07.00 WIB. Gerobak dorong sudah disiapin tuh, dua buah lagi. Jadi tidak repot-repot bawa barang. Sudah tentu teman yang cowok aja yang mendorong gerobak. Barang pribadi selebihnya bawa masing-masing aja. Wuhhh..........keringatan juga ya. Lumayan pagi-pagi sudah dorong sana-dorong sini. Anggap aja olahraga pagi. Sambil jalan kami berpamitan dengan warga setempat yang kami lewati. ”Mari pak, bu............”sambil tersenyum. Mereka pun membalas dengan senyuman. Mendengar kabar bahwa kapal motor belum tiba, jadi kami disarankan jangan dulu ke dermaga. Kusarankan teman-teman berhenti dan singgah di depan wartel punya tuan rumah posko V. Sebab matahari sudah cukup terik. Iya, berteduh aja dulu. Di dermaga sana cukup panas lho. ”Barangnya boleh duluan ke sana?” tanyaku kepada salah satu panitia. ”Ya ya...., barang-barang boleh langsung ke sana”. Jawab panitia.

”Kalian dan Ummi tunggu di sini ya, biar Abi memantau teman-teman dan barangnya kita”. Kata ku kepada teman-teman cewek kelompok V, lalu akupun bergegas ke dermaga.

”Di dermaga, terlihat olehku teman-teman dari kelompok lain juga udah ada dan menunggu. Barang-barang dari kelopok V dikeluarkan dari gerobak dorong dan ditumpukan masing-masing kelompok biar barangnya ndak tertukar lagi.

”Jam berapa sekarang?,” tanyaku kepada salah satu teman. Ia mengeluarkan HP nya dan menunjukkannya kepadaku, pukul 08.45 WIB.

Kami masih menunggu kira-kira sampai pukul 09.00 WIB. kapal belum juga muncul. Ummi dan teman-teman ternyata menyusul kami ke dermaga. Sedang seorang panitia pemandu dengan megaphone-nya berseliweran memandu dan mengarahkan kami, ”tolong para peserta bisa mencari tempat yang teduh, sebab sebentar lagi suhu udara mulai panas. Cukup beberapa orang saja yang menjaga barang-barangnya.” Panitia yang satu ini musti gesit dan supersibuk. Di mana ada peserta, disitu ia berkoar. Iya itu sudah menjadi tugasnya. Dan ini sangat erat kaitannya sebagai analogi seorang Da’i/ juru dakwah. Kesana –kemari ia melangkah menyerukan informasi yang bersifat persuasif dan sangat berguna bagi kita yang mendengarkannya. Makasih ya abang pemandu atas seruan kebajikannya. ”Info terbaru, kapal diperkirakan baru tiba pukul 11.00 WIB. harap maklum sekali lagi para mentor dapat mengarahkan peserta ke tempat yang teduh atau beristirahat ke Masjid, terima kasih”. Maklumat singkat dari pemandu. Mendengar info tersebut ada yang enjoy, mengeluh, dan malah nyerbu kantin-kantin terdekat atau warung-warung yang menjual makanan. (he he.....maklum tadi pagi nggak sempat sarapan).

Abi dan Ummi serta beberapa teman kelompok V memilih warung terdekat dengan dermaga. Jadi kalau kapalnya datang tidak terlalu terburu-buru. ”Mau makan apa nih?” ”Abi bayarin kita-kita ya? ”, Siapa bilang, Abi Cuma nanya aja kok!” Boleh Abi bayarin, tapi.....uangnya dari kalian masing-masing dan nitip aja ke Abi gitu. (He he he..........Ha ha ha......Hi hi hi..., Wih..senangnya.....ekspresi tertawanya macam-macam dan lucu banget) ”Udah ah bergurau terus, serius dong!, Yuk duduk-duduk di sana aja!” Sambil menunjuk warung yang menyediakan tempat duduk lengkap dengan mejanya dan beratapkan daun nipah (adeeem banget)

”Wah ini nih tempat yang romantis” kataku. ”Ye...Abi mulai lagi deh” respon teman-teman. ”Iya benar kan, duduk ngumpul bareng di tepian dermaga sambil memandangi laut dan merasakan sejuknya tiupan sepoy angin laut. ”Terserah apa kata Abi deh!” We..y teman-teman ngambek. ”Oke-oke...yang lain silakan mau makan apa. ”Ini Ubi, eh kok Ubi sih, Aaabiii ha ha ha..(ye... tertawa lagi deh, terbahak-bahak lagi), abis lucu sih. Abi kok dibilang ubi sih Ha ha ha.....”Iya, benar kok, maksudnya Ubi itu singkatan dari Ummi dan Abi gitu” Aku meredakan mereka. Ayo dimakan dong kuenya!”sambil mengunyah kue di meja. Awalnya sih malu-malu, sekali mau, abis juga tu kuenya.

Sengaja kita buat suasana gembira guna melepas ketegangan teman-teman selama seminggu kegiatan. Yang jelas, tidak bercanda habis-habisan. Boleh bercanda asalkan ada manfaat dan tujuannya. Misalnya ngasih nasehat lewat bercanda, atau menghibur teman dan lain-lain. Dan bercandanya lihat situasi dan kondisi, jangan over acting. Mungkin saja, saat bercanda, teman kita yang lain lagi sedih, punya masalah. Sehingga ia bukan tambah bahagia melihat kita tertawa. Ia malah sedih, seolah-olah saat itu hanya dirinya yang punya masalah. Ada teman kita, saat punya masalah ia menyembunyikannya seakan tidak punya masalah. Ia bisa tertawa bareng kita-kita. Bahkan terkadang bersedia membantu mencari solusi terhadap masalah temannya. Kadang ada pula yang malah lari dari masalah. Ia tidak siap menghadapi masalahnya. Ia berusaha menghindar saat masalahnya diungkit atau ditanyakan oleh temannya. Ia takut dan tidak PD jika masalahnya tidak bisa diselesaikan. Ia tidak mau orang lain ikut susah karena dirinya. Ia lebih memilih tertutup dari orang lain, sebab baginya inilah jalan teraman. Selain itu, ada teman kita saat punya masalah ia berusaha segera menyelidiki akar permasalahannya dan mencari solusinya. Jika ia merasa mampu dapat menyelesaikan sendiri, ia lakukan sendiri. Namun, jika tidak, ia bersikap terbuka untuk meminta bantuan kepada orang lain, terutama orang tuanya, saudaranya, teman dekatnya, atau kepada siapa saja yang bisa memahami dan bersedia membantunya. Tipe manakah diri kita saat beradapan dengan masalah ?.....kusarankan tipe terakhir ini dapat dipertimbangkan.

Back to Story.........

Hhhmmhh.....,inilah kegiatan yang paling membosankan. Menunggu dan menunggu. Lama banget ya kapalnya?! ”Hoaaaah!.......mata jadi ngantuk nih.........”Sabar aja” Teman-teman tidak kuat menahan kantuk. Beberapa dari mereka berbaring di bangku warung dan ada pula yang menyandarkan dahi atau dagunya ke meja. Tak disangka, ibu pemilik warung menawarkan rumahnya sebagai tempat kami beristirahat sementara waktu. ”Mau tidur ya dek?, di rumah ibu saja, tu di dalam udah disediakan bantal” kata ibu empunya warung. (Alhamdulillah, baik banget warga di sini).

Iya, malu kan tidur-tiduran di luar, udah yang cewek aja tidur di dalam sana. Abi mau cari info selanjutnya ke panitia. Aku bergegas ke Masjid dan mencari panitia. Cuma salah seorang mentor dari kelompok lain yang kujumpai. Aku menanyakan soal kapan keberangkatan kita. Infonya sama, pukul 11.00 WIB Insya Allah akan berangkat. Ku lihat beberapa kelompok + mentornya ’tergeletak’ di dalam masjid. Sepertinya mereka cape’ banget, tidak berbeda apa yang dialami teman-teman kelompok V.

Aku kembali menuju warung, cuma beberapa teman yang tidak masih berada di luar, mereka menahan kantuknya. Meski mereka tidak tidur, sepertinya mereka juga ingin istirahat. Kurang tepat jika kita memaksa mereka ngobrol. Lalu aku pergi mendapati sebagian teman-teman yang sedang duduk santai diteras gedung tua bekas tempat pelayanan karcis pelabuhan. Di sana Ustadz Arifin juga gabung sama teman-teman. Ia ikut ngobrol dan ngemil bareng. (Weih.....ustadz kita tampil beda lho, lebih gaul). Beberapa santrinya juga ikut meramaikan. Tempat tersebut dipilih eman-teman sebab agak teduh dan pas banget untuk ngobrol-ngobrol gitu. Tempatnya juga terkena tiupan angit laut. Apa yang musti dilakukan ya?, bosan kalo gini-gini aja. Abi coba bikin lelucon dengan memanfaatkan sikon. Ustadz kan ada ngasih snack sama air 2 buah botol isi . Satu botol berisi air mineral yang dibeli di warung dan satunya lagi berisi air mentah dari mata air. Jadi teman-teman takut +ragu meminum air mentah tersebut. Ya sudah bawa sini, biar Abi doa in dulu. Insya Allah molekulnya..........[46] ”berubah jadi kristal”sambung Teo. ’Dan sehat diminum”kataku. Akupun komat-kamit membaca do’a tertentu dimulut botol tersebut. Eh teman-teman malah ngakak. Padahal kan serius nih, seperti nggak percaya aja dengan hasil penelitian tetang keajaiban air yang beberapa hari lalu dibahas.

Suasana menjadi cair dan akrab. ”Nih, sudah dijamin deh nggak apa-apa meminumnya.” kata Abi sambil memberikan air botol tersebut kepada teman-teman.

Sambil kami ngemil bareng, ustadz Arifin memberikan sesuatu kepada Abi. Abi periksa isi bungkusannya sebuah amplov coklat muda ukuran besar. ”Isinya kumpulan surat dari para santri untuk kakak –kakak dan abang-abang mahasiswa, tapi syaratnya dibaca saat di dalam kapal, jangan di sini.”kata ustadz. ”Apa maksudnya ya?, Oh, mungkin aja biar menambah suasana di dalam kapal, menghibur teman-teman yang lagi suntuk di kapal”pikirku. Aku pun menerima bungkusan tersebut dengan senang hati. Kami juga memberikan sesuatu kepada ustadz untuk pondok pesantren. Nggak seberapa sih, Cuma segulungan kertas manila yang bertuliskan kaligrafi hasil karya salah satu teman kita, Rudi.

Eh, muncul lagi ide buat leluconnya, kali ini Teo ingin jadi seperti Abi sedang Aku musti jadi Teo. Berganti peran. Bisa nggak ya?, coba aja lagi. Aku dan Teo tukaran jaket lengkap dengan asesoris seperti topi, tas, bahkan sepatu. Udah itu, mulai deh acting dan gayanya. Gimana sih biar tampak gaul, kucoba meniru gaya Teo. Sedikit nora’ sih. Sedang Teo meniru gayaku. Menyaksikan geliat kami berdua, teman-teman tertawa, dan suasana menjadi senang. ”Idih Abi bisa gaul juga ya?!, nggak nyangka’ deh. Sebenarnya nggak enak aja sih, khawatir dibilang sok narsis, cari perhatian dsb. Cuma daripada teman-teman bosan dengan menunggu lebih baik sedikit hiburanlah. Sebab, kalau menunggu dengan tegang, serius gitu....percuma aja. Anggap aja, lelucon tersebut salah satu pendekatan kita biar tambah akrab dan bersahabat. (eit…jangan salah ya, bukan PDKT yang itu tuh). Udah situ lancar deh ngobrol-ngobrolnya. (siapa aja bisa lho, asal PD aja). Ada tuh, yang nggak PD, saat buat lelucon / hal-hal aneh dan lucu menurut dirinya, ternyata nggak direspon oleh teman yang lain. Malah dicuekin. Cuma gara-gara gini, ia Zinder bahkan ngambek, nggak mau lagi bikini lelucon. Maunya ingin serius terus.

Masing-masing orang punya karakter yang berbada-beda. Kita musti tau bagaimana cara bersikap, musti kita ladeni. Tipe senangnya berdiskusi, kita harus respon dengannya, dan tipe-tipe lainnya. Itu baru namanya teman yang pengertian. Jadi nggak ada tuh istilah egois, judes, cuek, kuper dsb. (hik-hik-hik....!,materinya kok mutar-mutar ya?!) Kalimat kuncinya, ’pahami temanmu, maka temanmu akan memahamimu’. Sebab kita umumnya ingin dimengerti tapi sulit mau mengerti orang lain.

”Jam segini, monyong kapal belum juga kelihatan. Sebenarnya jam berapa kita berangkat”. Muncul lagi deh nggak sabarnya. Sebentar lagi waktu Dzuhur tiba, bagusnya kita siap-siap berwudhu.

Wah, air keran di masjid nggak jalan, ya udah, kita numpang shalat di rumah warga saja. Kami minta izin dengan ibu pemilik warung di tepi pelabuhan. Ambil wudhunya di mana ya bu?, itu di samping ada sumur. Alhamdulillah, sebagian teman sudah shalat. Kami kebanyakan menjama’ dan mengqashar shalat bertepatan dengan waktu shalat zuhur dan ashar. Kebetulah kapal klotok baru tiba bertepatan dengan waktu shalat zuhur (pukul 12.00 WIB.) Aku memanggil teman-teman lain dan mengajaknya shalat.

Teman-teman yang sudah selesai shalat langsung menuju kapal yang mangkal di tepi dermaga. Aku musti memastikan para peserta kelompok V tidak ada lagi yang tertinggal. “Masih ada nggak temannya di belakang?” tanyaku kepada salah satu peserta. “tinggak ada Bi”. Katanya. Lalu kami pun menyusul teman-teman yang sudah berkumpul di dermaga. Satu persatu, masing-masing kelompok di panggil panitia pemandu untuk menaiki kapal secara tertib. Alhamdulillah, teman-teman kelompok V bisa kebagian teman. Semua barang-barang perbekalan dinaikan ke atas kapal. (wah, jumlah barangnya kok membludak ya, padahal saat datang, nggak sebanyak ini deh. Iya, ada sebagian teman yang bawa oleh-oleh dari Batu Ampar biasanya sih makanan)

Di saat begitu, mentor musti fokus pada pesertanya masing-masing.”Tolong Lutfi, temannya diabsen lagi!”intruksiku.”Oh, ya ya”. Jawabnya. Lalu ia pun segera memanggil nama teman-teman satu/satu. Sementara teman-teman lain memperlihatkan wajah-wajah gembira (nggak jelas apakah gembira karena telah selesai melaksanakan tugas tour dakwah, gembira ketemu teman-teman dari kelompok lain, atau gembira ingin segera pulang), di sisi lain kulihat wajah-wajah sedih dan pilu teman-teman dari masyarakat Batu Ampar. Suasana haru tersebut dapat dirasakan oleh mereka. Betapa tidak, meski baru seminggu berkenalan, kami harus beranjak pergi meninggalkan mereka teman baik kami yang menemani kami jalan-jalan keliling bukit, teman curhat, berbagi ilmu dll. Kita musti memahami. Rasa sedih mereka itu wajar. Mereka merasa kehilangan teman baik. Entah kapan bisa berjumpa lagi.

Sungguh Batu Ampar meninggal kenangan terindah di dalam sanubariku. Keramahtamahan penduduknya, keelokan alamnya, membuat hati ini berat berpisah. Kenangan tidak lah sekedar kenangan. Tapi kenangan yang bisa menuntun kita kepada bekal kita menghadapi kehidupan.

Kapal klontok berbunyi, tanda kami akan beranjak dari dermaga. Kami melambaikan tangan begitu pula. Warga membalas lambaian kami. Selamat tinggal Batu Ampar. Kami tidak akan melupakan segala fenomenanya, pesona alamnya.

Kapal mulai menjauhi Desa Batu Ampar. Beberapa menit kemudian, teman-teman dari kelompok V segera membuka perbekalan makan siang. Meski belum jam makan siang (hik-hik udah lapar banget nih). Aku sih merasa nggak enak aja sama teman-teman kelompok lain di sekitar kami yang sedang makan (Ya iyalah, mau ngajak di bilang basa basi, truz makanannya pas-pasan lagi pas buat kelompok V).

Malah tambah nggak enak dan maluuuu............ banget (mau di mana taruh muka), salah satu teman kami nggak hati-hati saat menuangkan nasi dari bungkusan plastik ke tempat. Yaah, nasinya malah tumpah, udah gitu kena penumpang lain lagi. Jelas, kulihat di sampingku ada anak-anak usia sekitar 6 tahun Cuma nelan air liur melihat kami makan. Benar-benar saat situasi itu, Cuma rasa iba yang ada belum tergerak untuk berbuat misalnya menawarkan makanan. Adik tersebut dirangkul ibunya untuk tetap bersabar menunggu kapal singgah di pasar, barulah membeli sesuatu yang bisa di makan. Sementara waktu orang-orang di sekitar kami menahan dirinya untuk makan. Sebab memang tidak ada yang mau dimakan. Hanya beberapa dari penumpang kapal yang berbekal makanan, itupun cemilan berupa snack dan kue.

Suasana di dalam kapal, benar-benar seperti para pengungsi sedang beristirahat di barak-barak penampungan . Ada yang bersandar, berdiri, berbaring, tidur, makan, dan santai aja. Pokoknya macam-macam deh, kebanyakan sih mereka berdiri diri, malas mau berbuat apa.

Sekali lagi, hanya perasaan nggak enak, saat kami ditontong sedang makan. Apalagi lauk sikokok, wih belum digigit aja, kaya’ udah terasa dilidah dan diperut (ye.....bikin kita-kita kepingin aja).

He he.....kenyang juga perut ini. Aaaarrgh......Alhamdulillah” ada yang bersendawa. Setelah makan, aku teringat pesan dari ustadz Arifin, beliau ada titip surat ke kita katanya sudah di dalam kapal barulah dibuka suratnya. Ummi membuka amplov besar itu ternyata selain surat, beliau menyelipkan uang pecahan uang ribuan sebesar Rp 35.000,-. Abi.......kita dikasih duit nih” kata Ummi sambil menyerahkan amplov berisikan uang kepadaku. (Ssssst jangan keras-keras, malukan) ”Sini biar Abi hitung, Subhanallah, niat mereka sungguh mulia. Mereka merasa berhutang budi kepada kita, meski dengan beberapa ribu rupiah, kita musti memahami maksud mereka. Kita jauhkan niat kita untuk beramal dengan mengharap pamrih. Sekarang kami baru paham maksud ustadz mensyaratkan kami untuk tidak membuka surat tersebut sebelum kami berada di dalam kapal. Saat, ustadz memberikan syarat tersebut di tepian dermaga, terlintas dibenakku, mungkin kalau saat di kapal baru membaca suratnya lebih menyenangkan dan memberi kesan tersendiri. Ngagak taunya, uang ada ditangan kita. (Tapi, apapun triknya kita khusnuzhan aja). Berdasarkan surat yang ditulis ustadz bahwa pecahan uang seribu rupiah ini menandakan simbol kekhasan ucapan terima kasih dari para santri. Mereka suka rela menyisihkan uang untuk kami. Ustadz menambahkan, cuma ini yang bisa kami berikan. Kami berharap kakak-kakak dan abang-abang menerimanya. Sungguh, aku sangat terharu membaca surat beliau ditambah lagi surat-surat tulisan tangan sendiri daro para santri. Meski beberapa dari tulisan adik-adik tersebut tidak begitu jelas terbaca. Di antara tulisan mereka ada yang tumpang tindih, kurang huruf, kata dan kalimatnya terbalik dan sebagainya. (Kita dulu juga nggak kalah lucunya saat pertama kali belajar menulis, iya kan?) Tapi kita salut dan merasakan betapa tekun dan semangatnya mereka belajar. Kami secara bergantian membaca surat-surat tersebut. Meski Cuma secarik surat, bagi kami sangat berarti. Pesan dan kesan yang ditulis seolah-olah mereka berbicara langsung dengan kami yang di kapal (we....segitunya, iya kan ini masalah perasaan).

Suasana saat itu cukup seru, sebagian teman-teman yang membaca isi surat ada yang kegirangan, tersenyum sendiri, dan pokoknya lucu deh. Masing-masing dengan ekspresinya. Sembari kapal motor kami melaju meninggalkan Batu Ampar.

Di perjalanan, gelombang laut bergejolak dan hujan turun lebat. Teman-teman yang bertengger di samping kapal dan yang ada di atas beranjak masuk ke dalam kapal. Subhanallah, lahawla wa la quwwata illa billah, Allohuakbar, sungguh gelombang laut cukup menakutkan. Kapal kami bergoyang-goyang dibuatnya. Hanya dzikir dan do’a kepada Allah swt. untuk memohon keselamatan sampai tujuan. Sebagian jendela kapal di tutup agar percikan air dari hantaman gelombang air laut dan terpaan hujan dapat terhalang dan tidak membasahi kami yang di dalam kapal.

Di tengah sikon seperti ini kita jangan terlalu panik. Kulihat di sekitar ku wajah-wajah pasrah, penuh harap dan takut dan sebagian lagi tanpak enjoy, bahkan biasa saja. Ada pula yang sempat bercanda seakan acuh dengan suasana gelombang yang kian bergejolak sebagai fenomena alam tersebut. Yang sebagian meresahkan dan membuat hati kami menjadi cemas.

Eeh...malah ada enak-enaknya tidur tanpa menghiraukan dan memikirkan kemungkinan bahaya yang sedang mengancam. Seakan yakin dengan keprofesionalan nahkoda kapal. Memang sih, cemas dan takut yang berlebihan itu kurang baik. Membuat kita lelah sebab hal itu menguras energi karena memikirkan sesuatu hal yang buruk dan belum tentu terjadi. Namun, beda dengan kewaspadaan yang sigap selalu dalam situasi dan kondisi apa pun. Artinya memiliki kesiapan dalam menghadapi segala kemungkinan atau prediksi, jadi kemungkinan atau gelaja-gelaja itu benar terjadi, kita tidak lagi cemas, dan kalut memikirkan apa yang harus dilakukan dalam kondisi darurat. Sebab sebelumnya telah disiapkan, baik diri, ide bertindak maupun prediksi kemungkinan yang bakal terjadi. Bukan malah santai saat peluang terjadinya sesuatu yang merugikan kita.

Tentunya hal tersebut memerlukan perhitungan yang matang. Sekali lagi sikap sigap atau siaga tersebut perlu dilatih secara aplikatif, jika kita ingin tetap bertahan hidup dengan ikhtiar dan kemampuan yang dimiliki. Apa gunanya kita dibekali potensi akal untuk berpikir, hati untuk merasa, dan potensi panca indra serta organ gerak kita selain dari kebutuhan kita selama di dunia ini.

Bicara masalah khtiar, semua kita mengetahui. Dan ini erat kaitannya dengan tawakal. Jelas, secara teoritis kita hapal banget, tapi masih canggung dalam pengaplikasiannya. Intinya tawakal tidak boleh lepas dari ikhtiar. Hidup adalah ikhtiar kita dalam berjuang menggapai kebahagiaan. Akan lebih terasa dan membekas di sanubari jika ikhtiar tersebut dilakukan dengan kesungguhan dan keikhlasan hati.

Atau apapun yang kita lakukan perlu dilandasi dengan kesadaran pribadi bahwa itu baik dan semestinya dilakukan. Kaesadaran secara pribadi akan muncul jika kita mau belajar dan terus belajar memaknai kehidupan ini. Ups, kok jadi filosofis begini ya?... maaf deh. Aku Cuma ingin berbagi aja apa yang kurasa dan kurenungkan. Meski itu hanya segelintirnya saja. Jelas, ini pemikiran dan pendapatku, tentu tidak luput dari kekeliruan selaku manusia. Jadi, usaha ingin cerdas, setiap statmant (pernyataan, opini dari sumber informasi apakah itu buku bacaan, tulisan, perkataan orang lain, dsb.) jangan ditelan mentah-mentah.

Aku yakin, tidak semua teman-teman mengerti dan memahami setiap kata dan kalimatku ini. Bukan bermaksud membuat semuanya bingung, di sinilah letak keterbatasanku. Belum bisa menyampaikan ide, gagasan secara baik sehingga sulit di mengerti pesannya. Padahal kita tahu, di dalam ilmu komunikasi, keefektifan komunikasi tergantung jelas tidaknya pesan (masage) yang disampaikan oleh komunikator.

To be Continue.......



[1] LDK Matimsya singkatan dari Lembaga Dakwah Kampus Majelis Tadabbur Islam Masjid Syarif Hidayatullah, yakni salah satu lembaga dakwah kampus yang menjadi UKM di STAIN Pontianak. LDK merupakan salah satu anggota Keluarga Besar Mahasiswa (KBM) STAIN Pontianak

[2] Disingkat menjadi HMJ Tarbiyah yang juga termasuk dalam anggota KBM STAIN Pontianak.

[3] Penasaran dengan ayat ini?, buka aja deh AlQuran terjemahannya! (di sini tersedia LINK ALQURAN DIGITAL lho)

[4] Seseorang boleh merangkap shalat zhubur dengan ashar, baik secara takdim maupun ta’khir. Mengenai meng-qashar shalat buka QS. 4: 101 dan silakan telaah lagi hadits yang diriwayatkan oleh Abu Sa’id al-Khudri yang berkata, “Apabila Rasulullah saw. Bepergian sejauh satu farsakh, beliau mengqashar shalat”(HR. Sai’id bin Manshur dan disebutkan al-Hafizh dalam kitab at-Talkhis.Ia juga tidak berkomentar mengenai hadits ini sebagai tanda pengakuan akan kesahihannya). Lebih jelasnya, baca deh kitab Fiqih Sunnah karya Sayyid Sabiq, penerbit Pena Pundi Aksara: Jakarta Pusat,2004,h. 427-442)

[5] English vocabulary. Akar kata dari brief : singkat ; briefing : memberi informasi penting.(Saodah Nasution, Kamus Umum Lengkap: Inggris-Indonesia & Indonesia-Inggris, Jakarta: Mutiara Sumber Widya, 1990,h. 28) Dalam organisasi istilah ini dipakai untuk menamai suatu pertemuan yang di dalamnya menginformasikan perihal penting guna menentukan proyeksi (langkah yang dilakukan selanjutnya).

[6] Sekedar informasi, kalau dari cara pembuatan mie, selain dicampurkan bahan pengawet juga ditambahkan bahan lilin untuk melapisi gulungan mie biar tidak lengket satu sama lain. Tiap kali kita makan mie instant, secara otomatis kita makan bahan kimia dan bahan lilis pelapis ini, bahan-bahan ini sangat susah dicerna oleh tubuh dan bisa menjadi racun dalam tubuh. Lebih jelasnya layari aja alamat : http://www.pandawa5.net/index.php/2007/05/13/mie-instant-dan-bahayanya.

[7] Bahase Melayu. Translit Indonesia-nya : menahan diri untuk tidak melakukan sesuatu (dalam hal ini memakan makanan tertentu) demi kemaslahatan diri. (jangan terlalu bergantung pada satu jenis makanan saja, makanan lain kan banyak)

[8] Makan mie instant atau disebut juga indomie sudah menjadi kebiasaan orang Indonesia dan banyak orang di berbagai belahan dunia lainnya. Hampir semua orang tahu bagaimana cara mengolah atau memasak produk mi instant dari orang bule sampai orang arab suka mie instant. Mau lebih jelas?!...,buka http://cuek.wordpress.com/2007/04/07/tips-dan-trik-variasi-resep-masakmemasak-mie-instant-indomie-supermie-sarimi-dsb-agar-mi-instan-lebih-enak-dan-sehat-dimakan/

[9] English Vocabulary. Asal kata: roll: berguling, berputar, bergulir. Untuk kosa kata rolling pada konteks kalimat tersebut tidak cocok diartikan :menggulingkan, sebagaimana dalam kamus. Lebih pas kita gunakan diksi : ditukar, agar mendekati prihal yang dimaksud. (he he.., maksud hati mengadopsi bahasa asing, jika tidak paham penggunaannya, keteteran lho!)

[10] Bahasa Indonesia hasil adopsi dari bahasa Inggris : collaboration.

[11] Bahasa Indonesia. Asal kata interpretasi, adopsi dari bahasa Inggris : interpretation : penerjemahan, penafsiran. (kalo nggak percaya, cari aja di kamus kalian masing-masing!)

[12] Kalo ini teman-teman ngerti banget deh, yang dimaksud perasaan di sini adalah perasaan negatif yang cenderungnya pada nafsu syahwat. Beda lho, antara cinta dan nafsu srek-srek gitu. Menurut Sofy al-Jafaly (2004:37), nafsu birahi itu muncul sesaat dan setelah dilampiaskan, hilang begitu saja. Cinta, meski berkali-kali dilampiaskan, tak akan sirna, ia menyatu dengan jiwa pemiliknya. Artinya, cinta itu murni perasaan kasih sayang tanpa embel-embel syahwat. Dan nafsu syahwat identik dengan kebutuhan biologis semata. (kita sih udah pada tau, amit-amit bercinta karena nafsu. Tapi gimana dengan mereka yang bandel?!) mau detailnya, baca deh buku Sofy al-Jafaly, Fatwa Cinta, Bandung: Mujahid Press, 2004

[13] Nggak cuma buat cewek-cewek, aurat ibarat ‘perhiasan’ berharga milik pribadi yang perlu dijaga kesuciannya. Jika kita mampu menutupi aurat berarti kita menjaga kesucian diri secara lahir dan batin. Kita tidak mau menambah dosa diri dan orang lain. Renungi QS. 7: 26; QS 33:59; QS 24: 31 atau emut aja buku Jati Diri Remaja Muslimah karya Ali Fikri, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2003,h. 54-58.

[14] Air susu, kalo kita maknai sebagai simbol persaudaraan bisa saja. Kita perlu menanyakan mengapa istilah ’saudara sepersusuan’ digunakan untuk menjelaskan sesama muhrim yang dilarang menikah?, apa hubungannya?!...jadi bingung. Itukan cuma kreativitas kita dalam memaknai sesuatu, jangan terlalu diambil pusing.

[15] Kali ini kita bukan maknain kopi itu simbolnya apa, tapi lebih bicara masalah kesehatan, yakni kandungan di dalam kopi (ya semua pada tau, cuma ngingetin). Kopi mengandung zat kafein yang dapat merangsang syaraf otak ( http://id.wikipedia.org/wiki/Kafein). Emang sih, minum kopi ngilangin ngantuk, membantu mencari ide atau inspirasi dll. Tapi kalo udah kebangetan ngantuknya karena terlalu cape’, kita musti bobo’ dong dan sia-sia aja minum kopi.

[16] Sebenarnya udah disinggung pada awal obrolan kita. Cuma kasusnya membuat sebagian teman masih sanksi dalam melaksanakannya. Saat kita di atas kapal klotok, kebanyakan teman-teman memilih menunda melaksanakan shalat terutama shalat zhuhur dan ashar dengan cara menjama’ dan mengqasharnya setelah tiba di Batu Ampar. Hanya beberapa teman kita yang melaksanakan shalat di kapal. Namun, fokus diskusi kita adalah tata cara shalat jama’ dan qashar’ sebab ragam perbedaan yang ditemukan.

[17] Selain itu, persoalan ini adalah bagian terkecil dari hukum Islam khususnya fiqih sangat erat dan paling sering dipertanyakan oleh umat kita. Berhubungan ragam ikhtilaf (perbedaan) pemikiran antar ulama fuqaha. Penting bagi kita selaku calon sarjana Islam.

[18] Mengerjakan shalat dalam kapal, menurut cara yang mungkin dilakukan, hukumnya adalah sah tanpa dimakruhkan. Ibnu Umar berkata, ”Nabi saw. ditanya tentang shalat di atas kapal maka beliau bersabda,’Shalatlah di sana dengan berdiri kecuali bila engkau takut tenggelam!”(HR. Daruquthni dan menurut Hakim sesuai dengan syarat Bukhari dan Muslim)

[19] Shalat ashar di tarik ke dhuhur dan sebaliknya dan di ringkas jadi 2 raka'at untuk dhuhur dan 2 rakaat untuk ashar dengan catatan dalam shalat dhuhur dan ashar tidak ada tahiyyatul awwal tetapi langsung tahiyyatul akhir. Shalat maghrib di tarik ke isya dan sebaliknya tetapi untuk shalat maghrib tidak boleh di qashar dan rakaatnya tetap 3 dan untuk isya bisa menjadi 2 raka'at. Selengkapnya klik deh http://www.cybermq.com/index.php?forum/lihat_isi/3/27/1369

[20] Penjelasan oleh para fuqaha/imam mujtahid seputar shalat jama’ dan qashar tersebut sangatlah panjang jika dibahas di sini. Bagusnya telaah aja di http://www.almanhaj.or.id

[21] Ide TBA ini sebenarnya inisiatif dari salah satu teman cewek yang memilki rasa kepedulian dan perhatian besar kepada anak-anak. Teman-teman merasa kasihan dengan anak-anak yang tidak mendapatkan pendidikan diusia dini. Mendengar usulan tsb. Inspirasi muncul seketika, meski dalam tataran teknis masih sedang dipikirkan. Teringat dengan 2 buku yang pernah dibaca: Nancy Beal dan Gloria Bley Miller, Rahasia Mengajar Seni pada Anak di Sekolah dan di Rumah, Yogyakarta: Pripoenbooks,2001. dan buku : Jordan E.Ayan, Bengkel Kreativitas: 10 Cara Menemukan Ide-Ide Pamungkas Melalui Pergaulan, Lingkungan, perjalanan, permainan, bacaan, Seni, teknologi, berpikir, alam bawah sadar, jiwa kreatif, Bandung: Kaifa PT Mizan Pustaka, 1997. lalu muncul deh inspirasi & inovasinya.

[22] Sebenarnya nggak cuma satu teman yang sakit, beberapa teman yang lain juga sedang enggak enak badan (ada yang masuk angin, pusing kepala, mag kambuh, mules, pilek, laper.. eh, itu sih bukan penyakit. Dan ada yang sakit psikisnya : sakit hati, ngambek, cerewet, sombong, narsis, ngegosip, bohong dsbnya.) Yang jelas disebalik penyakit pasti ada hikmahnya. Hikmah itu sebaiknya nggak cuma kamu rasakan saat sakit, bisa pula kamu gali saat sehat lewat karya Abdullah bin Ali Al-Ju’aitsan, Rahasia di Balik Penyakit : Hiburan Bagi Orang Sakit, Jakarta: PT Al-Mawardi Prima, 1415 H.

[23] Minyak bumi atau biasa disebut minyak tanah di dalamnya banyak mengandung jasad-jasad renik baik hewan maupun tumbuhan mikro organisme yang terpendam di dasar laut selama berjuta tahun silam. Orang tua kita terdahulu menggunakan minyak tanah sebagai pengobatan. Terutama obat untuk meringankan asma, batuk, pilek, kembung, dan kedinginan. Minyak tanah ini hanya digunakan untuk obat luar (disapukan ke kulit bagian tubuh yang sakit).

[24] Sebenarnya bertanya hal demikian menurut kaca mata aqidah adalah suatu kesia-siaan. Sebab, kata”angker” seolah mewakili rasa ketakutan kita kepada sesuatu selain Allah swt. Lantas, mengapa ku lakukan? (he he.. aku bertanya pada diri sendiri), ini adalah salah satu trik mentor menguji peserta sejauh mana mereka memahami ketauhidan (keesaan Allah). (Hik hik..,sorry ya, bagi yang merasa)

[25] Silakan baca buku seputar konsep ajaran dan kepercayaan agama Konghuchu. Mereka yang di jurusan dakwah akan mendapat mata kuliah komunikasi lintas agama. (agama orang lain perlu dipelajari tapi bukan untuk diyakini. Biar nambah wawasan gitu)

[26] Bahase Melayu. Asal kata jaja’: jual, promosi. Bejaja’ diIndonesiakan : menjaja, menjual.

[27] Cerdas Bermain Seni Alam” ini tidak sekedar istilah lho. Umumnya pada diri anak-anak terdapat 10 macam Kecerdasan antara lain: Kecerdasan Verbal Linguistik, Kecerdasan Numerik, Kecerdasan Ruang / Visual, Kecerdasan Musical, Kecerdasan Fisik, Kecerdasan Interpersonal, Kecerdasan Intrapersonal, Kecerdasan Natural, Kecerdasan Intuitif/Visi, dan Kecerdasan Finansial. (Rich Dad Poor Dad For Teens, Robert T Kiyosaki Multiple Intelligence, Dr Howard gardner dalam http://adityakircon.blogsome.com/2005/09/05/4/). Di antara sekian kecerdasan tersebut, kecerdasan natural menjadi muatan materi yang dominan pada TBA ini di samping sentuhan-sentuhan terhadap kecerdasan lainnya yang disebutkan di atas.

[28] Sekilas Info: Pauline, anggota staf promosi di sebuah majalah anak, merasa pengaruh orang tua sangat besar terhadap kecenderungan anak memilih mainan. Dia terkejut atas perilaku seorang ibu yang memaksa anaknya membeli boneka seharga ratusan ribu rupiah saat ia mengadakan pameran. "Padahal anaknya ingin mainan kincir angin yang dirakit dari kertas," kata Pauline. Menurut dia, dari segi kreativitas, jelas mainan rakitan dari kertas akan lebih mengasyikkan bagi anak.(Koran Tempo - Minggu, 2 Maret 2008)

[29] Psikolog Evita Adnan mengatakan, pada umumnya, jenis mainan atau permainan tradisional sangat baik untuk merangsang kreativitas anak. Proses pembuatan sebuah mainan tradisional, kata dia, dapat menumbuhkan daya kreativitas yang luar biasa bagi si anak. Mobil-mobilan, misalnya, bisa dibuat dari tanah liat, kulit jeruk, atau kayu. "Nah, dalam proses pembuatan mainan ini, anak dituntut bisa membayangkan bentuk mobil, kemudian membuatnya dengan kreasi dia sendiri.”( http://bangomania-milis.blogspot.com/2008/03/bango-mania-lebih-asyik-bikin-mainan.html )

[30] Ini biasa disebut dengan waming up. Tujuannya memberikan stimulus kepada anak-anak guna mengaktifkan kecerdasan interpersonal mereka. Kecerdaan interpesonal terkait dengan kepandaian untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain. Kecerdasan ini menuntun seseorang untuk memahami, bekerja sama dan berkomunikasi serta memelihara hubungan baik dengan orang lain. Anak-anak dengan kecerdasan ini biasanya pandai bergaul dan memiliki banyak teman. Anak-anak ini tidak selalu menjadi pusat perhatian. Mereka pengamat yang baik, berdiri tenang sementara tidak ada satu halpun yang luput dari perhatian mereka. Anak-anak dengan emosi tenang ini bisa menjadi konsultan ahli penanggulangan masalah, manajer sumber daya manusia, ahli melobi atau juru runding, juga pedagang. ( http://dianabagus.multiply.com/journal/item/25/Tujuh_Kecerdasan_pada_Anak )

[31] Yel-Yel, ini istilah yang biasa dikenal dalam sebuah pelatihan (training). Yel-Yel ini cuma dilakukan secara kelompok.Yel-Yel dapat berupa sorakan, nyanyian, lelucon atau apa aja yang bisa membuat anggota timnya kompak dan bersemangat dalam setiap sesi training. Jadi berkaitan dengan stimulus tersebut, akan terjadi 6 kecerdasan yang berkolaborasi antara lain: kecerdasan verbal (bahasa), interpersonal, intrapersonal, musical, kinestetik (gerak fisik), dan intuitif (Visi).

[32] Seperti main tebak-tebakan nama teman, berhitung, teka-teki unik dan lucu, dsbnya.

[33] Siapa yang membaca surat Yasin dalam suatu malam, maka ketika ia bangun pagi hari diampuni dosanya dan siapa yang membaca surat Ad-Dukhan pada malam Jum’at maka ketika ia bangun pagi hari diampuni dosanya”. [Ibnul Jauzi Al-Maudhu’at 1/247]Keterangan : Hadits ini Palsu. Ibnul Jauzi mengatakan, hadits ini dari semua jalannya adalah batil, tidak ada asalnya. Imam Daruquthni berkata : Muhammad bin Zakaria yang ada dalam sanad hadits ini adalah tukang memalsukan hadits. [Periksa : Al-Maudhu’at, Ibnul Jauzi, I/246-247, Mizanul I’tidal III/549, Lisanul Mizan V/168, Al-Fawaidul Majmua’ah hal. 268 No. 944]

[34] Iqra’ QS. Al-Baqarah [2]: 2

[35] Lihat QS. Al-A’raf [7]: 204

[36] Menurut Kartika Pemilia Lestari (Penulis lulusan FISIP Unair ), Orang yang belum mengerti hakikat dan karakteristik air sering mengira bahwa pengobatan alternative dengan cara meminum air yang telah diberi doa sebelumnya, merupakan suatu cara yang tidak ilmiah. Karena itu maka "layak" disebut sebagai cara yang tidak rasional. Namun, seorang peneliti Jepang terkenal, Dr. Masaru Emoto berhasil membuktikan bahwa air sanggup membawa pesan atau informasi dari apa yang diberikan kepadanya. Bahkan air yang diberi respon positif, termasuk doa, akan menghasilkan bentuk kristal heksagonal yang indah. Hasil penelitian Masaru Emoto yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia "The True Power Of Water" [Hikmah Air dalam Olahjiwa], (MQS Publishing, 2006), merupakan pengalaman menakjubkan karena membuktikan bahwa air ternyata “hidup” dan dapat merespon apa yang disampaikan manusia. Silakan aja selami situs aslinya http://www.masaru-emoto.net/english/entop.html

[37] Ruqyah secara bahasa adalah jampi-jampi atau mantera. Ruqyah secara syar’i (ruqyah syar’iyyah) adalah jampi-jampi atau mantera yang dibacakan oleh seseorang untuk mengobati penyakit atau menghilangkan gangguan jin atau sihir atau untuk perlindungan dan lain sebagainya, dengan hanya menggunakan ayat-ayat Al-Qur`an dan atau do`a-do`a yang bersumber dari hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan atau do`a-do`a yang bisa dipahami maknanya selama tidak mengandung unsur kesyirikan. Selengkapnya http://suryaningsih.wordpress.com/2006/12/19/ruqyah-syariyyah-pengobatan-secara-islami/

[38] Manusia juga bisa berkomunikasi dengan jin, seperti dalam berapa hadist sahih Rasulullah berbicara kepada jin pergi bersama jin dan membacakan kepada mereka ayat-ayat al-Qur'an, lalu mereka meminta bekal, kemudian Rasulullah memberitahu mereka untuk mengambil tulang (dari hewan yang disembelih dangan menyebut nama Allah) dan kotoran hewan, maka Rasulullah melarang ber istinja' dengan tulang dan kotoran hewan yang kering, karena keduanya makanan saudara kita" (H.R. Muslim dan Tirmidzi).

[39] Muhammad Niam mengatakan, banyak kisah yang menceritakan kemampuan manusia menguasai bangsa jin. Nabi Sulaiman juga mempunyai tentara jin. Nabi Muhammad juga pernah menangkap jin dan mencekiknya karena mengganggu salat. (H.R. Bukhari Muslim). Demikian juga banyak kisah dan riwayat yang menceritakan kerjasama manusia dengan jin. Menurut Dumairi dalam kitan "al-Hayawan al-Kubra" Jin didefinisikan sebagai mahluk halus yang mampu merubah dirinya dengan berbagai rupa, mempunyai akal dan pemahaman, mampu melakukan pekerjaan berat. Penasaran? Masuki http://www.pesantrenvirtual.com/tanya/359.shtml

[40] Jin merupakan mahluk yang benar-benar ada, seperti ditegaskan oleh al-Qur'an, khususnya dalam surah al-Jin, dan kisah nabi Sulaiman yang memindahkan istana Bilqis dengan pertolongan Ifrit. Beberapa hadist sahih juga menjelaskan keberadaan jin. Mereka ini terbagi dalam berbagai kelompok. Dalam hadist riwayat Abi Tsa'labah al-Khushani Rasulullah s.a.w. menjelaskan bahwa "Jin ada tiga kelompok, ada yang mempunyai sayap dan bisa terbang, ada yang menyerupai ular, dan ada yang bisa berjalan dan bergerak (seperti manusia).(H.R. Tabrani dgn sanad Hasan, Hakim juga mengatakan riwayat ini sahih). Riwayat ABu Darda' Rasullah bersabda "Allah menciptakan jin dalam tiga golongan, pertama sejenis ular dan kalajengking dan hewan melata bumi, golongan kedua seperti angin di angkasa dan golongan ketiga seperti manusia mereka mendapatkan pahala dan hukuman" (H.R. Ibnu Abi Dunya). (ibid).

[41] Saking perhatiannya kepada kita, perwakilan masyarakat dari alam gaib aja ada yang mengkritik. Ingat tu!, hik hik hik…lucu aja sih.

[42] Berdasarkan pengalaman mereka yang biasa menghadapi orang kerasukan.

[43] Pasar identik dengan tempat transaksi para penjual dan pembeli. Kita udah tau itu. Selain itu, dianggap sebagai tempat yang cukup rawan dengan aksi kriminal. Mereka yang kita kenal dengan istilah preman, samseng, dll. Bisa aja melancarkan aksinya tanpa diketahui sebelumnya. ”Kejahatan bukan cuma ada niat dari sipelaku, tapi kesempatan yang mendukung kejahatan itu. Waspadalah-waspadalah!!!”(begitu kira-kira nasehat Bang Napi).

[44] Ece’-ece’nye

[45] Di Indonesia terkenal dengan komunitas Jaringan Islam Liberal (JIL) pimpinan Ulil Absor Abdala dkk. Ada sih plesetannya “Jaringan Iblis Laknatullah”, na’uzubillah, segitunya).

[46] aku menggantung kalimat dengan maksud diteruskan oleh teman lain.


0 komentar:

 
Free Website templatesfreethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesFree Soccer VideosFree Wordpress ThemesFree Web Templates